Sore harinya sekitar pukul setengah tiga Ayana sudah rapih dengan baju lengan pendek dan celana jeans birunya. Dimas hanya mengamati wanita yang kini jadi istrinya dari jauh tanpa menanyakan apapun dan Ayana keluar rumah bahkan tanpa meminta ijin dari Dimas karena masih merasa sendiri. Baginya pernikahan ini hanya sebuah simbolis bukan sesuatu yang harus di agungkan, bukan karena ia tak ingin menikah lebih kepada tak ingin di nikahkan dengan Dimas.
Wanita bertubuh kurus itu keluar dari rumah dengan langkah ringan.
"Ma, aku pergi dulu" pamitnya pada mama yang sedang berada di teras rumah.
Sang mama mengamati langkah putrinya yang tak ada ekor di belakangnya, "Mau kemana?" tanya Mamanya.
Ayana sedikit berbalik dan menjawab dengan enggan, "Ada urusan sama temen" kemudian kembali melangkah tanpa menghiraukan mamanya.
Dahi sang mama berkerut melihat anaknya pergi sendirian "Dimasnya mana ?" tanya mamanya yang membuat langkah kaki Ayana terhenti.
Ayana sedikit menghela napas, malas menjawab "Tau" ujarnya mengangkat kedua bahu.
"Kok gak di anter"
"Bisa sendiri ma"
"Tunggu di situ," mamanya masuk ke dalam rumah meninggalkan Ayana yang masih berdiri di teras rumah. Mama mau apa sih? Batinnya.
Tak lama Dimas keluar di barengi mamanya. Ayana bisa menebak adegan apa yang akan terjadi berikutnya.
"Anter istrimu itu" pinta mamanya pada Dimas.
Dimas tak menjawab hanya mengangguk patuh sembari sedikit tersenyum. Dimas berjalan menuju mobilnya hendak masuk mengantarkan istrinya namun Ayana bergeming di tempat yang ia pijak.
"Ma, Ayana bisa sendiri" keluhnya sedikit kesal.
"Udah sana masuk mobil. Dimas nungguin tuh" ujar mamanya.
"Tapi ma... " tolak Ayana lagi
Mama Ayana menarik lembut tangannya dan mendekatkan Ayana pada Dimas yang sudah berada di dalam mobil. "Sudah sana masuk" perintah mamanya. "Anter Istrimu ya"
"Iya ma" ucap Dimas pelan.
Ayana mau tak mau akhirnya masuk juga ke dalam mobil Dimas. Ia mendengus kesal dengan wajah cemberut. Dimas mulai menyalakan mobilnya dan bergerak maju meninggalkan rumah.
"Mau kemana?"
Ayana diam tak menjawab. Dimas yang mengemudikan mobil merasa sangat bingung akan situasi seperti ini.
"Kita mau kemana?" ulangnya.
Ayana berbalik menatapnya cepat dengan mata kesal dan bibir manyun. Dimas sedikit tersenyum melihat ekspresi wajahnya yang begitu aneh. "Kafe" ujarnya ketus.
"Dimana?" tanya Dimas lagi.
Ayana menghela napas, "Apaan sih kamu nanya terus" cetusnya judes.
Bukan itu jawaban yang Dimas harapkan tapi kafe mana yang ingin iya kunjungi. Di kota ini ada puluhan kafe yang berjejer di setiap sudut jalan, dan dia harus tau kemana ia harus mengemudikan mobilnya. Setidaknya ia tidak bingung ketika di perpatan harus belok atau lurus atau mungkin berhenti dan menepi.
"Kafe mana. Disini banyak kafe" tutur Dimas pelan.
"Kafe di Cipto samping masjid Raya" ujarnya ketus.
Dimas kemudin diam dan mengemudi dengan tenang. Terlihat Ayana memainkan ponselnya dan menaruhnya di telinga kanannya.
"Halo" sapa Ayana.
![](https://img.wattpad.com/cover/163339049-288-k619452.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
UNFORGETTABLE WEDDING (DIPAKSA MENIKAH ganti Judul)
Romance#21+ (Wajar) Bagaimana jika aku mencintai kekasihku tapi aku harus menikah dengan kekasih orang lain? Bagaimana jika aku tak menyukai pernikahan ini? Menikah muda dan bahagia adalah dua kata berbeda. Pernikahanku justru merenggut segalanya, ia me...