~Aku dan Kamu seperti dua air di Selat Gibraltar, selalu bertemu tapi tidak mungkin bersatu~
***
Kokok ayam jantan terdengar lantang bak sebuah alarm bagi seluruh orang. Anugerah Tuhan lagi lagi begitu besar. Beriringan dengan itu duplikat alarm alami yang dibuat manusia itu berbunyi. Refleks tanganku segera mematikannya. Segera aku melakukan ritualku untuk berangkat sekolah.
***
"Pagi"
"Pagi"
Tidak henti hentinya aku melempar senyum dan sapaan kepada setiap orang yang kulintasi di sepanjang koridor sekolah. Dengan harapan hari baru dan semangat baru untuk bangkit dari masa kelam.
"Pagi Redita" sapaan hangat yang dilempar Lily dan Yuli secara serempak. Tidak kalah hangatnya aku membalas sapaan yang sama dengan bubuhan sebuah pelukan.
"Cie udah kelas 12 nih" ledek Yuli.
"Sini sini lo duduknya sama gue lagi, gue udah cari bangku paling strategis supaya kita gak kena tunjuk" ujar Lily sembari menepuk tepukkan tangannya di bangku kosong sebelahnya.
Mataku sempat menyapu seluruh isi ruangan. Tentu aku merasa tidak asing dengan ruangan ini, karena dulunya ruangan yang kutempati saat ini sering sekali aku kunjungi. Ruangan yang menyimpan seorang yang dulu kuanggap sebagai seorang Pangeran. Nasib naas memang menimpaku, aku dan Engga memang dari program MIPA yang sama jadi aku menempeti bekas kelasnya.
Mataku tertuju kepada bangku nomer 2 dari depan itu, dulu tempat itu yang selalu diduduki oleh Engga.
Aku tersenyum miris "Kamu jangan bodoh Redita, kamu cuma pelampiasan" kataku dalam hati. Apalagi aku sedikit kecewa dengan kak Ani, yang sepertinya tau akan rahasia selama ini.
(Flashback on)
"Kak Ani?" panggilku dengan lirih hampir saja air mataku menitih. Jika melihat wanita itu aku seperti melihat sosok seorang kakak pada dirinya.
"Hey lo kenapa?" khawatirnya.
"Engga kak"
"Kenapa dia?" tanyanya setelah mengerutkan dahi.
"Ternyata bukan kak Wati orang yang Engga suka"
"Udah lo gausah ngarepin dia lagi, lo fokus aja sama sekolah, jangan sampai masalah kaya gini ganggu sekolah lo"
Dengan tantapan yang masih kepadanya aku berpikir. Kenapa dia tidak kaget atau ingin tau siapa wanita yang disuka Engga. Apa dia sudah tau?
"Aku gak ada apa apanya dibanding cewek itu kak" pasrahku.
"Setiap orang itu pasti punya kelebihan masing masing, masalah kaya gini gausah terlalu dipikirin. Masih banyak cowok yang lebih baik dari Engga"
Sungguh jawabannya diluar dugaan. Padahal aku mengira dia akan kepo dengan pancinganku. Tapi kenyataannya dia malah memberiku motivasi.
Apalagi jika kutanya apa dia tau siapa cewek yang disuka Engga pasti jawabannya selalu saja tidak usah dipikirin fokus saja sama sekolah. Kan aneh, padahal tinggal jawab iya atau tidak.
Apa dia sebenarnya sudah tau lama jika Kak Ela lah wanita yang disuka Engga. Seperti yang Rani bilang jika cewek itu tidak jauh dari kelas Engga. Dan benar saja, ternyata Kak Ela adalah tetangga kelasnya sendiri.
(Flasback off)
"Taa ayo duduk" kaget Lily membuyarkan lamunanku.
"Ta?" panggil Yuli. Dan aku hanya menoleh ke arah samping tanpa menjawabnya. Karena kini Yuli memilih duduk sejajar denganku, tidak di depanku lagi. Ya jelaslah kalau duduk di depanku berarti dia duduk di depan papan tulis. Hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Dia [END]
Teen FictionJika mendengar kata "Dia" siapa yang ada dipikiran kalian? Dia yang menjadi orang spesial dalam hidup kalian? Atau Dia yang selalu kalian benci? Atau justru Dia yang menjadi masa lalu kalian? Ini cerita Tentang Dia Yang kusuguhkan untuk kalian semua...