39

976 152 24
                                    




Kacamata baca ia taruh di sana berdekatan dengan buku harian. Kemudian sang tangan beralih untuk memijit pelipis, mencoba menghilangkan pening yang tiba-tiba ia rasakan di sana. Jisoo terdiam sejenak, kemudian beranjak untuk berbaring di ranjang yang telah ia rindukan seharian ini.



Jisoo lagi-lagi menyentuh area dahi, suhu tubuh yang menghangat dapat ia rasakan di sana. Pantas saja, sedari tadi Jisoo merasa tak enak badan dan ingin cepat-cepat pulang. Ia merasa nyaman, namun cemas di saat yang bersamaan. Nyaman karena fisiknya yang dapat rehat juga, sementara cemas karena kesehatannya yang sedang tak baik-baik saja.



Ia menoleh ke arah ponsel yang berada di meja. Beberapa hari ke belakang ia tak mendapat pesan dari Taeyong yang selalu merengek untuk minta ditemani. Mereka terakhir bertemu hanya saat Taeyong menginap saja. Jisoo mengerti, Taeyong memang sedang sibuk. Bahkan Jisoo hanya bisa melihatnya di televisi saja.



Jisoo juga sama sibuknya, hanya saja waktu luang yang ia miliki lebih banyak daripada Taeyong. Helaan nafas keluar dari hidungnya, Jisoo tersenyum ketika mengingat wajah Taeyong yang terakhir kali ia lihat berada tepat di samping.



Taeyong saat itu tidur begitu damai. Menelisik setiap inci pada wajah Taeyong menjadi hal favorit bagi Jisoo. Jemari lentik Jisoo terus saja bermain di sana. Ia mengusap pipi, lalu ke dahi, kemudian turun ke hidung mancung Taeyong. Sementara sang pemilik sama sekali tak terganggu dengan perbuatan Jisoo.



Selimut yang menaungi mereka berdua tiba-tiba ditarik oleh Taeyong. Jisoo segera berhenti karena pergerakan mendadak dari Taeyong. Tangan Taeyong kembali ke dalam selimut untuk lebih mendekatkan tubuh Jisoo.



"Kenapa berhenti, sayang? Jangan berhenti." Bisik Taeyong pada Jisoo yang berada tepat di dada telanjangnya. Taeyong berkata demikian tanpa membuka mata, dia berbicara sambil tertidur.



"Kau jadi terbangun."



"Aku hanya terbangun sebentar untuk menarik selimut. Memangnya kau tak merasa kedinginan dengan tubuhmu yang bernasib sama denganku?" Taeyong bergerak-gerak untuk mencari kenyamanan dengan Jisoo, sementara Jisoo hanya terkekeh di sana.



"Tidur lagi sayang." Titah Jisoo.



"Iya, kau juga teruskan lagi."



"Ish, dasar manja." Jisoo kembali pada kegiatannya yang bisa membuat Taeyong tertidur pulas. Angin yang masuk dari celah pintu adalah penyebab Taeyong terbangun. Maka dari itu dia menarik kembali selimut untuk Jisoo, agar kekasihnya itu tak kedinginan.



Mereka sama-sama tertidur ketika jam menunjukkan pukul dua pagi. Memang belum terlambat, karena biasanya mereka akan tertidur pada pukul enam setiap berada di rumah Jisoo.



Namun saat terbangun dari tidur, Jisoo tak menemukan Taeyong. Ia terus memanggil dan mencari ke sekitar kamar, namun Taeyong tak kunjung menyahut. Tetapi ketika Jisoo pergi ke kamar mandi, dia melihat sebuah memo yang ditinggalkan oleh Taeyong.



'Aku harus pulang sekarang. Ada yang harus ku lakukan hari ini di studio. Kau istirahatlah. Sebagai permintaan maaf, aku akan memesankan makanan untukmu setelah kau bangun. Jadi kalau kau lapar, hubungi aku saja. Jangan memasak hari ini, kau pasti masih lelah.' Begitulah isi dari memo tersebut. Cukup panjang sehingga Jisoo tertawa kegelian.



Sejujurnya Jisoo belum merasa lapar, jadi ia beraktifitas saja di rumah sekaligus berolahraga. Perlu waktu cukup banyak untuk membereskan kamar dan dapur, karena di sana cukup berantakan dibandingkan dengan ruangan lainnya. Jisoo juga memberi makan Dalgom yang sedari tadi sudah mengitari tubuhnya.



Possessive Jack FrostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang