21

3K 343 21
                                    

Flashback awal tahun 2018




Taeyong tengah berkutat dengan rambut merah tak beraturan itu. Ia dibantu oleh Doyoung yang sedari tadi tidak ada kerjaan. Sebentar lagi akan diadakan after party untuk suksesnya salah satu acara rutin tahunan tersebut.



Acara ini diadakan di sebuah club terkenal, tentunya sangat private. Karena tamu-tamu yang menghadiri acara ini tak lain merupakan para pejabat perusahaan serta idol papan atas. Dan NCT merupakan salah satu dari semua idol yang mendapat kesempatan tersebut.



Taeyong kali ini tampil dengan tuxedo hitam serta rambut merah yang semakin menambah kesan kharismatik pada dirinya. Ia kini duduk bersama anggota NCT 127— kecuali Haechan—pada meja bulat membundar itu yang secara langsung menghadap pada area dance floor.



"Hyung, kau mau ke sana?" tawar Mark. Taeyong menggeleng, ia tengah menikmati minuman itu beserta dessert yang tersedia di hadapannya.



"Aku ingin berkeliling dulu" sahut Taeil, yang kemudian ditemani Yuta dan Mark. Johnny tengah sibuk dengan ponselnya, entah sedang mengetikkan apa.



Taeyong yang sudah merasa kenyang kini terduduk dengan punggung yang meringsut. Mata tajam itu kini tengah menerawang pada setiap sudut ruangan club.



Ia beranjak dari duduknya dan mulai melangkah. Dentuman musik disc jockey yang sangat keras tak membuat ia merasa terganggu. Beberapa member yang lain sudah membaur, mereka berinteraksi dengan idol lain. Sementara Taeyong, terdiam di dekat seorang bartender yang sibuk menata minuman, mereka berdua hanya terhalang meja panjang itu. Taeyong memperhatikan minuman-minuman alkohol yang sudah terpajang, kemudian tak lama ia memesan salah satu minuman itu.



Taeyong menghela nafas ketika dirinya kembali melirik area dance floor. Pikiran dalam otaknya berkecamuk. Saat di panggung ia sangat senang dengan suasananya, tetapi di sini, ia merasa sesak.



Terlebih, ketika ia melihat kembali gadis itu. Gadis dengan rambut hitam berponi yang sedang mengobrol dengan beberapa idol wanita lainnya. Taeyong meneguk minuman itu perlahan, tetapi matanya tak lepas dari orang itu.



Gadis itu sangat berbeda ketika berada di panggung. Ia sempat menyapa Taeyong dengan ramah di hadapan yang lain seolah tak terjadi apa pun. Namun kini, melirik Taeyong pun rasanya enggan. Taeyong frustasi dibuatnya.



Taeyong kembali melangkah ke arah toilet pria. Ia kini tengah berkaca. Sesekali memikirkan apa alasan Jisoo ingin berpisah darinya. Tangan Taeyong mengepal dengan erat. Setelah dirasa tenang, ia kemudian keluar dari toilet.



"Eoh, T..Taeyong-ssi?" ia tersentak ketika namanya dipanggil oleh orang yang sedari tadi ia lihat.



"Halo" sapa gadis itu pelan, Taeyong yang agak kikuk kemudian kembali menyapa dengan membungkukkan badan.



"Kau habis dari toilet, Jisoo-ssi?" Jisoo mengangguk. Gadis itu sedari tadi menunduk.



"Iya, eumm... kalau begitu, aku pergi dulu—"



"Tunggu" sahut Taeyong dingin, sebagaimana tangan kekarnya yang kini menggenggam lengan mulus Jisoo yang tak berbalut kain. Jisoo memakai dress party yang sedikit terbuka.



Mata Jisoo menatap Taeyong lagi, ia awalnya ingin melepas tangan Taeyong. Namun urung ketika melihat tatapan tajam itu, Jisoo hanya pernah melihatnya sekali saat di panggung saja.



"Apa lagi Tae—mpphh" Jisoo tiba-tiba saja ditarik ke dalam kungkungan Taeyong, punggung mulus yang tertutup geraian rambut hitamnya itu kini menempel pada dinding di samping pintu masuk toilet.



Jisoo tak bisa berkutik, karena Taeyong bahkan tak membiarkan Jisoo bergerak. Tangan mungil itu memukul dada Taeyong bertubi-tubi. Taeyong tetap saja mencium Jisoo, laki-laki itu meluapkan segalanya. Jisoo yang mulai terbuai kini membalas ciuman itu. Tetapi, tiba-tiba saja air mata meluncur dari mata tajam Taeyong yang terpejam. Jisoo pun sama, mereka menangis dalam ciuman panas itu.



