Epilog

8K 358 26
                                    

"aku akan kembali"

"Janji?"

"Pernah janjiku, aku ingkari?"

Adriana menggelengkan kepalanya. Setya tersenyum pada istrinya itu. Di ciumnya kening Adriana. Ia berjongkok. Menyejajarkan tubuhnya dengan perut buncit Adriana.

"Jaga bunda jagoan, ayah pergi tidak lama", katanya.

Ia dekatkan telinganya ke perut buncit Adriana. Ia ciumi perut Adriana. Ia kembali berdiri. Memeluk sang istri yang sudah menangis. Adriana tak mampu menahan tangis air matanya lagi. Ia ciumi Adriana kembali. Berat rasanya meninggalkan seorang istri yang tengah berbadan dua. Tapi itulah resiko sebagai seorang prajurit. Setya menghormat pada Adriana. Adriana membenahi baret biru milik Setya.

"Ayah, cepat kembali yah"

"Pasti"

"Jaga diri baik-baik disana"

"Tentu saja. Bunda juga"

"Iyaa"

Setya mulai berjalan meninggalkan orang yang paling ia cintai di dunia. Ia melambaikan tangannya. Sebuah salam perpisahan. Setya kembali ke Lebanon lagi. Sebuah tugas yang mengharuskannya pergi kesana. Ibu Pertiwi memanggilnya lagi sebagai pasukan perdamaian.
____________________________________

Semerbak harum bunga mulai merasuk dalam lubang hidung. Menyengat. Menyeruak. Di tanah basah Adriana berpijak bersama seorang bocah empat tahunan. Tangannya tengah mengadah berdoa untuk seseorang.

"Kita pulang nak"

"Iya bunda"

Adriana mencium puncak kepala bocah laki-laki itu. Ia pandangi gundukan tanah yang ada di depannya. Di usapnya Nisan itu. Sebuah nama yang sama. Nama yang selalu ia sebut di setiap doa-doanya.

"Kami pulang mas. Beristirahatlah dengan tenang. Esok kami akan kembali lagi"

Ia tersenyum getir. Tak menyangka pertemuannya dengan Setya hari itu adalah hari terakhir ia menatap suaminya. Ia tak menyangka setelah empat bulan lamanya, ia menanti kepulangan Setya. Tapi saat itu, sebuah peti mati yang datang dan pulang. Setya gugur dalam tugasnya. Ia  harus merenggang nyawa ketika menjinakkan sebuah bom yang di pasang gerakan separatis di sebuah sekolah. Ia menyeka air matanya. Perih sekali ketika mengingatnya. Menatap putranya yang amat mirip dengan sang ayah.

"Bunda nangis?"

"Tidak sayang. Kamu mirip ayah. Gagah sekali"

Bocah cilik itu beranjak dari tempatnya. Ia berdiri kemudian menghormat. Menirukan gerakan hormatan ala tentara.

"Aku seorang tentara seperti ayah, bunda. Aku akan jaga bunda dan bangsa kita"

"Iya sayang"

Adriana memeluk putra satu-satunya. Ia menggenggam tangan mungil putranya. Kemudian berjalan meninggalkan makam Setya.

"Bunda, bunda"

"Ya sayang"

"Besok kalo Setya besar, Setya ingin jadi tentara bunda"

"Iya sayang"

END

Antara LebanonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang