Semburat warna jingga meyorot seisi ruangan melalui celah fentilasi. Kendaraan berlalu lalang memasuki halaman sekolah. Fenomena seperti itu kulihat selama kurang lebih 1 jam. Tidak sedikit pula dari mereka yang datang berpasangan, layaknya raja dan ratu.
Di dalam ruangan yang menampung 10 orang ini, kusibukkan diri dengan sebuah kertas dan pena. Menoreh sebuah tulisan yang tersusun rapi untuk tugas ekskul hari ini.
"Ntar pas acara pengumuman kita langsung kesana, biar tau siapa peroleh nilai UN tertinggi" sebuah suara ketua ekskul yang nyaring mengalihkan pandanganku. Tidak lama setelah itu aku lebih memilih menyaksikan lalu lalang kendaraan, dengan harapan menemukan seseorang yang kusebut Pangeran.
"Jangan ditarik ntar rusak"
"Awas awas kena pitanya"
Suara ribut terdengar memecah suasana hening ruangan. Seketika berbagai mata menyaksikan subyek asal suara. Begitupula denganku, mataku ikut menyaksikannya.
"Buat siapa?" tanyaku setelah melangkahkan kaki mendekati subyek pembuat ricuh.
"Buat kakak kelas lah" jawabnya yang sibuk membenahkan sebuah buket makanan ringan itu. "Btw lo gak ngasih buat Engga?" tanyanya yang sedikit membuatku kaget. Untung saja di dalam ruangan hanya menyisakan aku, Lily, Lia, dan dirinya. Sejenak aku mengernyitkan dahi, tak lama setelah itu diikuti gelengan dari kepala.
"Lo gimana sih graduation gak ngasih?" sindirnya yang membuatku sedikit berpikir. Pasalnya aku sendiri belum memiliki persiapan apapun. Bahkan mengenai acara graduation ini pun baru tau kemarin.
"Eh anterin gue dong mindahin motor, tadi motornya gue taruh di parkiran masjid" sela Lia diantara pembicaanku dengan Putri.
"Kebetulan banget, lo anterin Redita sekalian ya dia mau beli buket" putusnya secara sepihak tanpa bertanya kepadaku terlebih dahulu.
Putri memang dari dulu tidak pernah berubah, sejak awal dia meminta foto kepada Engga tanpa meminta izin, berkoar koar perihal perasaanku terhadap Engga sampai sekarang dia menyuruhku memberi buket untuk Engga. Jika dipikir pikir dia adalah trouble maker yang membuatku bisa mengenal Engga.
"Yaudah yuk gue anterin" tawarnya sembari mengalungkan tasnya. Kulihat Putri memberiku kode untuk mengikuti Lia. Dengan sedikit rasa kebingungan aku mengejar Lia yang berjalan menjauh.
***
"Gue lumutan coy" celetuk Putri sembari beranjak dari tempat duduk. Sudah hampir 4 jam dia mondar mandir, duduk, berdiri begitu terus sembari menunggu pengumuman kelulusan.
Beginilah jika intruksi tidak jelas, tau begini kan bisa datang lebih siang jadi tidak menunggu selama ini. Untungnya sih aku sudah biasa dalam hal menunggu, batinku.
"Taa lo serius gak mau ngasih sendiri?" tanya Lily sembari duduk mendekat di sebelahku. Aku membalasnya dengan senyuman dan sekali gelengan. Melihat responku yang demikian Lily hanya mengembuskan napas diikuti anggukan.
Mataku terus memperhatikan sebuah coklat yang tergenggam ditangan Lily. Perlahan seulas senyum tipis mulai menjelma dibibirku.
(Flashback on)
"Lia kita beli coklat aja ya, jangan bunga" ujarku saat berada di jalan.
"Emang kenapa?" tanyanya sembari menolehkan sedikit kepalanya.
"Engga kan cowok masak mau dikasih bunga, masa juga mau dikasih boneka kan kurang cocok" jelasku dengan sepenuh hati.
Lia tertawa kecil mendengar penjelasanku. "Trus kenapa nggak makanan ringan kaya buketnya si Putri" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Dia [END]
Teen FictionJika mendengar kata "Dia" siapa yang ada dipikiran kalian? Dia yang menjadi orang spesial dalam hidup kalian? Atau Dia yang selalu kalian benci? Atau justru Dia yang menjadi masa lalu kalian? Ini cerita Tentang Dia Yang kusuguhkan untuk kalian semua...