Taeyong melepas ciuman itu perlahan ketika Jisoo meronta, Taeyong kini menyatukan dahinya dengan Jisoo. Keduanya terengah dengan air mata yang masih mengalir. Taeyong lalu memeluk Jisoo, kepalanya ia sandarkan pada pundak gadis itu.



Pencahayaan lampu di sekitar area itu sangat minim dan sepi. Jisoo awalnya terkejut dengan tingkah Taeyong, ia tentu sangat was-was. Namun tak ada siapa pun yang melihat mereka saat ini.



"Aku merindukanmu" sahut Taeyong pelan dengan mata terpejam. Jisoo hanya bisa mengelus rambut merah Taeyong dengan sayang.



"Taeyong-ssi, kau mabuk?" tanya Jisoo dengan suara bergetar. Taeyong tak membalas pertanyaan Jisoo. Lelaki itu malah semakin merapatkan pelukannya. Jisoo jadi tidak nyaman.



"Ku antar kau ke meja mu, ya?" sahut Jisoo sekali lagi. Namun Taeyong menggeleng.



"Kita akan seperti ini terus? Taeyong-ssi, kita sudah tidak ada hubungan apa pun. Kita—"



Taeyong membungkam mulut Jisoo dengan satu kecupan yang mendarat di bibirnya lagi.



"Tidak, kita kan masih berpacaran. Jisoo-ssi, kau tahu kan? Aku sangat mencintaimu?" Jisoo tak bergeming.



"Taeyong-ssi, kau mabuk. Sebaiknya kau kembali ke meja mu!"



"Tidak mau"



"Lalu kau mau apa?!"



"Kau"



Taeyong menuntun Jisoo ke arah sebuah ruangan yang berada di lantai atas. Semua orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing, mereka tak menghiraukan Taeyong dan Jisoo yang kini dalam keadaan yang tidak baik.



"Taeyong-ssi! Lepaskan! Kita mau ke mana?" Taeyong tak menjawab Jisoo.



Pintu ruangan tersebut ia kunci. Jisoo sedari tadi mengira bahwa Taeyong sedang mabuk. Nyatanya pria itu tidak mabuk. Ia kini membawa Jisoo ke arah sofa panjang berwarna merah yang terdapat pada ruangan itu. Mereka berdua duduk berhadapan. Taeyong sama sekali tak melepaskan pandangannya.



"Jadi, katakan padaku. Apa alasan kau ingin berpisah saat itu?" Jisoo menunduk, peluh mulai bermunculan di dahinya.



"Ku pikir kau menyadarinya, ternyata belum"



"Ayolah, Jisoo-ya." Jisoo tak memandang Taeyong, gadis itu terlihat kesal karena Taeyong merajuk.



"Kau masih enggan berbicara? Baiklah" Taeyong melempar jas tuxedo itu sembarangan. Membuat Jisoo terbelalak, karena kini Taeyong sudah mendekati wajahnya.



"A...apa yang kau lakukan?!" Jisoo kembali gugup. Ia menggeser duduknya sedikit demi sedikit. Namun bersamaan dengan itu, taeyong mengikis jarak antara dirinya dan Jisoo.



"Yak! Lee Taeyong, stop!" Taeyong berhenti. Jisoo mengatur kembali degupan serta nafasnya yang memburu. Taeyong masih tak berkutik dengan ekspresi mengintimidasinya itu.



"A...aku hanya cemburu"



"Kau cemburu? Karena apa? Kita kan baik-baik saja selama ini"



"Apa?!" mata Jisoo menajam.



Jisoo kemudian beranjak dari duduknya dan melangkah untuk keluar ruangan. Namun aksinya gagal lagi ketika Taeyong sudah memeluknya dari belakang. Laki-laki itu kembali menghirup aroma tubuh Jisoo yang wangi. Jisoo berhenti sejenak, namun setelahnya ia meronta lagi.



"Cukup Taeyong-ah!" Taeyong terpaksa melepas pelukannya karena hentakan tangan Jisoo. Jisoo membuka kunci pintu ruangan itu kemudian melangkah pergi dengan hentakkan heels nya yang menggema.



"Sampai kapan pun aku tidak akan pernah melepaskanmu, Jisoo-ya" sahutnya yang diabaikan Jisoo begitu saja. Tangan Taeyong mengepal dan kini kembali untuk bergabung bersama member lain.

Possessive Jack FrostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang