Tepatnya hari ini adalah anniversary sekolahku. Ini adalah kali kedua aku ikut merayakan anniversary SMA-ku. Memang bukan hal yang luar biasa. Bahkan ini termasuk hal yang umum untuk semua sekolah. Namun karena gak ada pelajaran itu yang bikin luar biasa.. Hehe...
"Ntar pulang sekolah jangan pulang dulu. Ngerjain mading!" kata ketua kelas yang menyela suara bising saat jamkos. Hari ini baru hari pertama jadi belum terlalu banyak kegiatan, hanya ada beberapa lomba untuk anak SMP. Ada juga lomba kebersihan kelas dan lomba pembuatan mading untuk setiap kelas.
"Gue gak bisa!"
"Gue juga ada urusan penting!"
Kulihat banyak yang mengacungkan tangan untuk mendaftarkan diri tidak mengikuti perintah ketua kelas.
"Trus kalo pada gak bisa, mading lo gimana? Mau kelas kita dapat denda?" kata Aldi selaku ketua kelas yang sedikit membentak karena banyak yang gak bisa lembur buat mading.
"Penilaian tinggal lusa lho. Tapi kalo kalian semua mau sediain uang buat bayar denda ya gapapa!" tambahnya sedikit marah. Ku lihat semua orang tertunduk setelah mendengar ucapan Aldi. Entah karena merasa bersalah atau karena gak peduli.
Tak lama setelah itu ku lihat Aldi kembali ke tempat duduknya dengan muka masam.
"Hmm kok aku jadi kasian sama Aldi ya. Dia kan kaya gitu juga buat kita!" kataku ke Lily dan Yuli yang sibuk membahas lagu lagu baru dari penyanyi idolanya.
"Ntar kita bantuin Aldi ya!" tambahku sembari menoleh ke Lily dan Yuli.
"Lily Yuli kalian dengerin aku gak sih?" gertakku karena aku merasa dikacangin oleh mereka.
"Iya dengerin kok Ta. Yang penting pulangnya jangan terlalu sore aja!" jelas Yuli yang nampaknya sudah selesai membahas lagu idolanya.
"Iya iya ntar kita bantu!" tambah Lily sambil memasukkan Hp ke dalam saku bajunya dan mengubah posisi menghadap ke arahku.
"Nah gitu!" kataku sedikit senyum karena mereka sudah memusatkan pandangannya kepadaku.
***
"Ini tu jadi nggak sih kok gak ada orang?" tanya Lily yang merasa jenuh menunggu karena belum juga ada yang kumpul di kelas untuk mengerjakan mading. Hanya ada aku, Yuli, Lily dan 2 orang teman sekelasku yang sedang pacaran.
"Yaudah ayo daripada boring!" jawab Yuli yang sebelumnya sempat ditawari oleh temanku untuk menonton film sembari menunggu Aldi. Kita gak bisa ngerjain mading karena memang ide nya ada di Aldi.
"Drakor aja!" kata Yuli yang sebelumnya ditanya film yang ingin ditonton.
"Apaan sih Action aja!" kata salah satu rekanku yang tidak menyetujui usul Yuli.
"Romance aja!"
"Reditaaa!" teriak semua orang di situ karena mereka tidak menyetujui usalanku untuk menonton film romance.
Akhirnya kita menonton film animasi karena bingung harus memilih film apa. Suasana kelas terasa sepi. Hanya ada suara kami berlima. Aku, Yuli dan Lily duduk di atas kursi bersebelahan. Dan 2 rekan kami yang sedang pacaran duduk di belakang kami di atas meja.
"Obat nyamuk!" kata Yuli sedikit berbisik ke telingaku.
"Ssstttt!" kataku dengan meletakkan jari telunjuk di depan hidungku.
Setelah sekitar 2 jam lebih namun Aldi tak kunjung datang. Sampai sampai film yang kita tonton sudah usai. Kurasa ia memang marah.
"Kayaknya Aldi ada kumpulan. Makanya gak dateng!" kata seorang temanku yang sebelumnya sempat mendengarkan Lily dan Yuli mengeluh karena Aldi tak kunjung datang.
"Tadi gue lihat Aldi dipanggil sama temen satu ekskulnya!" tambahnya. Ia memang terbilang dekat dengan Aldi karena ia sudah kenal Aldi sejak SMP.
"Lo kenapa gak bilang dari tadi. Tau gini kan kita gak usah nunggu!" sahut Lily sembari berdiri dari kursinya karena merasa membuang waktunya cuma cuma.
"Udah-udah kita kan jarang-jarang kaya gini!" kataku menenangkan.
"Mending sekarang kita pulang. Udah lumayan sore nih. Ntar gue dimarahin emak gue!" sahut Yuli sambil menggendongkan tasnya.
***
"Kita duluan ya!" kata dua orang rekanku karena merasa sudah sampai di tempatnya memarkir motor. Memang mereka lebih memilih memarkir motor bersama kelas 12 karena jarak parkiran dan kelas lumayan dekat. Beda halnya denganku, Lily, dan Yuli. Kita lebih memilih memarkir motor di parkiran belakang, tempat parkir anak kelas 10 dan 11. Karena kita lebih leluasa dan tanpa merasa canggung.
"Iya hati-hati!" jawabku kemudian.
Sekarang tinggal aku, Lily, dan Yuli yang menyusuri jalan menuju parkiran.
"Eh tadi gerimis ya? Kok tanahnya basah!" tanya Yuli saat berjalan menuju parkiran.
"Iya kali. Kita aja yang keasikan nonton sampe gak tau kalo gerimis."
"Eh itu anak ekskul futsal ya?" tanya Yuli saat kita melintasi lapangan futsal dan mendapati beberapa orang sedang bermain di sana.
"Kayaknya bukan deh!" jawabku setelah melihat ke arah lapangan.
"Itu kan kak Jay yang hits itu!" sahut Lily setelah menyipitkan mata dan mengamati satu persatu dari mereka.
"Oper bolanya oper!" terdengar suara dari arah lapangan. Kulihat seorang cowok sedang menggiring bola dari arah selatan. Penampilannya terbilang sedikit lusuh. Dengan baju yang dikeluarkan. Rambutnya sedikit berantakan karena terkena keringat. Dengan jam tangan yang melingkar ditangan kanannya. Membuat pandanganku tercuri. Seketika kuhentikan langkah kakiku.
"Engga!" kataku setelah sebelumnya sempat menyipitkan mata.
"Golll!" terdengar sorakan ketika cowok berpenampilan urakan itu memasukkan bola ke gawang. Beberapa saat kemudian ia membenarkan rambutnya. Aku merasa seperti ada panah cinta melesat ke arahku.
"Aku gak tau kalo Engga ternyata suka futsal!" kataku dengan senyum senyum setelah puas memperhatikannya.
"Oh jadi itu yang namanya Engga!" sahut Lily yang tiba tiba ngomong di sebelahku. Sedikit kuangkat bahuku karena kaget. Padahal sebelumnya Lily dan Yuli sudah berjalan meninggalkanku. Mungkin karena meraka melihatku berhenti jadi mereka datang menghampiriku.
"Itu bukannya cowok yang waktu karnaval itu!" kata Lily yang sebelumnya sempat mengingat-ingat sesuatu
"Gue tau sekarang kenapa lo waktu itu....
"Udah yuk pulang!" ucapanku memotong perkataan Lily sembari menarik tangan Lily dan Yuli menjauhi lapangan.
"Kak Engga!" teriak Lily beberapa saat kemudian karena ia sepertinya sudah mengetahui Engga. Kubungkam mulut Lily dan kutarik tangannya menuju parkiran. Aku merasa Lily sudah menjadi buas. Entah Engga dengar atau tidak. Tetapi kulihat ia sempat menoleh sebentar walaupun akhirnya berlari lagi karena dipanggil oleh rekannya.
"Tuhan kejutan apa lagi yang akan Kau tunjukkkan padaku?" tanyaku dalam hati sembari senyum senyum sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Dia [END]
Teen FictionJika mendengar kata "Dia" siapa yang ada dipikiran kalian? Dia yang menjadi orang spesial dalam hidup kalian? Atau Dia yang selalu kalian benci? Atau justru Dia yang menjadi masa lalu kalian? Ini cerita Tentang Dia Yang kusuguhkan untuk kalian semua...