suami istri 4

23.9K 419 4
                                    

Ayana mengerjap-erjapkan matanya. Sedikit demi sedikit ia berhasil membuka mata dengan gamblang. Ia menatap langit-langit kamar dengan sedikit heran.

"Dimana aku?" tanyanya pada diri sendiri.

Ia merabah kasur mencari ponsel untuk melihat jam yang sudah menunjukan pukul 7 pagi dengan beberapa panggilan masuk tak terjawab di bawahnya.

Ayana bangkit dari posisinya dan mengamati sekitar dengan sedikit keheranan melihat kaki yang agak melebihi sofa di hadapannya. Ia tak dapat melihat siapa di baliknya karena terhalang punggung sofa.
"kaki siapa?" batinnya.

Ia mendekat ke arah kaki tersebut dan mendapati tubuh Dimas yang tengah tertidur pulas. Ayana membelalakkan matanya, "Lho, kok? " Ia mematung seperti orang linglung mendapati lelaki yang tidur satu ruangan dengannya. Rupanya ia belum terbiasa dengan kehadiran Dimas sebagai suaminya. Baginya ini seperti mimpi melihat lelaki tertidur satu ruangan dengannya. Tak pernah terbayang kalau itu adalah suaminya sendiri.

*****

Ayana melenggang meninggalkan apartemen di ikuti Dimas di belakangnya. Tak ada pembicaraan apapun sampai mereka keluar lift dan berjalan di basement.

Sepanjang perjalanan menuju rumah, mereka hanya saling diam tanpa saling bicara. Ayana tak menyukai atmosfir keheningan. Dia benar-benar ingin menghilang dari suasana mencekam seperti ini. Menikah dengan lelaki asing saja sudah membuatnya pusing ditambah keheningan yang membuat susana beku makin terasa kaku.

Dimas melirik istrinya yang sedang memasang wajah cemberut, "Mau sarapan?" tiba-tiba Dimas memulai pembicaraan.

Ayana diam tak langsung menjawab, iya menatap lurus ke depan sebelum akhirnya melontarkan sebuah kalimat nyaris tanpa hambatan, "Nasi goreng seafood" Ujarnya.

"Hah?" Dimas mengerutkan kening sedikit menoleh ke arah istrinya.

"Nasi goreng seafood" ulang Ayana.

Ah, Dimas baru menyadari maksud ucapan istrinya.

"Dimana?"

"Terserah" sahut Ayana acuh. Ia hanya ingin makan nasi goreng seafood yang enak tanpa antrian panjang.

"Kedai Rasa?"

Ayana melirik suaminya dengan tatapan sinis, "Gak enak"

Dimas sedikit berpikir, "Larva cafe?" tawarnya

"Males antri" jawab Ayana tanpa menoleh sedikitpun.

"Racha?"

"Seafood nya kecil"

Dimas merasa kebingungan mendapati tawarannya yang selalu ditolak Ayana.

"Kamu mau makan di mana?" tanya Dimas dengan nada santai.

"Ya terserah!" Jawab Ayana sedikit kesal, "Kamu yang punya ide sarapan kok"

Dimas mulai sedikit mengenal bagaimana Ayana. Ia melajukan mobil tanpa banyak bertanya. Ayana hanya mengatakan "terserah" yang mana itu artinya kemanapun Dimas membawanya ia harus setuju tanpa penolakan.

Seolah menjadi perisai di antara mereka, ponsel Ayana kembali berdering. Ia merogohnya dari tas kulit di pangkuannya.

"Halo... " sahut Ayana menjawab panggilan masuk.

"Iya ma. Aku sama Dimas... " Ayana sedikit melirik ke arah suaminya. "Bentar lagi pulang... Iya... Iya... Oke" Ayana mematikan teleponnya dan Dimas melirik ke arahnya.

"Mama" ujar Ayana tanpa perlu di tanya.

"Oh" Dimas mengangguk.

Ayana melirik ke arah suaminya, "Kapan kita pindah?" tanya Ayana.

Dimas hanya menoleh tanpa menjawab.

"Aku gak mau ya, mama terus nyuruh aku kemana-mana sama kamu" ujar Ayana kemudian.

"Seminggu lagi aku mulai kerja" jawab Dimas sembari memarkirkan mobilnya.

Mereka turun dari mobil dan memasuki sebuah kafe bernuansa oranye nan damai.

"Disini enak?" tanya Ayana berbisik pada Dimas.

Dimas hanya mengangkat bahu menandakan ketidaktahuannya. Ayana langsung memasang wajah masam melirik sinis ke arah Dimas.

Ayana adalah pribadi yang baik dan cukup supel, seberapapun canggungnya ia masih bisa mengontrol keadaan saat bersama Dimas.

Mereka duduk di meja pojok dekat jendela sembari mebolak-balik menu.
"Mba..." Ayana melambaikan tangan memanggil pelayan.

Seorang wanita muda berusia 20an dengan baju putih rapih dan rambut di cepol menghampiri meja mereka. "Mau pesan apa?" tanya pelayan.

"Mbak nasi goreng seafood yang paling enak ya. Jangan lupa pedes, terus seafood nya banyakin" cerocos Ayana.

"Penambahan seafood dikenakan biaya tambahan ya mba" jelas sang pelayan.

Ayana tak menghiraukan, ia masih membolak-balikan menu. "Minumnya Lemon tea sama mineral water"

Dimas sedikit menyunggingkan senyum melihat istrinya.

"Masnya pesen apa?"

Dimas kembali melihat menu, "Nasi gulung sama minumnya lemon"

"Lemonnya mau hangat atau dingin?"

"Dingin, sedikit asam"

Pelayan membacakan kembali menu makanan sepasang suami istri tersebut. Mereka mempunyai selera makan yang sama yaitu porsi makan yang banyak.

*Nasi gulung adalah nasi goreng special yang di bungkus dengan telur dadar tipis dan super panjang atau menu makanan besar.

Ayana menatap Dimas sinis, "Kalo sampe gak enak, kamu yang bayar" ujar Ayana.

Dimas hanya tersenyum tipis, "Katanya di sini enak" jawabnya.

Entah bagaimana mulanya, percakapan di antara keduanya kini terjadi lebih sering dan lama. Meskipun keduanya belum bisa menerima pernikahan tersebut tetapi kekakuan di antara mereka sudah mulai berkurang sedikit demi sedikit.

Berbarengan dengan makanan yang dibawakan pelayan, Dimas mendapati Manda tepat di depan matanya. Napasnya sedikit sesak melihat wanita yang masih ia cintai duduk berdua dengan lelaki yang ia tau adalah mantan kekasihnya.

Ayana mengikuti arah pandangan Dimas dan mengerti apa yang sedang ia rasakan, "Kita nikah karena dipaksa. Kamu masih bisa bebas pacaran sama pacar kamu" ujar Ayana, "Karena aku juga masih mau berhubungan sama pacar aku"

Dimas tak menjawab, ia hanya diam dan tertegun melihat pacarnya itu.

"Ini rahasia kita. Aku gak bakal bilang ke mama" lanjut Ayana.

Dimas menatap istrinya, "Aku cuma mau menikah sekali seumur hidup dan Dia juga adalah hidupku"

Ayana diam tak lagi bicara. Ia meneruskan makannya yang ternyata enak. Sepertinya dia sudah salah bicara pada Dimas.

#####

Semoga kalian suka. Yang mau kritik boleh banget di kolom komentar ya. 😄

UNFORGETTABLE WEDDING (DIPAKSA MENIKAH ganti Judul) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang