Bandung,
17.46 pmAdriana berjalan seorang diri. Tempat yang paling ia suka. Pantai. Semburat jingga tampak terpancar di langit. Membuat pantulan jingga pada wajahnya. Ia berkedip. Sesekali menatap sang Surya yang hampir saja tenggelam. Ombak mulai menghampirinya. Airnya menyapanya dengan mesra. Meninggalkan basah dan sejuk pada kaki-kaki yang telanjang.
Jilbab birunya berkibas tertiup angin. Ia tak lagi mengeluh mengenai pekerjaannya. Gadis itu tampak lebih senang ketika bekerja tidak seperti sebelumnya. Kemajuan Galih tampak sangat pesat. Bahkan ia cukup puas dengan hasilnya. Ia merasa lebih tenang. Lebih bersahabat. Bahkan lebih banyak tersenyum. Tidak seperti biasanya. Tapi entah mengapa, ada perasaan kosong dalam hatinya. Ia tak tahu apa itu.
"Hufftt...", Gumamnya. Ia menghela napas begitu saja.
Rasanya ingin berkata, bercerita. Ia menengok ke samping kanannya. Kemudian tersenyum getir. Ada perasaan yang tak bisa di ungkapkan. Bahkan ia sendiri terbingung pada dirinya sendiri.
"Baru kemarin rasanya kita berdua berdiri disini"
"Kamu tahu? Sebenarnya saya menginginkan kamu berada di sini lagi"
"Menatap senja yang sama dengan berdampingan. Tapi sayang, waktu terakhir kita disini tidak begitu baik. Iya kan?"
"Kamu tengah apa disana? Apa bisa kamu mengingat saya meski hanya satu detik? Andai kamu tahu bagaimana saya mengingatmu"
"Jika Tuhan memberikan kesempatan kedua bagi saya dan kamu bertemu lagi, saya tidak akan pernah menyia-nyiakan pertemuan kita. Saya akan memberikan kesan manis pada awal kita jumpa"
"Setya..."
Adriana tersenyum kembali. Namun kali ini senyuman nya begitu lepas. Begitu bebas. Tak ada paksaan. Seakan itulah senyuman termanis yang pernah ia berikan pada senja. Memejamkan matanya untuk kesekian kalinya. Ia merasakan hangat sinar Surya tengah memeluknya. Seakan-akan Setya ada di sisinya. Memeluknya seperti hari itu. Betapa tubuh itu masih terngiang dalam pikirannya.
"Andai saya bisa mengulang waktu, saya akan mengatakan bahwa saya telah mencintaimu sebelum kamu pergi"
"Tapi sayang, ego memang lebih besar daripada cinta. Ia mampu meruntuhkan istana yang telah di bangun"
Suara dari surau mulai terdengar. Membuat Adriana bergeming dari tempat ia berdiri. Ia beranjak berjalan. Suara lantunan surau membuatnya ingin cepat bergegas pulang dan menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslimah.
____________________________________Lebanon,
12.46"Excuse me sergeant"
Setya menatap seorang gadis pemilik suara itu. Ia tersenyum mendapati gadis yang tengah berdiri di sana. Tawanya mulai membuncah. Renyah.
"Elena!", Katanya.
"Ada apa? Kemarilah",ucap Setya.
Dengan langkah sedikit ragu, Elena masuk ke dalam kelas. Tatapnya ragu-ragu. Ia takut kalau-kalau menganggu Setya yang tengah mengajar anak-anak itu. Dengan hati-hati ia berbisik pada Setya. Entah apa. Setya mengangguk sembari tersenyum. Ia menatap gadis itu. Elena tampak sedikit canggung dengan keadaan kelas. Apalagi beberapa tentara tengah memandanginya dengan tatapan meminta penjelasan. Ia segera berlalu keluar kelas.
Beberapa menit kemudian, kelas usai. Anak-anak mulai berhamburan keluar kelas. Ada yang berlari, bermain, bahkan tak jarang ada yang masih tinggal di dalam kelas. Setya berjalan menuju belakang sekolah. Ia melihat seorang gadis tengah duduk memunggunginya di samping sumur tua. Ia tertawa renyah, kemudian duduk di sampingnya sembari menepuk bahu Elena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Lebanon
RomanceKetika perasaan cinta menggetarkan hati seorang Bintara muda, Sersan satu Setya Susanto. Akankah itu cinta atau rasa kagum pada seorang psikologis Adriana Iswara yang tiba-tiba hadir dalam hidupnya tanpa terduga. Akankah keberanian dan kelembutan Ad...