Adriana terduduk di ujung teras gedung. Memperhatikan anak-anak yang tengah bermain. Berlarian kesana dan kemari. Sesekali ia terlihat tersenyum. Begitu cantik. Ia suka menatap anak-anak yang bermain. Suara bising tawa mereka seakan menenangkan hati. Sesekali ia ikut tertawa meski dari kejauhan. Tiba-tiba seseorang duduk di sampingnya. Adriana menatapnya dengan kikuk. Ia tersenyum pada wanita di sampingnya. Otaknya berputar mengatakan bahwa wanita itu adalah wanita yang tadi pagi sempat bertemu dengannya.
"I'm so sorry", katanya pada Adriana. Adriana menatapnya sembari tersenyum.
"For?"
"this morning an unpleasant introduction right? I'm really sorry for that."
"Ah no.. no like that"
"Hmmm okay let's get acquainted"
"Sure"
"My name mom Rukma. You can call me Mom, dear. I am a principal this school"
"Ah, my name Adriana. Actually i am a psychologist but I am here as a volunteer in the field of education"
"Wow nice sweety"
Adriana tersenyum renyah. Ia tak pernah menyangka akan secepat itu akrab dengan orang asing. Tapi sungguh, ibu Rukma sangatlah menyenangkan. Ia mampu membuat Adriana tersenyum dan tertawa. Bahkan statement awalnya tentang ibu Rukma salah besar. Ia merasa bersalah akan hal itu. Ibu Rukma sangatlah ramah dan hangat. Meskipun pada dirinya yang bisa di katakan sangat asing dengannya. Tapi rupanya sisi keibuan ibu Rukma mampu menghancurkan tembok es milik Adriana sekalipun.
Adriana bercerita banyak tentang dirinya. Begitupun ibu Rukma. Mereka seakan-akan telah mengenal sejak dari lama dan kembali di pertemukan. Tiba-tiba Setya datang diantara mereka. Hari ini cukup untuk para relawan itu. Saatnya kembali ke markas. Setya mengangguk kepada gadis itu. Adriana tersenyum. Ibu Rukma menatap Setya kemudian menatap Adriana kembali.
"You're gone?"
"Yeah, i am sorry mom. This time is over", kata Setya.
Ibu Rukma menatap Adriana. Dua manik mata itu sangat indah. Ia tatap dua manik mata milik Adriana. Di sentuhnya pipi gadis itu. Ada rasa yang menginginkan Adriana tetep di sini bersamanya.
"You Will come again sweety?"
"Sure, mom"
Ibu Rukma memeluk gadis itu. Ia tak peduli dengan apapun. Seakan-akan ia takut kehilangan Adriana. Entah mengapa. Ia melepaskan pelukannya. Menyentuh pipi gadis itu lagi.
"Promise?", Katanya.
"Promise"
Adriana beranjak dari duduknya. Anak-anak berlarian menuju Adriana. Rupanya gadis itu telah merebut hati semua orang yang ada disana. Anak-anak itu bergiliran menjabat tangan Adriana. Gadis itu tersenyum begitu cantiknya. Jilbab pastelnya berkelebat tertiup angin. Sungguh begitu cantik ciptaan Tuhan itu. Setya tersenyum di sampingnya. Kemudian berjalan berdampingan menuju kendaraan-kendaraan yang sudah siap di sisi jalan sana.
____________________________________"Hmmm... Hmmm... Uhuk.. uhuk... Heemmm..."
"Kenapa?", Tanya Setya.
Adriana menggelengkan kepalanya. Tenggorokannya kembali tercekat. Ia memegangi lehernya. Sakit. Perih. Entah mengapa. Ia merasa sedikit pusing. Pandangannya mulai kabur kembali. Setya segera membongkar isi tasnya. Mencari-cari botol air minum miliknya.
"Minum", katanya sembari menyodorkan botol itu pada Adriana.
Gadis itu mengangkat satu tangannya tanda penolakan. Setya mulai jengah. Adriana memang sangat keras kepala. Ia tak tau bagaimana harus membujuk gadis satu ini. Ia menghela napas kasar. Adriana terus terbatuk-batuk. Membuatnya sedikit khawatir dengan keadaannya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Lebanon
RomanceKetika perasaan cinta menggetarkan hati seorang Bintara muda, Sersan satu Setya Susanto. Akankah itu cinta atau rasa kagum pada seorang psikologis Adriana Iswara yang tiba-tiba hadir dalam hidupnya tanpa terduga. Akankah keberanian dan kelembutan Ad...