19

2.7K 403 25
                                    




Ponsel Taeyong terus menerus berbunyi. Sudah ada puluhan panggilan tak terjawab dari para member. Sementara sang pemilik ponsel masih menelungkupkan wajah di atas bantal. Sudah seharian ini Taeyong menghilang. Ia benar-benar pulang ke rumah dan mengurung diri di kamar. Ibu Taeyong yang awalnya senang karena akhirnya anak yang paling dibanggakannya itu sudah pulang, kini menjadi khawatir karena ia sama sekali tidak mau berbicara saat pertama masuk ke pekarangan rumah.



Suara dalam ponsel Taeyong kini berubah menjadi suara ketukan pintu yang terus menerus berbunyi.



Terdengar suara ibunya yang memanggil-manggil namanya. Taeyong membuka mata dan segera bangkit dari tidur, namun ia masih terduduk di ranjang. Ia mengusap wajahnya yang kusut. Penampilannya sangat berantakan. Baru beberapa hari ia baik-baik saja, bahkan ia selalu tersenyum saat di depan kamera. Tapi sekarang ia selalu merenung dan seperti kehilangan jati dirinya.



"Yak Lee Taeyong! Kamu mau mengurung diri disana terus?! Bagaimana dengan pekerjaanmu? Pihak SM menelponku terus menanyakan keberadaanmu! Cepat keluar nak!" Ibu Taeyong sedikit meninggikan suaranya karena kesal dengan anak bungsunya itu.



Laki-laki itu kemudian melangkahkan kakinya malas. Bahkan ia terlalu lelah untuk bangun.



Taeyong membuka pintu kamar dengan matanya yang masih tertutup rapat. Ibu Taeyong terkejut dengan apa yang ia lihat sekarang. Ia hampir saja tidak mengenali anak bungsunya itu. Ibunya kini memukul lengan Taeyong pelan, menyadarkan Taeyong dari sikapnya yang tidak biasa ini.



"Bangun! Ibu menerima beberapa panggilan dari SM, cepatlah kesana, mereka mengkhawatirkanmu" Taeyong sedikit mengaduh karena pukulan kecil dari sang ibu.



"Kau ini kenapa sih? Datang kemari langsung ke kamar dan mengunci pintu kamar. Tidak seperti biasanya.."



Taeyong hanya menggelengkan kepala lalu menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Ia terlalu canggung untuk menceritakan hal-hal yang tidak umum baginya. Ia juga malu akan sikap kekanak-kanakan ini. Jadilah ia menepis semua rasa sakit hatinya dan segera mencuci wajah yang sudah seperti orang gila.



Memang gila, gila karena Kim Jisoo.



Ah, lagi-lagi gadis itu ada dalam pikirannya.



Sudah beberapa kali ia merubah kharisma yang ia buat, demi melupakan gadis itu. Contohnya saja di awal tahun ia menjadi sedikit 'nakal' dan lebih agresif. Namun kemudian ia menjadi orang garang yang mencoba menjadi imut seperti Jungwoo. Sungguh, lelaki itu tidak bisa ditebak. Kini ia terus menerus bersikap lugu di depan semua orang. Tapi ia sangat berbeda ketika berada di atas panggung, seolah dirasuki sesuatu yang membuat dirinya seperti tersulut api semangat.



Ibu Taeyong yang akhir-akhir ini menangkap sinyal keanehan di dalam diri anaknya, tidak bisa berkomentar lagi karena ia juga pusing dengan keanehan seorang Lee Taeyong.








"Ibu, aku pergi dulu..."



"Eoh? Sudah mau berangkat? Sebentar.. ibu ke sana" Taeyong hanya mengangkat satu alisnya dan sedikit menoleh ke belakang, ia hampir saja membuka pintu rumah, tetapi sang ibu menahan Taeyong.



"Ini... makanan untukmu, dan ini.. makanan untuk teman-temanmu di sana. Sudah, hati-hati ya nak" Ibu Taeyong memberikan dua buah bungkusan yang dilapisi dengan tempat makan berwarna hijau. Setelah itu ibu Taeyong menepuk-nepuk bahu lebar Taeyong.



"Sudah, jangan bersedih lagi. Semangat! Ibu selalu mendukungmu, dan selalu mendoakan untuk kebaikanmu, sukses selalu Taeyong-ah!" Ibu Taeyong tersenyum manis seraya membelai rahang tajam Taeyong, membuat Taeyong dengan segera memeluknya dengan erat. Senyuman ibu Taeyong seperti kehangatan di musim semi, ia sangat menyayangi ibunya. Ia sangat bersyukur memiliki ibu seperti itu.



Possessive Jack FrostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang