~Tuhan, kumohon kirimkan malaikat pencabut rindu padaku, kurasa penyakit ini semakin kronis~
***
"Lo mau kaya gini terus?" tanyanya lembut sembari membelai rambutku yang terurai. Dengan pandangan kosong mataku terus menatap tulisan dengan tinta berwarna biru tua yang memenuhi papan tulis yang terbilang tidak bewarna putih lagi.
Kesadaran perlahan terbesit di otak. Hidup bukan seperti drama korea atau bahkan film-film yang ending-nya bisa tertebak. Hidup adalah skenario yang dibuat oleh sutradara paling handal yang tiada duanya, dan pastinya hanya Dia yang tau akhirnya.
"Kalian makan aja kuenya daripada mubazir" celetukku datar sembari merebahkan kepalaku ke atas meja.
Hening, tidak ada respon dari kedua sahabatku. Entah karena mereka sibuk makan atau merasa prihatin dengan keadaanku, entahlah aku tidak peduli dengan semua itu. Aku lebih fokus menahan puing puing air di pelupuk untuk tidak menetes.
"Taa?" panggil Lily lirik diiringi sebuah belaian yang mengenai lenganku. "Lo masih bisa berjuang Ta, ini bukan akhir dari segalanya" katanya dengan sangat lembut.
"Mungkin lo belum berhasil, tapi apa lo akan kaya gini terus? Gue yakin lo masih sanggup berjuang Redita" ucapnya memotivasi. Perlahan kuangkat kepalaku dan menepatkan pandanganku ke arahnya.
"Gue tau lo kecewa banget sama kejadian kemarin, lo udah nyiapin semuanya buat ngasih kejutan Engga, bahkan rela nungguin berjam-jam di depan toko kue" jelasnya. "Tapi disini siapa yang tau kalau Engga bakal ke luar kota, kita gak bisa nyalahin keadaan"
"Trus aku harus gimana?" tanyaku pasrah dibarengi tundukan kepala.
"Lo lupa satu hal Redita" ujarnya dengan mengulas senyum lebar. Dengan sergap kepalaku kembali terangkat. "Lo lupa kalo lo masih bisa ngasih dia kado" jawabnya seolah mengerti kebingunganku.
"Jadi sekarang lo senyum, dan siapin tenaga lo buat berjuang lagi! Ntar gue bakal anterin lo beli hadiah buat Engga, Yakan Yul?" seketika aku dan Lily bersama sama menatap ke arah Yuli.
"Yul?" panggilku mengulangi. Sedari tadi ia diam tidak ikut nimbrung obrolanku dengan Lily, ia seolah sibuk dengan gadgetnya. Aku tau mungkin dia masih kesal dengan masalah tempo hari.
"Iya iya gue bantuin" jawabnya yang sedikit nge-gas tapi masih terlihat sisi perhatiannya sebagai seorang sahabat, yang membuatku dan Lily saling mengulas senyum.
***
(Flashback on)
"Agas kamu sukanya apa si?" tanyaku.
"Elo"
"Ishh serius Agas" kesalku.
"Gue juga serius" jawabnya.
"Tau ah ngomong sama kamu mah nyebelin" gerutuku.
"Agas?" panggilku beberapa detik kemudian. Namun, hanya dibahas dehaman olehnya.
"Kalo yang kamu gak suka apa?" tanyaku.
"Dino" singkatnya setelah menghela napas berat.
"Tau ah ditanya beneran malah becanda" sewotku.
"Gue serius gue gasuka Dino" elaknya.
"Semua orang juga gasuka dinosaurus" timpalku dengan sedikit nge-gas.
"Siapa bilang gue gasuka dinosaurus?" ia berbalik tanya. "Gue itu gasuka Dinomer duakan" jawabnya diiringi ketawa keras.
(Flashback off)
"Mau beli yang ini mbak?" tanyanya yang membuatku terbangun dari alam lamunan dan mengalihkan pandanganku dari boneka dino berwarna biru yang cukup besar itu.
"Emm kira kira cowok sukanya dikasih kado apa ya mbak?" tanyaku kepada si mbak mbak penjaga toko.
"Belikan saja barang kesukaannya" jawabnya.
"Kesukaan? Engga sukanya apa ya?" tanyaku lirih namun masih bisa didengar oleh si Mbaknya. Aku tidak mau memberinya baju, jam tangan, sepatu atau sejenisnya. Bagiku itu semua terlalu umum. Aku ingin memberi sesuatu yang ada kesannya.
Si Embak tersenyum tipis seolah mengerti ketidaktahuanku mengenai Engga. "Cowok mbak orang islam?" tanyanya.
Aku menghembuskan napas kasar. "Bukan cowok mbak, masih gebetan"
Dia tertawa kecil " Iya maksud saya gebetan mbak orang Islam?" tanyanya yang kubalas dengan anggukan.
"Jika dia orang Islam dia tidak akan menolak dan pasti akan suka dengan kado yang satu ini, benda yang sangat bermanfaat dan menjadi petunjuk serta pedoman" jelas si Embaknya. Aku hanya mengernyitkan dahi mendengarkan penjelasannya.
"Beri dia Al Qur'an" lanjutnya. Aku dibuat bungkam tidak bisa berkata apapun. "Em maaf mbak saya hanya memberi usulan, semua terserah mbak"
Aku mengulas senyum tipis dan menggeleng "Tunjukkan kepada saya mana yang bagus"
***
"Lo jagain siapa tau ada orang, gue cari kardusnya ke dalam" katanya bersamaan dengan langkah memasuki bangunan berukuran 4 x 3 meter.
Mataku terus menyapu sekeliling untuk memastikan keadaan aman. Sementara suara benda benda jatuh kudengar dari dalam ruangan tempat Yuli mencari kardus. Jika saja semua berjalan baik pasti aku tidak akan berada di bank sampah sekolah.
Yaa saat ini aku berada di bank sampah sekolah. Jika kalian bertanya kenapa aku dan Yuli bisa berada disini? Mungkin jawaban yang tepat adalah semua ini sebagian dari perjuangan. Huh cukup berat juga bukan?
Bahkan aku harus mengerjakan tugas Kimia Yuli sebagai iming-iming supaya dia mau membantuku mencari kardus. Ya semua ini gara-gara kotak kado di toko itu habis, bahkan paper bag pun stoknya habis, kecuali hanya ada kertas kado. Astaga, ini toko mau bangkrut kali ya? Dan sialnya di daerah tempat kami hanya toko itu yang masih buka. Tidak mau mengambil resiko kegagalan atau menunggu besok akhirnya terbesit ide di kepalaku. Dan alhasil beginilah akhirnya.
"Kotak yang seukuran dengan kado lo gak ada"ujarnya setelah keluar dari ruangan tersebut."Trus gimana?" tanyaku sedikit kebingungan.
"Ini tadi ada kardus gede, gampanglah ntar kita buat kotak seukuran kado lo dari kardus ini" jelasnya sembari menunjukkan sebuah kardus berukuran besar yang berada di tangan kanannya.
"Pinter banget sih, Makasih Yuli" pujiku dengan riang.
"Hemm, yang penting lo kerjain tugas Kimia gue" katanya mengingatkan.
"Iyaa iya bawel, ayo buruan pergi keburu ada yang lihat" ajakku dengan membantu Yuli membawakan kardusnya.
***
Hai readers setia Tentang Dia😊
Mohon maaf aku baru bisa lanjutin part-nya karena kemarin masih fokus UNBK, semoga readers bisa ngerti ya😊🤗
Oiya tetep baca cerita aku ya, dan jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan vote dan comment🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Dia [END]
Teen FictionJika mendengar kata "Dia" siapa yang ada dipikiran kalian? Dia yang menjadi orang spesial dalam hidup kalian? Atau Dia yang selalu kalian benci? Atau justru Dia yang menjadi masa lalu kalian? Ini cerita Tentang Dia Yang kusuguhkan untuk kalian semua...