Bus-bus berjalan dengan kencang. Membawa pasukan perdamaian di dalamnya. Bukan satu, bukan dua hampir lima ratus lebih. Pria-pria gagah, wanita-wanita tangguh berbaret biru. Seragamnya serasi dengan tubuh mereka. Roda-roda itu telah menginjak bumi Lebanon. Saatnya tugas mereka dimulai. Menjaga sebuah perdamaian dunia. Tugas paling membanggakan yang pernah ada. Dada mereka dibusungkan. Tanda kebanggaan yang luar biasa karna nama bangsa melekat pada diri mereka.
"Set? Kau kenapa?", Kata seorang pria berparas hitam di sampingnya.
Setya menatapnya sejenak. Hingga kemudian ia menggelengkan kepalanya. Ia tersenyum getir. Ia kembali mengalihkan pandangannya ke arah Padang rumput. Tidak terlalu subur. Bahkan sebagian rumputnya telah kering. Disana berdiri bangunan-bangunan tua yang cukup usang. Mungkin bekas perang bertahun lalu.
"Set, ragamu disini tapi jiwamu melayang entah kemana", kata pria itu lagi.
"Bang, saya rasa tidak tenang"
"Aish apa yang kau pikirkan?"
"Entahlah"
"Bukan kau sudah bilang par Beta kalau kau punya keluarga akan aman sama psikolog cantik itu?"
"Iya bang, yang jadi masalahnya sekarang saya memikirkan Adriana"
"Kenapa?"
"Tuhan memberi tahu saya terlalu lambat bang, dia memberi tahu saya bahwa saya mencintai Adriana sangatlah lambat. Saya takut... Saya takut ketika saya pulang... Adriana...."
"Ish... Janganlah kau berpikir seperti itu. Kalau kau cinta dia kau tunjukan dengan apa? Dengan kesetiaanmu nama kau saja Setya masa kau tak bisa setia. Masalah dia mau menunggumu atau tidak itu nomor empat belas. Ya resikonya menjadi tentara"
"Iya bang"
Linus menyandarkan kembali tubuhnya pada sandaran kursi. Ia kenal betul dengan pria disampingnya itu. Setya sudah seperti adik kandungnya sendiri. Meskipun bahkan tidak ada ikatan darah sekalipun. Selisih usia keduanya sekitar tiga tahunan. Hal itu membuat Linus harus sabar menghadapi sikap Setya yang memang seperti adik buatnya. Untuk Setya sendiri, Linus bukanlah sekedar kawan kerja atau lawan satu letting baginya. Linus sudah sangat dekat dengannya. Ia mampu berperan sebagai sahabat, kakak bahkan ayah untuknya. Tak heran hubungan keduanya begitu sangat dekat.
____________________________________Bus-bus itu memasuki sebuah markas. Tertulis dengan jelas bahwa itu adalah pangkalan tentara republik Indonesia. Satu persatu dari mereka turun dari bus. Penyambutan dilakukan dengan sangat luar biasa. Tak heran karena inilah tugas yang paling luar biasa juga. Ada beberapa tentara asing juga yang ikut bergabung. Ikut memeriahkan penyambutan para Garuda Indonesia.
Tugas akan menanti mereka esok. Satu persatu dari mereka memasuki mes-mes yang telah di sediakan. Merehatkan tubuh lelah mereka. Ini bukan suatu perjalanan dekat. Indonesia-Lebanon sangatlah jauh. Jaraknya berpuluhan mil. Menyebrang laut bahkan benua. Tak heran tubuh-tubuh kekar itu merasa kelelahan.
"Bang, aku istirahat duluan yah", ucap Setya.
"Ah iya, istirahatlah. Beta mau telpon Beta punya istri dulu"
"Iya bang"
Setya membaringkan tubuhnya di sebuah ranjang. Tidak terlalu besar. Namun cukup untuknya memposisikan tubuhnya yang lelah. Bayangan mama dan papa nya melambung di angkasa. Ia benar rindu, serindu-rindunya. Apalagi tawa terakhir Galih yang ia lihat. Atau wajah menyenangkan milik Adriana yang ia kagumi. Semuanya seakan menari dalam pikirannya.
Ia menghela napas panjang. Rasa lelah mulai menyeruak dalam dirinya. Setya memejamkan matanya. Berharap malam akan membawanya pergi jauh ke dalam mimpi. Menghilangkan dahaga rindu yang terus menggebu. Atau rasa lelah yang terus berseru.
____________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Lebanon
RomanceKetika perasaan cinta menggetarkan hati seorang Bintara muda, Sersan satu Setya Susanto. Akankah itu cinta atau rasa kagum pada seorang psikologis Adriana Iswara yang tiba-tiba hadir dalam hidupnya tanpa terduga. Akankah keberanian dan kelembutan Ad...