Pukul 6 pagi waktu setempat. Orang-orang tengah sibuk berbenah. Hampir seluruh tentara yang bertugas sedang bekerja bakti. Membersihkan barak-barak, sanitasi dan halaman. Beberapa ada yang sibuk membenahi medicine cube. Beberapa diantaranya masih berjaga-jaga. Pagi itu seakan riuh sekali. Setya memantau para anak buahnya. Dia terbagi di bagian pembersihan halaman sekitar barak.
"Setya!!"
Seseorang memanggilnya dengan keras. Ia menatap pemilik suara itu. Terlihat Elena sedang melambai dari kejauhan. Ia tersenyum menatapnya. Sekali lagi Elena memanggilnya kemudian kembali melambai. Elena hendak berjalan memasuki area itu. Dengan sigap dua tentara yang sedang berjaga menahannya. Bukan tanpa alasan dua tentara itu menahannya. Keamanan sedang di pertaruhkan saat ini. Para relawan Indonesia akan segera datang sehingga kawasan itu perlu di jaga ketat. Elena tampak sedikit kecewa.
Setya berjalan menghampirinya. Ia menarik tangan Elena sedikit menjauh dari markas. Elena tampak tersenyum kembali. Senyumnya kembali mengembang. Betapa bahagianya hatinya. Ia seakan melonjak.
"Ada apa?", Tanya Setya.
"Anne memberimu ini"
Elena menyodorkan keranjang jinjing yang sedari tadi ia bawa. Matanya mengerjap. Ia tersenyum pada sersan muda itu. Entah mengapa harinya begitu menyenangkan saat di awali bertemu Setya.
"Apa ini?", Tanyanya sembari mengambil keranjang itu dari Elena.
"Buka saja"
"Wow Pai apel?"
"Ya. Anne memasak banyak Pai pagi ini. Jadi ia memintaku untuk membagikannya pada kalian"
"Terima kasih"
"Sama-sama"
Setya mengambil satu dari Pai apel itu. Menggigitnya hangat-hangat. Rasanya enak sekali. Lain daripada yang lain. Aromanya terus keluar bersama kepulan asapnya. Elena menatap Setya dengan penuh rasa gembira. Kemudian matanya beralih pada tentara-tentara Indonesia yang tengah sibuk pagi itu.
"Setya...?"
"Ya"
"Ada acara apa? Semua orang tampak sibuk?"
"Kami kedatangan relawan"
"Ohh pantas"
"Ya"
Sebuah terompet berbunyi. Tepat pukul setengah tujuh pagi. Setya membalikan badannya. Tubuhnya menghormat. Sang merah putih tengah di kibarkan. Seluruh tentara yang bertugas berhenti. Mereka menatap sang pusaka yang tengah di kibarkan. Mengenang negara mereka. Tanah air mereka. Tempat dimana mereka terlahir. Dimana bersemayam ibu Pertiwi. Tanah air yang amat di cintai. Beberapa menit kemudian, sang saka merah putih telah berhasil di kibarkan. Berkibar begitu gagah di langit sana. Setya kembali membalikan tubuhnya pada Elena. Elena tersenyum menatapnya.
"Eeeeee Setya. Apa ko buat di sana? Kemari bereskan pekerjaanmu sebentar lagi mereka datang"
"Baik Abang"
Linus berlalu dari tempatnya memanggil Setya. Setya menatap Elena kembali. Yang di tatap rupanya tak bisa menghentikan senyumannya. Setya sedikit heran tapi ia hapus keheranannya begitu saja. Ia tak punya banyak waktu itu terus bertanya-tanya dan heran.
"Elena saya harus pergi"
"Hmmm okay"
Setya berlalu meninggalkan Elena. Lamat-lamat punggungnya mulai menghilang. Elena masih berdiri di tempat yang sama. Ia ingin menatap Setya lebih lama lagi.
Tiiiinnn....
Tiiiinnn....
Tiiiinnn....Hampir saja Elena melonjak. Terkaget ia ketika mendengar klakson dari sebuah bus yang melintas. Ia masih disana menatap bus itu memasuki gerbang markas. Sepertinya itu adalah tamu penting. Para tentara itu tampak berbaris di depan markas. Kecuali beberapa dari mereka yang berjaga-jaga disekitar markas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Lebanon
RomanceKetika perasaan cinta menggetarkan hati seorang Bintara muda, Sersan satu Setya Susanto. Akankah itu cinta atau rasa kagum pada seorang psikologis Adriana Iswara yang tiba-tiba hadir dalam hidupnya tanpa terduga. Akankah keberanian dan kelembutan Ad...