23 - Dasar Anak Kecil

183 29 0
                                    

Hembus angin yang masuk ke dalam ruang kelas langsung menghantamku. Silir sang bayu yang masuk lewat pori pori terasa menyatu dengan tubuh. Membuat seluruh tubuhku merasa merinding. Dengan spontan kumasukkan kedua tanganku ke dalam saku jaket berwarna abu abu yang sedang kukenakan. Kurasa hari ini aku datang terlalu pagi. Hingga belum ada satupun makhluk yang bernama manusia kutemui di dalam kelas.

Karena masih terkantuk, mataku mulai memejam. Didukung tiupan angin membuatku semakin ingin memejam. Akhir akhir ini karena sibuk dengan kegiatan ekskul, tugasku menggunung. Alhasil aku sering menerapkan yang namanya SKS (Sistem Kebut Semalam).

"Hoiii!" bentak seseorang saat kepalaku mulai bertumbukan dengan meja. Suaranya terdengar begitu cempreng hingga membuat gerak refleks pada tubuhku. Benturan tangan yang begitu keras juga berhasil mengenai pundakku.

Kuputar kepalaku 90 derajat, yang sebelumnya sempat kukucek mataku supaya bisa melihat pelakunya dengan jelas. Dengan mata yang masih menyipit kuperhatikan wajahnya yang sedang duduk tepat di sebelahku.

"Tumben dateng pagi?" tanyaku yang sebelumnya sempat melihat jam yang tertera di layar poselku. Karena masih merasa mengantuk kugeletakkan kembali kepalaku di atas meja. Namun kali ini wanita itu, yang tak lain adalah Lily, tidak tinggal diam. Ia terus menarik tanganku walau aku berusaha melawannya.

"Temenin gue Taa!" ujarnya kemudian yang masih berusaha menarik tanganku supaya aku terbangun. Kali ini dia menang. Kuangkat kepalaku kembali dan ia pun menarikku berdiri. Ia terlihat tersenyum karena mengerti jika aku mengiyakan ajakannya.

"Kok kearah kelas Engga?" tanyaku dalam hati saat Lily berjalan berbelok. Sesaat aku berhenti sebentar karena ragu. Namun Lily terus menarikku.

Dan yaa.. Ternyata benar Lily berhenti tepat di depan kelas Engga. Beberapa saat kemudian ia mengeluarkan sebuah amplop dan memberikannya kepada dua orang wanita yang duduk di depan kelas.

"Makasih ya dek!" kata salah satu cewek itu sembari membaca selembar kertas yang tersimpan di dalam amplop pemberian Lily. Sebelumnya Lily sempat memberitahu bahwa itu adalah surat izin tetangganya.

Wanita itu benar benar cantik jika diperhatikan dari dekat. Kalian pasti tau siapa dia? Walaupun ini semua masih teka teki namun perasaan kesal dalam hati ini sulit untuk dihilangkan. Namanya juga manusia wajar kali ya?

***

"Masak gue cuma ngerjain satu nomer. Udah soalnya susah waktunya cuma dikit!" desah seorang yang sedang berdiri di dekat pilar bangunan. Seusai istirahat kelas kami ada ulangan harian MTK. Dan sudah menjadi adat jika ulangan tidak bersamaan, alias sebagian ulangan sebagian lagi diluar, begitupun sebaliknya.

Kami yang ada disitu semua tertawa mendengar perkataan spontan yang sangat keras dari cowok yang berdiri mengahadap ke arahku duduk. Saat aku sedang melihatnya, mataku terpusat. Tawaku langsung hilang. Berganti dengan pandangan hipnotis.

Beberapa kali melihat tapi tak bosan
Beberapa kali menatap masih deg-degan
Lihat senyumnya, bikin kaku
Denger suaranya juga masih terpaku
Jimat apa yang sebenarnya ia pakai?

Bukan untuk cowok yang menyandar dipilar itu, tapi untuk cowok yang sedang berjalan di belakangnya. Untuk cowok tengah di antara ketiga cowok yang melintas di depanku.

"Eh maaf!" kataku yang baru sadar jika sedari tadi tanganku menggenggam erat tangan seorang yang ada di sebelahku.

"Gue tau kali Ta, santai!" jeda, "lo tercengang ngelihatnya waktu di masjid gue juga tau!" katanya sesaat kemudian. Aku hanya menyeringai kebingungan. Apa maksudnya? Apa dia tau jika aku menyukai Engga.

"Iyaa gue tau lo suka Engga!" katanya seperti bisa membaca isi hatiku. Ini orang benar benar berbahaya. Dari mana dia tau semua ini. Apa karena Lily yang keceplosan waktu itu. Tapi dari mana dia tau Engga? Kenapa semua begitu rumit.

"Lo gak salah suka sama dia. Gue aja jadi cewek juga melting lihatnya!" katanya yang membuat mataku berkaca. Bibirku tersenyum malu mendengarnya. Dengan spontan tanganku menggenggam kembali tangannya begitu erat. Aku merasa ada aliran dukungan dari diri Lia. Selain dari kedua sahabatku Lily dan Yuli.

"Mau kemana?" kata seorang cowok yang yang terdengar lirih. Seketika kulihat asal suara. Terlihat 2 orang cowok yang berdiri di halaman lurus dengan tempatku duduk. Pelakunya adalah rekan sekelasku dan Engga. Namun kali ini Engga berjalan sendiri dan dihadang oleh rekanku. Kurasa mereka memang sudah saling mengenal karena PAS.

Beberapa kali Engga berusaha berjalan namun langkahnya selalu dihadang oleh rekanku. Namun anehnya Engga hanya tersenyum pasrah.

"Dasar anak kecil" kataku sembari menggeleng dan tersenyum melihat tingkah mereka.

"Lihat tuh tangannya" kata Lia. Pandanganku langsung tertuju kepada barang yang dipegang di tangan kanan Engga.

"Pantes badannya agak gemuk minumnya aja susu kotak!" tambahnya kemudian sedikit mengejek. Aku yang mendengarnya sedikit menahan tertawa. Walau setelah itu tawa kami pun pecah.

Tentang Dia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang