Usai pertemuan dengan Gilang, rupaya Ayana dan Gilang semakin sering berkomunikasi melalui pesan dan hal itu membuat Dimas sedikit geram.
Hari ini, pukul delapan malam lewat tujuh belas menit, ia baru saja selesai mandi dan memdapati istrinya tengah senyum-senyum sendiri di atas ranjang dengan ponsel ditangannya. Dimas sedikit kesal melihat kelakuan Ayana belakangan ini. Ia terlihat lebih senang tetapi terkesan acuh pada Dimas, ia juga lebih sering keluar rumah daripada berdiam diri atau membereskan rumah.
"Lagi, apa? Seru banget." Sindir Dimas menghampiri Ayana dengan telanjang dada.
Ayana tak merespon ia tertawa terbahak-bahak.
Dimas langsung merebut ponsel Ayana, "Apa sih yang seru banget." Ujarnya kemudian membaca nama Gilang di layar ponsel.
"Hei, kamu udah selesai Mandi?" Tanya Ayana baru menyadari keberadaan Dimas.
"Gilang yang itu?"
"Iya, Gilang yang itu. Kamu tau kan? Dia lucu banget masa dia bilang...."
Belum sempat melanjutkan ucapannya Dimas mencegat.
"Apa aku sudah tidak terlihat?" Tanya Dimas.
"Bukan, bukan gitu. Aku cuma..."
"Cuma apa? Akhir-akhir ini kamu sibuk main ponsel. Baju aja kamu belum bereskan dari pagi masih disini." Ucap Dimas melirik tumpukan baju yang sudah disetrika.
Ayana langsung bangkit, "Ah, iya. Aku lupa." Ucapnya kemudian menaruh tumpukan itu ke dalam lemari.
"Mood kamu lagi baik?"
"Sangat baik. Seharian aku terus dibikin ketawa sama Gilang."
"Ay!" Nada Dimas sedikit meninggi.
Ayana membalikkan badan menatap Dimas, "Apa aku salah bicara? Aku cuman bilang seharian ini aku dibikin ketawa sama Gilang. Apa aku mengucapkan sesuatu yang salah?"
Dimas menghampiri Ayana, " Apa aku terlihat sedang bercanda?"
"Ada apa? Kenapa bertanya begitu?"
"Apa yang kamu lakukan seharian ini?!"
"Se...perti biasa. Memangnya kenapa?"
"Kamu ini kenapa? Akhir-akhir ini rumah berantakan. Kamar mandi juga. Bi Ina apalagi, sering mengeluh kulkas kosong. Sebenarnya apa saja yang kamu lakukan? Kamu sering keluar tapi kulkas tetap kosong, keperluan dirumah juga semuanya habis. Kamu ngapain aja?"
Ayana terdiam, "Maaf, aku..."
"Kamu apa? Kamu sibuk chatting dengan lelaki berdama Gilang itu? Kamu sibuk bepergian dengan lelaki lain? Kami ini sudah bersuami apa itu pantas?"
Ayana menatapnya, " Memangnya aku tidak boleh keluar? Apa aku harus di dalam terus? Memang aku hanya boleh mengerjakan pekerjaan rumah? Apa aku tidak bisa sedikit bersenang-senang seperti teman-temanku. Dari awal memang aku sudah tahu pernikahan ini hanya belenggu."
"Kenapa kamu terus membahas masalah yang sudah lalu?"
"Jujur saja, kamu sendiri masih kesulitan dengan pernikahan ini kan? Kamu hanya menganggapku seperti pembantu kan? Tugasku dimatamu hanya sebatas membereskan pekerjaan rumah, membantu bi Ina, melayani kebutuhanmu sekaligus memuaskan nafsumu. Begitu kan?"
"Kamu ini bicara apa? Kenapa ngelantur? Aku gak pernah berpikir begitu. Aku gak pernah ngelarang kamu bepergian yang aku tanyakan kamu akhir-akhir ini kenapa? Kamu terlalu sibuk dengan Gilang atau siapalah itu."
"Jangan libatkan orang lain."
"Memang dia penyebabnya!"
"Dia tidak tau apa-apa."
"Terserah saja."
Dimas kemudian keluar mengambil baju dan selimut lalu tidur di ruang tv. Ia sangat kesal namun berusaha menahan sabar. Ia berusaha memejamkan mata tapi sepertinya sulit. Ia duduk sembari meneguk segwlas air putih.
"Apa aku sudah kelewatan?" Batinnya.Dimas berjalan mondar-mandir di depan pintu, "Apa sebaiknya aku masuk?"
"Tapi dia sedang sangat marah. Apa tadi aku keterlaluan?"
Ia kembali duduk dengan perasaan entah bagaimana.
"Apa aku berlebihan ya tadi?"
*******Melihat Dimas keluar kamar, Ayana hanya menatapnya tanpa bicara. Ia kemudian duduk di atas ranjang. Matanya sedikit berkaca-kaca. Ponselnya terus berdering dibiarkan tergeletak begitu saja.
"Apa aku yang salah?"
"Kenapa dia pergi begitu saja?"
"Tapi bagaimana pun juga dia tak seharusnya melibatkan orang lain."
"Kenapa dia berkata aku seakan pembantu nya? Aku ini istrinya atau bukan?"
"Atau apa aku yang berlebihan? Aku bahkan membahas hal yang sudah berlalu. Apa ini kenapa menyebalkan sekali."
Ayana menangis entah untuk alasan apa ia membenamkan wajahnya dibantal sampai penuh air mata. Rasanya kesal. Rasanya sesak. Rasanya seperti ada penyesalan. Ah entah harus bagaimana.
Ini episode nya pendek, tagih aja biar cepet update lagi. Biar draftnya dikeluarin. Wkwkk
KAMU SEDANG MEMBACA
UNFORGETTABLE WEDDING (DIPAKSA MENIKAH ganti Judul)
Romance#21+ (Wajar) Bagaimana jika aku mencintai kekasihku tapi aku harus menikah dengan kekasih orang lain? Bagaimana jika aku tak menyukai pernikahan ini? Menikah muda dan bahagia adalah dua kata berbeda. Pernikahanku justru merenggut segalanya, ia me...