Rêver 20 - Sena & Jhordan - Ephemeral

203 18 30
                                    

Stay

Don't go,
Because if you stay,
I stay

So, if I didn't?

I stay.
I will always stay.

B e n i n g

"Kok gue merinding ya, Han?"

Hana bergeming, dia menatap sekeliling tempat kos ini takut-takut, kemudian dia mencolek bahu gue. "Apa gak lebih baik kita pulang?" Tanyanya, mukanya sangat pucat dan tangannya tak henti-hentinya mengacak-acak rambut. "Kalau tadi lo bilang temennya Kak Sena itu ada dalam bahaya, berarti kita juga."

"Hana..."

"Lo tahu, kan, Bening, orang itu bisa menyusup ke sini dan menyimpan bunga ini. Terus kalau dia masih ada di sini gimana? Gue...gue gak seberani itu," napasnya terengah-engah. "Gue tahu Kak Sena sangat baik pada lo, tapi lo gak harus membahayakan diri lo sendiri juga."

Gue memegang tangan Hana, kemudian menghela napas panjang. "It's ok. Ada gue, penjahat mana sih yang mau nyakitin kita kalau ada gue? Yang ada mereka bakal lari pontang-panting duluan. Percaya sama gue."

Buk.

Gue dan Hana saling bertatapan beberapa detik dan enggan menengok ke arah sumber suara. Ada benda yang jatuh, itu pasti. Tapi gue gak cukup yakin apakah di sana masih ada orang atau tidak, yang jelas rasa takut menghampiri gue tiba-tiba.

"Telepon Kak Sena!"

"Han, Kak Sena ada di Jakarta, dia gak mungkin..."

Hana mengangguk-angguk. "Oke, maaf Bening, tapi kalau lo masih mau membahayakan diri lo sendiri, gue gak ikut. Gue lebih baik pulang aja. Lagian apa lagi sih yang mau lo lakuin di sini?"

"Gue harus cari tahu apa dia baik-baik aja atau enggak, Hana," gue menahan tangan Hana dan mencoba meyakinkannya. Tapi, tatapannya masih ragu-ragu dan berubah menjadi sangat enggan. "Gue gak peduli gue kenal seseorang bernama Chila itu atau enggak, yang jelas dia sama seperti kita. Dia perempuan, dia seumuran kita, gue gak mau sesuatu terjadi kepada dia..."

"Gue tahu lo orang baik," Hana melepaskan tahanan dari tangan gue. "Tapi kadang gue gak suka dengan hal itu. Gue gak suka ketika lo peduli sama semua hal di saat itu bukan urusan lo. Gue gak suka ketika lo membuat diri lo sendiri terbebani. Ayo kita pulang, udah ada grab yang gue pesen."

Gue terdiam, mencoba berpikir beberapa saat. Tapi kemudian, gue kembali menemukan harapan, seandainya....ya, seandainya saja ada petunjuk di sini, mungkin belum terlambat, dan mungkin cewek itu masih bisa diselamatkan. "Oke, lo boleh pulang."

Hana menaikkan alisnya kaget, "Sure?"

Gue mengangguk-angguk. Dalam hati, gue meyakinkan diri gue sendiri. It's ok, gak akan apa-apa. Orang jahat itu pasti udah pergi dari sini, dan gue tinggal teriak kalau memang ada hal-hal aneh.

Dan begitu saja, gue melihat Hana menghilang dari pandangan gue. Sementara itu, gue berjalan lebih dalam di tempat kos ini. Gue baru pertama kali ke sini dan tempat kos ini tidak seluas tempat kos gue. Tapi gue sangat kagum bagaimana penghuninya bisa menata barang-barangnya dengan rapi dan menarik.

Tap.

Tap.

Tap.

Gue menghentikan langkah beberapa saat dan sama sekali tidak berniat untuk menoleh. Ada seseorang yang sedang berjalan mendekati gue tapi gue gak tahu harus bagaimana. Mau sembunyi pun gak bisa, gak ada bagian dari tempat kos ini yang benar-benar bisa menyembunyikan tubuh gue.

RêverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang