Maaf ya

11.9K 236 24
                                    

Jangan menilai orang sembarangan, karena penilaianmu menunjukkan kualitas dirimu.
. *Notes : Qoutes ini tidak ada kaitannya dengan cerita di bawah. Cuman pengen nulis aja.

Ayana dan Dimas duduk di meja makan. Mereka memakan sarapan yang sudah disiapkan bi Ina. Suasananya sedikit canggung entah bi Ina merasakannya atau tidak tapi Dimas dan Ayana merasa sangat canggung. Keduanya tak ada yang mau membuka mulut. Tak ada yang mendahului bicara. Tak ada yang menanyakan satu sama lain.

"Mbak Aya, brokolinya habis." Kata bi Ina membuka kulkas.

"Iya bi, catat aja apa yang habis. Nanti agak siang aku beli bahan pangan yang habis."

"Siap mbak" kata bi Ina sembari memeriksa dengan seksama.

Sesi sarapan pagi ini ditutup dengan suara tegukan air yang terdengar jelas karena tak ada yang berbicara.

Dimas keluar apartemen begitu saja tanpa mencium kening Ayana ataupun pamit sekedar mengatakan dirinya akan berangkat.

"Sudah selesai mbak?" Tanya bi Ina.

"Ah, iya bi. Biar aku aja yang beresin bibi ngecek keperluan aja biar gak ada yang kelewat. Sama sekalian tolong catatkan keperluan kebersihan juga ya bi."

"Oke, mbak."

Ayana membereskan meja makan lalu mencuci piring sementara bi Ina masih sibuk dengan catatan di tangannya.

Sejak pertengkarannya dengan Dimas, Ayana bahkan tak berani mengecek ponselnya karena merasa bersalah sekaligus kesal. Ia bahkan lupa di mana kali terakhir ponselnya berada.

"Bi, aku mau ganti baju dulu ya. Nanti kalau udah ketuk pintu aja."

" Iya mbak. Bentar lagi beres."

Ayana memasuki kamarnya. Ia berdiri dibelakang pintu lalu pandangannya menyusuri tiap titik pada ruangan itu. Diperhatikannya dengan seksama suasana ruangan itu. Ranjang yang tampak berantakan. Tissue berceceran, beberapa pakaian masih tergantung di kastok, handuk yang dikenakan Dimas masih berada di atas kursi, satu lagi tergeletak di samping ranjang, bahkan meja riaspun tampak begitu berantakan.

Sepertinya Dimas benar.

Ayana melangkah, mengambil handuk lalu membereskan tampat tidur. Ia merapihkan setiap sudut ruangan hingga membersihkan lantainya. Bi Ina sudah sejak tadi mengetuk pintu tapi pekerjaannya belum rampung. Sejak awal, kamar ini sepenuhnya Ayana yang memiliki kewenangan. Sedikit saja lengah semuanya berantakan seperti sekarang.

Sekitar tiga jam Ayana membersihkan kamar, toilet, membuang sampah, memasukkan baju kotor ke mesin cuci hingga merapihkan hordeng yang tampak kaku.

Bi Ina memincingkan mata begitu melihat Ayana keluar dengan tumpukan baju kotor, "Mbak Ayana dari tadi berbenah? Kenapa gak saya aja ?"  Tanya bi Ina.

"Gak apa bi. Udah beres kok."

"Lain kali biar saya aja. Itu sampah di kamar biar saya yang buang ya." Bi Ina berjalan memasuki kamar Ayana dilihatnya kamar itu tampak sangat rapih dan wangi. Cermin dan benda-benda di dalamnya tampak mengkilap, sepertinya Ayana telah bekerja keras.

Selesai membuang sampah bi Ina cuci tangan dan menghampiri Ayana yang sedang duduk istirahat di ruang tamu.

"Ini mbak, minum jus buah naga. Pasti seger lagi." Kata bi Ina membawakan segelas jus di atas meja.

Ayana tersenyum, "Waahhh makasih bi." Tuturnya.

Satu jam kemudian, Ayana bersiap berbelanja beberapa kebutuhan yang sudah kosong. Ia keluar mengenakan dress sebetis dengan corak bunga berbahan rayon yang tampak nyaman dipakai.  Rambutnya dibiarkan tergerai dengan jepit rambut putih menempel di rambutnya.

UNFORGETTABLE WEDDING (DIPAKSA MENIKAH ganti Judul) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang