Egois! 2

19.1K 345 14
                                    

Ayana selesai Mandi dengan mata sedikit merah. Ia menatap dirinya dalam bayangan cermin masih dalam balutan handuk. Ayana terduduk lesu di depan cermin dengan mata sembab.

Ayana selesai mengenakan pakaian dan merias wajahnya. Kakinya berjalan keluar kamar dengan enggan.

"Mungkin besok malam kutemani.... Sekarang keadaan tidak stabil...."

Ayana mendengar suara Dimas dengan jelas. Bicara dengan siapa? Batinnya.

Ayana membuka pintu kamar dan melihat Dimas berbicara melalalui ponselnya.

Ayana mendekati meja makan dimana Dimas sedang duduk dengan satu tangan memegangi ponsel ditelinganya.

Begitu mendengar suara kaki Dimas langsung menoleh, ditatapnya Ayana dengan mata sembab. Dimas mematikan telepon dan segera menaruhnya di atas meja.

Ayana sama sekali tak menatap Dimas ia berjalan menghampiri bi Ina. "Pagi bi" sapa Ayana lembut.

Bi Ina menoleh, "Udah bangun Mba? Sini duduk sarapan" sambut bi Ina mempersilakan Ayana duduk di hadapan Dimas.

Ayana tersenyum enggan.  Ia duduk dan meraih jus alpukat di hadapannya.

"Rotinya mau pake telor atau selai?" tanya bi Ina.

Ayana menoleh, "Selai aja bi yang udah siap di meja" jawabnya.

Ayana sesekali melirik Dimas yang ada di hadapannya ia tak dapat menyembunyikan mata sembabnya meskipun ia berusaha menutupi dengan concealer.

"Mba Aya sakit mata?" tanya bi Ina saat Ayana menaruh gelas kotor.

Ayana menunduk, "Ah, ini kayaknya di gigit semut pas tidur" ujarnya asal.

"Aduh maaf ya mbak.  Nanti saya bersihin lagi biar gak ada semut" katanya.

Ayana nyeringis, "Gak apa-apa bi. Salah saya kok yang gak beresin bekas makanan" jawabnya asal.

Bi Ina mengambil gelas kotor yang baru saja Ayana taruh, "Selesai nyuci nanti saya langsung beresin kamar" kata bi Ina.

Ayana hanya tersenyum mengangguk.

*****

Dimas tampak memperhatikan pembicaraan Ayana dan bi Ina ia sesekali melihat mata Ayana yang sedikit merah itu. "Perlu obat mata?" tanya Dimas tiba-tiba.

Ayana meboleh, "Gak usah" jawabnya datar. Ia segera menyambar clutch hitamnya yang berada di atas meja. "Aku pergi dulu" katanya sambil lalu.

Dimas tak mengejar ataupun menjawab ia masih merasa bingung akan situasi seperti ini. Ayana sepertinya sangat kesal dan marah. Ia tak ingin mengganggu kebebasan Ayana lagi.

Dimas masuk ke kamar dan membersihkan dirinya. Ia mengguyur seluruh tubuhnya dengan pikiran mengambang kesana kemari.

Sepuluh menit setelahnya ia kembali merasa bugar dengan celana pendek abu-abu dan baju putih polosnya.
Dimas menyisir rambutnya dan sedikit menyemprotkan minyak wangi.

Apa yang akan aku lakukan hari ini? Batin Dimas.

Ia menuju meja kerja di kamarnya dan mengecek e-mail.  Pikirannya kacau,  ia tak dapat fokus dengan apa yang sedang ia kerjakan.

Apa aku harus meminta maaf? Batin Dimas lagi.

Ia menatap jendela kosong.  Pandamgannya melebar keluar jendela. Apa aku keterlaluan?

Hingga lima jam berlalu Dimas hanya diam di apartemennya. Ia membuka pc miliknya lalu ia matikan kembali,  ia menyalakan televisi namun tak di lihatnya, ia menyiram tanaman di bagian belakang apartemen namun hanya sebagian. Masih ada Ayana yang menduduki peringkat pertama di kepalanya ia merasa kesal sekaligus merasa bersalah.

UNFORGETTABLE WEDDING (DIPAKSA MENIKAH ganti Judul) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang