~Jika suatu saat kamu jatuh cinta padaku, semoga saja perasaan ini masih tetap sama. Jika tidak, mungkin penyesalan menghampiri salah satu diantara kita. Entah karena rasamu yang datang terlambat, atau aku yang pergi terlalu cepat~
***
(Randy): Makasih😊
(Randy): Repot repot segala
Sebuah chat yang berhasil menghantarkanku ke fase dimana merasa tertawa sekaligus terharu. Dibalik indahnya kotak yang terbalut dengan kertas berwarna silver dan aksen pita berwarna biru, tersimpan begitu banyak pengorbanan. Perjuangan yang dilalui untuk sebuah kotak itu sampai di tangan Engga, tidaklah mudah. Bahkan dihari pemberian kotak itupun kedua sahabatku juga dibuat berjuang.
"Ck konyol" gumamku sembari mengulas senyum mengingat cerita dan perjuangan mereka.
(Flashback on)
"Ssttt sstt" panggil Lily dari balik jendela. "Sttt Kak" panggilnya ulang dengan memasukkan kepalanya ke dalam sisi jendela yang terbuka, karena merasa lawan bicaranya tak kunjung menyahut.
"Kak Engga ada Kak?" pertanyaan pertama yang Lily lontarkan ketika sang perempuan yang hanya duduk sendiri di dalam kelas itu menghadap ke arahnya.
"Di luar mungkin" ketusnya setelah matanya menyapu seluruh ruangan.
"Minta tolong panggilin kak" suruh Lily.
"Panggil aja sendiri" cueknya kemudian fokus kepada gadgetnya dan mengabaikan Lily dan Yuli yang hanya menampakkan kepala mereka ke dalam ruangan lewat jendela belakang kelas Engga. Kini, mereka dibuat menggerutu karena ucapan perempuan itu.
"Nyariin siapa dek?" muncul seorang lelaki yang tiba tiba berdiri tepat di depan Yuli dan Lily. Sontak mereka berdua terkejut. Padahal mereka pikir di dalam kelas itu hanya ada satu perempuan yang sibuk sendiri dengan gadgetnya itu. Mungkin saja, si Masnya dari tadi duduk di bawah meja atau gelesoran yang jelas dia tiba-tiba saja nongol seperti jin yang keluar dari lampu ajaib.
"Emm anu kak itu Kak Engga ada?" tanya Lily gugup karena ia tau persis bahwa lelaki yang berada di hadapannya saat ini adalah ketua ekstra pramuka yang terkenal tegas bin galak.
"Ke kantin kayaknya dek" ujarnya setelah menoleh sebentar ke arah luar. "Ada perlu?" tanyanya kemudian.
"Dititipin ke dia aja" ujar Yuli berbisik.
"Emm Iyaa kak, nitip ini nanti tolong kasihin ke kak Engga ya kak" ujar Lily sembari menyodorkan sebuah kotak yang terbungkus kantong kresek berwarna hitam. Itu juga bagian dari ide mereka. Saat kutanya kenapa harus dimasukkan ke dalam kantong kresek, mereka bilang supaya tidak ada yang tau dan curiga.
Lelaki itu mengernyitkan dahinya. "Okay ntar gue kasih ke Engga" ujarnya sembari menyodorkan tangan untuk menerima sebuah kantong kresek berisikan kado itu.
"Ntar ngasihnya ke kak Engga pas sepi aja kak jangan pas ada banyak orang" pesan Lily seperti emak-emak yang memberi nasihat kepada anaknya. Dan lelaki itu hanya memberi anggukan.
"Bilang ke kak Engga ya kak jangan dibuka di sekolah, suruh buka di rumah aja" larang Lily menyampaikan pesan yang kutitipkan sebelum ia berangkat menuju kelas Engga. Lagi lagi lelaki itu hanya mengangguk dan mengiyakan ucapan Lily.
"Oiyaa kak jangan di buka, awas aja kalo sampai dibuka" ancamnya sembari menarik ulang kantong kresek itu.
"Iyaaa" jawabnya dengan menahan supaya tidak tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Dia [END]
Teen FictionJika mendengar kata "Dia" siapa yang ada dipikiran kalian? Dia yang menjadi orang spesial dalam hidup kalian? Atau Dia yang selalu kalian benci? Atau justru Dia yang menjadi masa lalu kalian? Ini cerita Tentang Dia Yang kusuguhkan untuk kalian semua...