Senja Lebanon

5.2K 337 2
                                    

Mata tajam itu menatap Padang ilalang. Sejauh matanya memandang, ilalang-ilalang itu terus bergemulai. Menari bersama keelokan senja. Mentari rupanya telah berada di ufuk barat. Melukiskan semburat jingga yang begitu indah. Elena masih duduk di dekat sumur. Ia suka memandang senja di tempat itu. Wajahnya terbiasa cahaya jingga.

"Hei.."

Setya menepuk bahunya. Elena menatapnya sekali. Kemudian tersenyum renyah. Pria itu duduk sejajar dengan Elena. Rupanya tempat itu juga telah menjadi tempat kesukaan Setya. Ia merasa begitu tenang menatap senja Lebanon di Padang ilalang. Dengan menatap semburat jingganya, ia mampu mengenang senja berdua bersama Adriana di pantai itu. Ah, rupanya Adriana kembali merasuk pikirannya. Sedang apa gadis itu disana. Akankah ia juga merindukan Setya atau malah rindu itu hanya bertepuk satu tangan.

"Ada apa?", Tanya Elena.

Sedari tadi ia sempat memperhatikan Setya yang duduk di sampingnya. Setya menatap gadis itu. Sungguh, Elena mengingatkannya pada Adriana. Ia masih bertanya-tanya mengapa ada wajah semirip itu di belahan bumi yang berbeda. Ataukah ini adalah rencana Tuhan yang begitu menakjubkan.

"Hei...",kata Elena sekali lagi.

"Tidak"

"Lalu? Kenapa kamu melamun?"

"Tidak"

"Heemmm... Tidak usah pura-pura di depanku sersan"

"Setya, Elena. Panggil saya Setya"

"Ah iya Setya.."

Keduanya kembali terdiam dalam renungan masing-masing. Entah apa. Elena memainkan jari jemarinya. Kemudian Setya beranjak berjalan ke padang ilalang. Ia mencabut beberapa helai ilalang. Kemudian duduk disana. Elena sedikit bingung apa yang Setya lakukan. Tapi mulutnya mencoba untuk terdiam. Rasa penasaran itu ia tepis begitu saja.

Setya merangkai ilalang-ilalang itu menjadi sebuah lingkaran. Ia menghiasnya dengan bunga-bunga liar. Cantik sekali. Ia kembali beranjak mendekati Elena sembari menyodorkan lingkaran ilalang itu.

"Apa itu?", Kata Elena.

"Pakailah. Untukmu"

"Dimana harus ku pakai?"

"Kepalamu"

"Wow, crown flower?"

"Ya"

Betapa senangnya gadis itu. Ia menatap Setya sekali lagi. Kemudian kembali menatap mahkota bunga itu. Dengan sigap ia langsung memakainya. Betapa cantiknya gadis itu. Rambut hitam panjangnya berkibas tertiup angin. Setya berjongkok tepat di hadapan Elena. Matanya menatap tajam kearah mata hitam Elena.

Jantung gadis itu seakan berdetak dua kali lipat. Darahnya berdesir begitu deras. Kupu-kupu seakan menari-nari di dalam perutnya. Entah apa yang ia rasakan. Ia tak pernah merasakan bahagia seperti ini. Apa itu adalah perasaan yang wajar untuknya. Entahlah. Setya menggenggam kedua tangan Elena. Elena semakin menjadi-jadi. Ia menginginkan lebih dari itu. Dalam hati kecilnya, ia ingin memeluk pria itu selamanya.

"Elena...",kata Setya begitu lembut.

"Ya Setya"

"Kamu harus berjanji pada saya"

"Apa?"

"Tetap tersenyum seperti ini"

Elena tersenyum menatap Setya yang tersenyum padanya. Betapa ia tak pernah menatap senyum semanis itu. Entah bagaimana Tuhan telah menciptakan mahluk seperti dia. Elena seakan tak percaya bahwa ia akan bertemu seorang seperti Setya. Ia tak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Rasanya aneh, menggelikan bahkan menyenangkan.

Antara LebanonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang