10 - Kamu Bukan Dia

289 31 0
                                    

Mendung yang menyelimuti langit siang hari ini, membuat cahaya matahari tertutupi. Sehingga suasana sedikit gelap. Sesekali terdengar suara gemuruh yang menandakan jika hujan akan datang.

"Ayo buruan!" ujar Yuli saat kami keluar dari Masjid setelah melakukan sholat Dzuhur berjamaah.

"Sekarang udah musim ujan ya, tiap pulang sekolah selalu kehujanan!" kata Yuli saat berjalan menuju kelas.

"Kalo pakek mantel ya gak kehujanan lah!" sahut Lily yang berdiri di sampingku.

"Ya tapi tetep pulang nya pas hujan!" kata Yuli ngenyel seolah tidak mau dikalahkan.

"Udah udah kalian ini gak di kelas gak dijalan ribut aja!" kataku menjadi penengah.

Kami berjalan menyusuri sepanjang kelas 12 tanpa sedetik pun berhenti ngobrol. Saat itu kelas kami di pindah karena sedang direnovasi. Jadi harus melewati kelas 12 jika ingin menuju kelas.

Tanpa sengaja kami berpapasan dengan seorang lelaki. Dia melempar senyum kepada kami.

"Foto gue mana?" tanyanya beberapa saat setelah senyum dan menatapku.

"Anu itu kak Hp aku lowbat!" kataku menjelaskan.

"Ntar deh kak aku kirim!" tambahku kemudian. Kudapati ada sedikit kekecewaan di raut mukanya. Aku merasa sedikit gak enak karena ini kali kedua ia meminta fotonya kepadaku.

Sebelumnya saat sedang di kantin ia pernah menanyakan fotonya. Tetapi karena saat itu belum sempat aku pindah jadi ia belum mendapatkan fotonya.

"Yaudah deh!" katanya saat berjalan menuju arah masjid.

"Maaf ya kak!" kataku sedikit berteriak. Kulihat dia hanya mengangkat jempolnya tanpa membalikkan badan. Aku merasa dia sangat marah karena sudah dua kali aku membuatnya kecewa.

"Ta lo kok bisa akrab sama kak Azar sih?"

"Iya ta, gimana ceritanya?"

"Taa cerita Ta!"

"Redita lo kok diem aja sih!"

Aku sudah menebak jika akan terjadi seperti ini. Lily dan Yuli terus melontarkan pertanyaan seperti sedang mengintrogasi.

"Ntar aja di kelas!" kataku sambil berjalan meningalkan mereka yang terus bertanya sambil menarik lengan bajuku.

***

"Gue kira tadi itu gue yang disenyumin sama kak Azar. Eh taunya elo!" kata Lily setelah memakai sepatunya. Wajahnya tampak berharap jika dia yang mendapatkan senyuman dari sang pangeran idamannya itu.

"Awalnya gue juga bingung, dia senyum ke siapa. Tapi gue tau kalo dia senyum ke salah satu diantara kita!" sahut Yuli.

"Sekarang lo jelasin Ta!" kata Lily saat membenarkan posisi duduknya.

"Apa?"

"Yang tadi ta. Masak lupa!"kata Lily sedikit merengek.

"Ohh.. Yang itu!" Kulihat Yuli dan Lily seolah sudah memasang kuping untuk mendengarkan ceritaku.

"Kak Azar itu minta fotonya!"

"Foto apa?" tanya Lily.

"Waktu pas anak pramuka ada acara, putri sempet fotoin dia!" kataku menjelaskan.

"Waktu itu aku juga sempet foto sama dia!" kataku dengan sedikit menggigit bibir. Karena takut jika Lily akan berteriak. Memang sebelum kejadian malam itu. Lebih tepatnya saat Putri ngajakin foto Engga, aku sempat foto dengan kak Azar.

Aku belum pernah cerita soal ini ke Lily. Menurutku juga gak perlu untuk diceritakan. Tapi sekarang Lily udah tau dan pasti ntar dia maksa lihat fotonya. Jadi ku putuskan untuk cerita.

"Ih loe kok nyebelin sih Ta. Gue kan juga pengen. Kok lo duluin sih!" kata Lily. Ia bertingkah persis seperti anak kecil.

"Itu Putri yang maksa katanya buat nyoba kamera. Awalnya aku udah nolak kok serius!" kataku sembari mengangkat jari telunjuk dan tengahku untuk meyakinkan Lily.

"Nyebelin. Yaudah sekarang lihat fotonya mana!" tanya Lily sambil menyodorkan tangan kanannya.

"Tuh di Hp!" kataku sedikit menahan tawa.

"Reditaaaa!" teriak Lily setelah mengetahui jika Handphone-ku mati. Aku dan Yuli tertawa menyaksikan Lily yang menjadi kurang fokus karena ingin buru-buru melihat foto pangerannya.

"Eh gurunya dateng!" kata salah seorang rekanku yang berlari memasuki kelas.

"Aku ingin kamu yang senyum seperti itu. Aku ingin kamu yang menatapku seperti itu. Iyaa kamu..Bukan dia." kataku dalam hati sembari mengeluarkan buku pelajaran.

Tentang Dia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang