36 - Satu Kurang dari Tiga Gabungan

181 21 0
                                    

Kecewa? Nyesek? Menyerah? Berhenti?
Kata itu yang sepertinya layak untuk menggambarkan perasaanku kala ini. Sebilah pisau tajam rasanya kini telah menggores hatiku. Apakah aku harus berhenti? Dan melupakan semua perjuanganku?

Mungkin menyerah adalah pilihan yang tepat. Berjuang dengan cinta sepihak rasanya begitu sulit. Mungkin benar kata orang, mencintai tidak harus memiliki. Melihat kamu tersenyum sudah membuatku bahagia, meskipun bukan aku alasanmu demikian.

Cukup mengagumimu dalam diam
Memandangmu dari kejauhan
Menatap matamu dalam lamunan
Dan berpura pura bahagia dalam kesakitan

Drett drett...
Suara getar ponsel berhasil mengganggu lamunanku. Seketika kuletakkan pena yang sedari tadi kugunakan untuk menggores buku harianku.

"Kemana aja baru nongol?" ketusku tanpa menunggu ia berbicara duluan. Setelah aku melihat nama yang tertera di layar ponselku, emosiku langsung meluap. Entah karena dia beberapa hari ini tidak ada kabar atau karena masalahku dengan Engga. Aku sendiri kurang paham.

"Cari nafkah" jawabnya dibuntuti suara ketawa.

"Arghtt, kamu itu kaya hantu tau gak, tiba tiba ilang kadang tiba tiba nongol" bentakku.

Dia ketawa keras di ujung ponsel. "Lagi apa?" tanyanya masih ada sisa ketawa. Kadang aku bingung dengan orang, kenapa jika berbicara lewat telepon selalu muncul pertanyaan 'lagi apa' memang tidak ada pertanyaan lain selain itu.

"Belajar" ujarku yang masih sedikit jutek. Sekali kali bohongin Agas tidak masalah kali ya? Agas juga sering bohong padaku. Biar impas ceritanya. Hehe.

"Matematika?" tanyanya menebak. Ternyata Agas masih ingat dengan pelajaran favoritku itu. Dulu kami sering bertukar pikiran mengenai pelajaran favorit masing masing. Seusai sekolah, Agas sering main ke rumah dengan alasan belajar, tapi nyatanya ngabisin makanan.

"Huft Iyaa" jawabku. Seusai mengatakan itu entah kenapa aku langsung membuka pelajaran favoritku itu.

"Kita belajar bareng yuk?" ajaknya di ujung ponsel.

"Gimana caranya?" tanyaku heran. Pasalnya sekarang kita sedang telpon sangat sulit belajar via suara seperti ini.

"Gue kasih lo tebakan lo jawab ya" suruhnya. Aku hanya berdehem. Entah kenapa aku pun mengikuti instruksinya.

"Satu kurang dari tiga gabungan" ujarnya yang menyebut kata per kata dengan pelan.

Aku berpikir dengan sangat keras. Seketika kutulis apa yang diucap Agas diatas buku yang berada di depanku. Walaupun berulang kali berpikir aku tetap tidak mengerti maksud Agas.

"Ditulisnya pake simbol Ta" ujar Agas sedikit meledek. Sepertinya ia tau jika sedari tadi aku kesulitan berpikir untuk menjawab teka teki darinya.

"I < 3 gabungan" gumamku sembari menulisnya pada sebuah kertas.

Sepertinya ia mendengarku berbicara, padahal aku mengucapnya begitu lirih. Entah bagaimana itu orang pendengarannya bisa sangat kuat.

"Gue kasih clue deh" ujarnya setelah membuang nafas kasar. "Gabungan itu nama lainnya apa?"

Aku mengetuk ketuk kepalaku dengan pensil. Berusaha mengingat. "Union" ujarku setelah berhasil menemukan nama lain gabungan dalam matematika.

"Nah sekarang lo tulis pakai simbol" suruhnya.

"I < 3 U" gumamku sembari menulis simbol simbol yang berhasil aku dapatkan.

"Udah trus kenapa?" tanyaku bingung karena instruksi Agas tidak jelas.

Kudengar Agas menghela nafas lalu menghembuskannya. "Lo sekarang oon banget sih" ledeknya yang membuatku memurungkan muka. Berani beraninya dia menghinaku seperti ini.

"Udah ah gak mau nebak lagi" kataku dengan sedikit kesal.

Agas ketawa kencang. "Dasar tukang ngambek" perkataannya semakin membuatku bertambah kesal. "Gue bantu deh biar cepet" tambahnya masih dengan nada meledek.

"Sekarang lo baca semua itu" suruhnya. Entah kenapa aku menurut dengan ucapannya.

"Satu ku...

"Angka satu itu kaya huruf apa?" tanyanya memotong pembicaraanku.

"i" singkatku.

"Oke sekarang lo baca pake bahasa inggris" suruhnya.

"Ay kurang dar...

"Bukan Ta, tanda kurang dari 3 itu lo gabung dan lo rotasikan 90 derajat ke kiri" suruhnya setelah menghela nafas panjang.

"I <3 U " kutulis simbol simbol itu lagi. Jika tanda kurang dari digabung dengan angka 3 lalu diputar 90 derajat jadinya...

"Udah ketemu?" tanya Agas memecah suasana hening karena aku sedang berpikir.

"Ay love yu" ujarku spontan dengan nada datar.

Agas seketika ketawa. Berkali kali ia mencoba berbicara tetapi masih saja tawanya menghalangi. Aku heran. Apa ada yang salah dengan ucapanku? Pasalnya aku hanya mengucap tebakan yang Agas beri.

"I love you too Ta" ujarnya setelah berhenti tertawa. Sekarang aku paham. Ini semua hanya akal akalan Agas untuk menjebakku. Bisa bisanya dia memberi tebakan satu kurang dari tiga gabungan. Dan bodohnya aku baru menyadari semua itu. Dasar cowok modus.

"Apaan sih gak lucu" ujarku dengan penuh perasaan kesal. Seketika kututup ponselku karena merasa malu sudah mengucap kalimat itu kepada Agas.

Tentang Dia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang