50 - Sebuah Isi Hati

153 18 0
                                    

Brakkkk...

Suara lemparan kotak berwarna biru itu tak kalah kerasnya dengan suara benturan pintu. Suara tumbukan benda itu terdengar menggema seisi ruangan. Kubenamkan kepalaku diantara kaki yang tertekuk. Hanya isakan menyelimuti ruangan yang hening.

Air mata terus mengalir, entah karena menangisi Agas yang pergi atau menyesali segala sikapku yang berlebihan padanya. Semua itu bak sebuah gado gado, campur aduk.

Kuangkat kepala sejenak, memberi rongga untukku bernapas. Tanpa sengaja mataku tertuju kepada sebuah benda yang tercecer di dekat tempat tidur. Benda-benda yang keluar dari perut kotak yang beberapa saat lalu sempat terhempas.

Dalam waktu sekejab tubuhku sudah dibawa menghampiri hadiah itu. Sesekali tanganku menyeka air yang masih membanjiri pipi. Saat ini, hanya sebuah kado yang bisa terlihat. Sebuah kado pemberian orang yang dalam hitungan detik telah menghilang.

Satu per satu aku mengabsen kado kado itu, mengangkat dan meletakkannya kembali. Mulai dari sebuah boneka doraemon berukuran lumayan besar, sebuah kotak musik, gantungan doraemon mini, squishy doraemon, peralatan gambar dan lukis, sebuah tasbih, sebuah earphone dan sepasang sendal kamar. Aku merasa sekarang toko mainan sudah berpindah di kamarku. Lebih anehnya, semua benda-benda itu berwarna biru muda. Untung saja tidak ada yang pecah karena sudah terbanting berkali-kali.

Seulas senyum getir melengkung di bibirku. "Dasar konyol" gumamku sembari memasukkan benda-benda itu ke dalam kotak. Dahiku mengernyit ketika menemukan sebuah benda yang tertinggal di dalam kotak.

"Apa itu juga hadiah?" liriku. Tanpa menunggu kepompong berubah menjadi kupu kupu, tanganku segera mengambil benda itu. Sebuah benda berwarna hitam seperti buku, namun tidak terlihat baru. Benda yang lebih mirip dengan buku harian.

Untuk: lembar yang kugores
Lo gausah ke-gr-an. Gue itu gak suka nulis kaya gini, lo aja yang maksa jadi pendengar setia gue.

Sebuah tulisan yang pertama kali kulihat saat aku membuka halaman pertama buku berwana hitam itu. Dengan rasa penasaran yang tinggi, tanganku terus membalik lembar berikutnya.

(10 Agustus)

Terpaksa gue harus cerita ke lo. Lo tau kagak? Kalo lo tau, gue tetep kasih tau.
Dia hari ini marah sama gue. Gue ngerasa jadi lelaki paling bodoh sedunia, karena di hari ini gue ninggalin 2 perempuan yang sangat gue sayangi, pertama wanita pemilik surga gue dan kedua adalah dia.

Aku menyeringai saat membaca sebuah tulisan di lembar kedua itu. Dengan susah payah aku mencerna kata per kata yang ditulis oleh tangan Agas. Hanya ada satu kata kunci disitu '10 Agustus'. Dan tanggal itu mirip sekali dengan hari dimana aku dan Agas berpisah. Namun apa maksudnya meninggalkan ibunya? Bukankah Agas pergi bersama ayah dan ibunya?

(Agustus)

Selembar kertas dan pena
Ck gue bosen
Gue rindu

(September)

Lo lagi lo lagi
Gue rindu asal lo tau

(Oktober)

Gue mau bilang sesuatu, lo jangan bilang siapa siapa. Awas kalo lo boong. Gue gores terus tubuh lo
HARI INI GUE RINDU..

(November)

Hari ini gue gak akan bilang "Gue Rindu"
Tapi gue mau bilang kalo "Gue Kangen"

Tentang Dia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang