No guns,
But only the brotherhood
Can resolve the problem
Kertas berwarna lembut dengan hiasan berupa ukiran bunga itu tergeletak di depan sebuah rumah bertingkat dua. Rumah itu terhitung sangat besar jika dibandingkan dengan jumlah penghuninya. Hanya seorang pemuda berhidung mancung yang tinggal di sana. Kadang ada satu atau dua orang pembantu rumah tangga yang terlihat, tapi kali ini rumah itu cukup sepi.
Pemuda yang hendak meninggalkan rumahnya—karena ada beberapa urusan di tempat kerjanya—itu mengernyit beberapa saat. Ia mengambil kertas yang cukup tebal itu lalu membacanya. Senyumnya tiba-tiba merekah begitu saja.
Tangan Sena segera merogoh handphone-nya dan menghubungi seseorang.
"Oy, lagu kita rilis jam berapa?"
"Jam empat sih. Dua jam lagi, napa lo? Degdegan?"
"Gak, kita ketemu sekarang aja. Lo bisa?" Tanya Sena lagi. "Lo pasti udah tahu—"
"Bang Yoga nikah, kan?"
Sena menahan tawanya, tapi tetap melanjutkan, "Iya."
"Gue juga punya kabar baik. Lo datang aja, deh, kesini," suara serak itu memutuskan sambungan telepon begitu saja.
Tanpa basa-basi lagi, Sena segera mengendarai mobilnya ke tempat yang telah mereka sepakati; agensi milik mereka sendiri yang terletak di pusat kota. Agensi itu bukan sebuah agensi besar, lebih mirip dengan perusahaan startup. Namanya Renjana Entertainment. Bangunannya belum bisa dibilang besar, tapi karena agensi ini merupakan anak perusahaan dari agensi Sena sebelumnya, Renjana cukup terkenal dan sering dibicarakan banyak orang, terutama karena artis jebolannya berhasil menggebrak dunia hiburan.
CEO-nya sendiri kini tengah duduk memerhatikan salah satu head manager-nya. Head manager yang ini adalah manajer untuk duetnya dengan Sena. Dia tengah membicarakan rencana perilisan lagu yang sudah berkali-kali Jhordan dengar hingga ia hapal di luar kepala. Tapi Jhordan beruntung karena mempekerjakan manajer-manajer terbaik seperti Juniarka yang tidak pernah melewatkan detail-detail sekecil apa pun.
"Jadi gitu, Dan. Pokoknya tepat di jam empat—"
Jhordan menghela napas, "Iya-iya, gue tuh udah sampai hapal lo mau ngomong apa aja. Tapi good job, Jun. Lo boleh istirahat, biar Aksa aja yang urus rilis dan lain-lainnya. Gue juga mau ngobrol dulu sama Sena."
"Oke, deh. By the way, lagu kalian akan sukses."
"Pasti," Jhordan tersenyum optimis saat Juniarka berlalu meninggalkannya.
Hanya selang sekitar lima menit, sebuah mobil berwarna putih sudah parkir di halaman Renjana. Bahkan hanya dengan sekali lihat pun, Jhordan tahu itu mobil Sena. Dia kini tengah duduk di kafe perusahaan yang menghadap ke arah tempat parkir, sehingga ia bisa melihat semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rêver
Narrativa generaleYou're invited to: Maison de rêve, rumah mimpi. Tujuh orang pemuda dengan tujuh mimpi yang berbeda datang ke sebuah rumah sederhana berwarna biru milik seorang laki-laki paruh baya. Rumah itu kosong dan sepi, tapi akhirnya menjadi rumah penuh warna...