"Tadi soal nomer 2 susah banget ya!" kata Yuli saat berada di jalan menuju kantin.
"Iyaa susah banget!" tambah Lily.
"Kalo Redita sih pasti bisa. Iyaa gak Ly? Redita kan pandai!" kata Yuli.
"Apaan sih sama aja lah, kalo gak belajar ya sama aja gak bisa!" kataku membenarkan.
"Halah lo itu meskipun gak belajar emang dasarnya udah pinter!" sahut Lily.
"Udah udah. Bahas apaan sih!" kataku saat sampai di kantin.
"Aku mau mie goreng aja!" kata Yuli yang sebelumnya sempat ditanya oleh Lily karena ia kebingungan memilih menu yang ingin ia pesan.
"Kalo lo ta?"
"Yaudah samain aja!"
"Redita!" terdengar suara seorang wanita yang memanggilku dari belakang. Seketika aku membalik badan untuk melihat siapa yang memanggilku. Ternyata itu adalah kak Ani. Aku melambaikan tangan untuk membalas sapaannya.
"Hey kak lagi jajan ya?" tanya Lily saat kak Ani sampai di tempat kami makan. Yuli hanya tersenyum karena ia tak mengenal baik kak Ani.
"Ya lagi jajan lah masak lagi olah raga!" candanya.
"Hehe bisa aja kak!" jawab Lily. Ia dan Yuli ketawa. Aku pun juga.
"Eh Ta gue mau ngomong nih!" kata kak Ani sembari duduk di sebelahku.
"Mau ngomong soal apa ya kak?" tanyaku sedikit bingung.
"Soal waktu itu!" katanya.
Aku yang kurang paham dengan ucapan kak Ani hanya diam dan berpikir.
"Soal Engga!" katanya sedikit berbisik.
"Oohh.. Iyaa kenapa kak?" tanyaku sedikit penasaran.
"Gue udah bilang kalo dapet salam dari adik kelas sesuai yang lo bilang!"
"Terus dia gimana?" tanyaku sedikit kepo. Kulihat Yuli dan Lily memperhatikanku yang berbicara tanpa mengajak mereka. Entah mereka dengar atau tidak.
"Katanya Waalaikumsalam gitu!"
"Trus dia gak kepo atau gimana gitu kak?" tanyaku kebingungan.
"Emmm.. Nggak sih.. Malah dia gak percaya. Dia pikir gue ngarang, cuma becanda aja." tambahnya.
"Hah?" kataku sedikit gak percaya. Bener bener dia itu cocok banget dapet gelar the king of cuek. Masa bodoh banget jadi cowok. Tapi kenapa sifatnya beda jauh sama waktu di kantin itu? Huh dasar cowok susah ditebak.
"Iyaa memang dia orangnya kaya gitu ta. Susah percaya sama orang!"
"Ya udah lah kak biarin aja. Btw dia gak ke kantin ya kak?" tanyaku sambil memperhatikan sekeliling tetapi tak kulihat ia berada di kantin.
"Dia kalo istirahat jarang ke kantin. Dia lebih sering MP3 an di kelas. Mungkin kalo jajan pas lagi jamkos!" jawabnya.
"Oh pantes jarang lihat dia di kantin!"
"Eh gue duluan ya Ta temen gue udah nungguin tu!" kata kak Ani sambil berdiri dari kursi yang tadi ia duduki.
"Iyaa kak. Makasih ya kak!"
"Okee santai aja. Ly duluan ya!" kata kak Ani sambil tersenyum ke arah Lily dan Yuli. Mereka pun mengangguk sembari tersenyum ke kak Ani yang berjalan meninggalkan kami.
"Gue gak ngerti ya Ta apa yang lo rahasiain dari kita?" tanya Lily yang mulai penasaran dan menatap ke arahku.
"Rahasia apa?" tanyaku sambil menyeruput es jeruk yang tadi ku beli.
"Lo nganggep kita sahabat kan? Dari dulu kita gak pernah main rahasia rahasiaan lo Ta." kata Lily sedikit menaikkan nada bicaranya. Kulihat Lily menyorotku dengan tajam. Sedangkan Yuli, dia hanya diam dan sibuk dengan mienya.
"Aku suka sama dia. Entah sejak kapan rasa ini muncul, bahkan aku sendiri gak tahu" kataku setelah mengela nafas panjang yang akhirnya bisa menjelaskan.
"Taa? Kenapa lo gak ngomong?" tanya Lily dengan mata yang masih berkaca. Namun ku lihat ada senyum kecil di bibirnya.
"Gue malu Ly Yul gue merasa ini bukan hal yang bagus untuk diceritakan!" kataku sedikit tertunduk karena malu.
"Emang siapa sih cowok yang bisa bikin klepek klepek seorang Redita?" tanya Yuli mencairkan suasana. Aku dan Lily seketika tersenyum.
"Iya siapa ta?" tanya Lily
"Engga!" kataku dengan tatapan kosong.
"Engga siapa?"
"Dia cowok manis, senyumnya buat jantung deg-degan. Dia sederhana. Tapi buat aku kagum saat melihatnya!" kataku yang masih dengan tatapan kosong dan bibir sedikit melebar.
"Tunggu tunggu. Apa yang lo maksud cowok yang waktu di kantin pojok itu ya? Yang bikin lo diem kaya patung. Trus gak ngedipin mata?" tanya Yuli.
"Kok gue gak tau sih?" tanya Lily.
"Kan lo waktu itu gak ikut" sahut Yuli.
Terdengar suara bel masuk berbunyi. Satu persatu mulai meninggalkan kantin tak terkecuali aku.
"Ta lo belum jawab pertanyaan gue?" tanya Yuli sambil berlari mengejarku.
"Iyaa...Itu dia...Engga." kataku dalam hati dengan bibir sedkit lebih lebar dan berlari menuju kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Dia [END]
Roman pour AdolescentsJika mendengar kata "Dia" siapa yang ada dipikiran kalian? Dia yang menjadi orang spesial dalam hidup kalian? Atau Dia yang selalu kalian benci? Atau justru Dia yang menjadi masa lalu kalian? Ini cerita Tentang Dia Yang kusuguhkan untuk kalian semua...