7 - Salam

297 35 0
                                    

Tik.. Tok.. Tik.. Tok
Suara jam dinding yang terdengar jelas di telinga. Beberapa kali kucoba memejamkan mata tapi tak kunjung berhasil membuatku tidur.

Beberapa kali badanku terus menyapu seluruh ranjang, dehaman pun tak segan segan muncul.

"Aku baru tau kalo Ical sepupunya Engga" aku menarik nafas sejenak. "Kira-kira dia ngomong ke Engga soal waktu itu gak ya?" tanyaku sendiri. Perasaan yang tak jelas ini seolah berkecamuk di dalam hati dan membuatku terus memikirkannya.

Dretttt....

Kuraih ponsel yang tergeletak di atas meja dekat tempat tidur. Dahiku mengerut seusai melirik layar ponsel itu.

Lily : Hei Ta, jangan lupa konsul soal majalah ke senior ya!

Aku hampir saja lupa jika harus berkonsul untuk tugas majalah. Aku berfikir akan berkonsul ke kak Ani yang menurutku jauh lebih paham dan mengerti.

(Redita) : Assalamualaikum kak. Besok mau konsul soal majalah bisa?

(Kak Ani) : Waalaikumsalam.. Okee, besok gue tunggu di depan kelas

Jawabnya dengan mengirim pesan balasan setelah beberapa menit.

(Redita) : Kelas kakak sebelah mana yaa?

Tanyaku yang merasa tidak mengetahui kelasnya sama sekali.

(Kak Ani) : Kelas gue sebelah kelas yang waktu itu kita buat rapat

Sebelah kelas yang buat rapat? Itu kan kelas yang di duduki Engga waktu itu? Jangan jangan......

(Redita) : Okee kak besok aku kesitu

(Redita) : Kak aku boleh nanya nggak?

(Kak Ani) : Boleh mau nanya apa?

(Redita) : Kakak kenal kak Engga?

Aku merasa sedikit malu. Entah apa yang ku pikirkan hingga berani bertanya sejauh itu.

(Kak Ani) : Engga Rendy Saputra bukan?

(Redita) : I... Iyaa

(Kak Ani) : Pasti kenal lahh. Dia temen sekelas gue

Bener kan dugaanku. Kak Ani sekelas sama Engga.

(Kak Ani) : Emang ada apa?

(Redita) : Hehe gapapa kak cuma nanya aja

(Kak Ani) : Hmm gapapa atau apa apa?

(Redita) : Gapapa kak hehe

(Kak Ani) : Tenang dia belum punya pacar kok! Sikat aja

Ia berkata seolah mengerti pertanyaan yang ada di dalam pikiranku.

(Redita): Emang baju ya di sikat?

(Kak Ani) : Haha bisa aja! Engga itu orangnya pendiem, tapi kalo sama orang yang udah dia kenal, dia lumayan humoris

(Redita) : Ohh, terus apa lagi kak?

Tanyaku yang tak sadar karena terbawa suasana.

(Kak Ani) : Cie kepo, suka yaa?

(Redita) : Eh enggak kok kak, enggak!

Aku sedikit mengelak. Padahal dalam hati sih iya. Hehe..

(Kak Ani) : Wkwk santai santai. Engga itu deket ke semua orang. Jadi kalo lo liat dia deket sama cewek gausah cemburu. Emang dia dasarnya udah ramah.

(Redita) : Apaan sih kak. Siapa yang cemburu coba

(Kak Ani) : Suka kan?

(Redita) : Emm cuma pengen kenal lebih

Kataku spontan. Aku merasa tidak bisa mengelak. Kak Ani seolah tau apa sedang aku pikirkan.

(Kak Ani) : Ciee!

(Kak Ani) : Gamau nitip salam nih?

(Redita) : Eh gausah kak

(Kak Ani) : Ntar gue bilangin kalo dapet salam dari Redita

(Redita) : Jangan jangan kak. Gausahh!!

(Kak Ani) : Katanya pengen kenal lebih?

(Redita) : Iya sih.. Yaudah deh. Tapi jangan bilang kalo dari aku ya

Akhirnya aku menyetujui usulan kak Ani. Aku merasa tidak bisa mengelak lagi. Aku merasa dia mengetahui apa yang aku pikirkan.

(Kak Ani) : Lha trus bilang dari siapa?

(Redita) : Bilang aja kalo dari adik kelas

(Kak Ani) : Iyaa deh iyaa.. jadi perantara nihh ceritanya

Seulas senyum terus merekah di bibir tipisku. Kedua pipi bermetamorfosa menjadi merah muda. Sesekali kedua telapakku tak segan menutupi mataku. Astaga ini benar benar memalukan, batinku.

Kuhempaskan kembali tubuhku ke atas ranjang. Aku merasa perasaanku campur aduk. Entah aku harus senang atau gelisah. Yang jelas aku sendiri tak mengerti apakah ini pilihan yang tepat.

Entah apa reaksi Engga saat mendengarnya? Senang? Atau justu masa bodo?

Perasaan apa yang kurasa sekarang
Perasaan yang tak terdeteksi oleh indra perasa
Perasaan yang tak bisa ku ihat dengan mata
Hanya dia..
Iyaa... Hanya hati yang memahami

Tentang Dia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang