Honeymoon

22.4K 433 17
                                    

Restoran yang tampak megah itu sangat ramai.  Suasananya cukup bising dan begitu sibuk.  Beruntung, keluarga Ayana dapat memesan meja di dalam ruangan. Restoran ini memang sangat terkenal,  sampai - sampai harus menunggu beberapa hari setelah melakukan booking order. Bukan karena pelayanannya yang lambat dan tidak sigap,  hanya saja pengunjung di restoran ini tak pernah sepi bahkan di hari besar nasional. Rasa makanan yang enak dan tempat yang nyaman rupanya menjadi daya tarik tersendiri di restoran megah ini.

Ayana duduk di samping mamanya ditemani Dimas yang tampak begitu tenang dan santai.

"Nanti, jaga kesehatan, ya." kata mamanya sembari menikmati makanan.

Pak Toto, begitu papa Dimas akrab disapa menanggapi, "Dimas pasti bisa jaga Ayana." ucap pak Toto.

Ayana hanya merespon dengan senyuman, ia tak tahu harus bagaimana. Dalam hitungan jam ia akan segera menuju bandara.  Berada di samping Dimas menuju entah kemana.

"Jaga anak saya dengan baik, ya." kata papa Ayana yang biasa disapa Hamdan.

Dimas tersenyum simpul, "Pasti saya jaga." kata Dimas.

"Gak usah khawatir,  wong mereka mau pergi bulan madu kok." sahut mama Dimas yang biasa dipanggil ibu Sri Manganti.

Mama Ayana atau Ibu Rani tersenyum, "Saya gak pernah jauh dari anak saya. Jadi agak was-was." ucapnya.

Pak Hamdan menoleh ke arah istrinya, "Mereka mau seneng-seneng mah. Menantu kita pasti jaga Ayana dengan baik." Katanya.

"Iya, pa." jawab bu Rani.

Ayana tersenyum, "Aku juga bisa jaga diri kok ma."

"Ibu iku ya ngono nduk,  meskipun anaknya sudah gede pasti masih tetep khawatir." kata bu Sri.

Ayana mengangguk,  kemudian tenggelam dalam lamunan.

Suasana yang entah harus dikatakan apa.  Kedua keluarga berkumpul dan berbincang, menyampaikan pesan sekaligus harapan mereka saat dan setelah mereka pulang bulan madu.  Apa lagi yang di harapkan selain Ayana memiliki anak. Kedua keluarga itu rupanya sangat menginginkan cucu. Keduanya sangat antusias bahkan mereka berebut menggantikan popok cucunya yang bahkan belum ada. Tawa dan harapan besar mereka membuat hati Ayana melemah.  Ia tidak bisa menolak permintaan yang satu ini. Bukan masalah baginya jika ia harus segera memiliki anak,  yang menjadi masalah adalah ia tak ingin Dimas menyentuh tubuhnya meski hanya satu jengkal.

Ayana dan Dimas sudah berangkat menuju bandara, mereka berdua sudah berada di atas awan. Di dalam perjalanan,  Ayana tak begitu senang untuk berbicara dengan suaminya.  Ia lebih suka melihat awan dari balik jendela pesawat.

"Mau minum?" tanya Dimas tiba-tiba.

Ayana menoleh,  kemudian menggeleng. Ayana berusaha keras menghilangkan ego.  Ia berusaha untuk bersikap biasa saja pada Dimas. Ia menahan diri dari mengingat kejadian yang pernah terjadi dan hanya menjalani yang ada saat ini.

Tak ada lagi pembicaraan setelahnya sampai pesawat landing di Bandar Udara Internasional Ngarah Rai. Di dalam bandara sudah ada yang menunggu yakni seorang lelaki berusia akhir 20 an dengan baju putih dan udeng khas bali.  Lelaki itu memegangi papan nama bertuliskan Dimas & Ayana yang langsung dihampiri oleh Ayana dan Dimas.

"Mbak Ayana dan Mas Dimas?" tanya lelaki itu.

"Iya,  saya Ayana" kata Ayana sopan.

Lelaki itu tersenyum, "Perkenalkan, saya Wayan,"  katanya menyodorkan tangan, Ayana dan Dimas menanggapi uluran tangan itu.  "Saya yang akan jadi tour guide kalian selama di sini." jelasnya.

UNFORGETTABLE WEDDING (DIPAKSA MENIKAH ganti Judul) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang