14 - Cidera

234 32 0
                                    

Pagi yang sejuk dengan langit sedikit mendung. Aku menyusuri jalan dengan tanah yang segar sisa hujan deras dini hari. Hari ini adalah hari kedua anniversary sekolahku. Sebenarnya hari ini sudah ada niat buruk dari Yuli yang mengajakku absen. Karena acara awal anniv sangat membosankan. Namun setelah kupikir lebih baik pergi sekolah daripada di rumah yang lebih membosankan.

"Itu pada ngapain?" tanyaku kebingungan saat ku dapati banyak orang yang berkerumun di depan papan pengumuman dekat mading lorong, ketika aku ingin menuju kelas. Mayoritas laki laki yang memadati lorong untuk melihat dua lembar kertas putih yang tertempel di papan pengumuman.

***

"Itu rame rame di lorong ngapain ya Yul?" tanyaku ke Yuli setelah menyapanya duduk di bangku.

"Ayo cuy lihat jadwal tanding futsal di lorong!" terdengar suara temanku yang mengajak rekannya yang sibuk dengan gadgetnya. Perkataannya seolah menjawab pertanyaanku yang belum sempat dijawab oleh Yuli.

"Hari ini sama besok ada classmeating futsal. Makanya gue ngajak lo bolos hari ini!" jelas Yuli.

Aku dan Yuli memang kurang menyukai futsal. Beda halnya dengan Lily. Dia fans berat sepak bola, termasuk futsal. Apalagi kalo ada acara kaya gini dia jadi suporter alay.

***

"Engga tanding tuh lo gak nonton?" tanya Ical saat aku sedang duduk bersama Lily di basecamp untuk melanjutkan rapat mading sekolah. Kebetulan tempatku rapat dan lapangan futsal hanya berjarak sekitar 50 meter jadi masih bisa terlihat walaupun tidak begitu jelas.

"Pantas saja tadi ku lihat Engga berada di bibir lorong bersama temannya yang lain" kataku lirih.

Setelah aku keluar dari ruangan, aku melihat lelaki berkaos abu-abu dengan garis merah bernomor punggung 10. Yang tak lain dia adalah Engga. Ia berdiri menyandar di pagar pembatas lapangan futsal dan parkiran.

Disisi lain berjalan seorang cowok dengan wajah horror memasuki basecamp. Dia menatapku dengan wajah datar, mengisyaratkan jika ia menyuruhku masuk. Aku berharap jika ia tidak menutup pintunya, supaya aku bisa melihat Engga dari dalam ruangan. Tapi kenyataan berbalik, pintu sudah ditutup olehnya.. Huh..

Pikiranku susah untuk fokus. Telingaku hanya kugunakan untuk mendengarkan suara pertandingan futsal.

"Huh kapan rapatnya selesai sih, kalo gini caranya aku gak bisa lihat Engga tanding!" gerutuku dalam hati.

Kudengar pertandingan sudah usai, namun rapat belum juga selesai. Meskipun begitu, sepertinya takdir membelaku. Kudengar kelas Engga masuk ke babak Semi Final besok. Hatiku rasanya seneng gak ketulungan. Akhirnya aku bisa nonton futsal, eh bisa nonton Engga lebih tepatnya.. Hehe..

Setelah selesai rapat. Aku melihat bahagia tergambar di wajah Engga walau masih dengan nafas terengah-engah. Ia duduk sambil membasahi rambutnya dengan air minum yang dibawanya. Walau sebelumnya sempat berdiskusi dengan timnya. Melihat Engga seperti itu entah kenapa rasanya aku ikut bahagia.

"Kupastikan aku akan nonton kamu besok!" kataku tersenyum sembari mengikat tali sepatuku dan berjalan meninggalkan basecamp.

***

Hari ketiga anniv aku datang dengan muka semangat karena akan menonton pangeran Engga tanding futsal. Biasanya acara kaya gini aku paling males ikutan. Tapi karena ada sumber magnetik disana, jadi seperti ada daya tarik yang mengikatku.

"Lo ngapain sih senyum senyum sendiri?" tanya Yuli yang mendapati aku sedang senyum bahagia tidak seperti biasanya.

"Lihat futsal yuk!" ajakku ke Lily dan Yuli dengan riang.

"Lo kenapa? Tumben tumbenan lo suka lihat acara kaya gini. Setau gue lo tu gak suka bola!" cetus Yuli keheranan.

"Apaan sih. Ya biarin aja lah Dita suka futsal kan bagus. Ayuk Ta kita lihat keburu mulai!" kata Lily yang sedikit berbeda pendapat dan menarik tanganku. Kami bertiga akhirnya menuju lapangan futsal untuk melihat pertandingan. Yuli juga ikut bersama kami walaupun dengan sedikit kepaksa. Karena kita memang selalu kemana mana bersama.. Cielah..

"Eh Redita duduk sini!" sapa salah satu rekan beda kelas yang memberiku tempat untuk duduk disebelahnya.

"Makasih!" ujarku dengan tersenyum kepadanya yang beberapa saat kemudian diikuti suara peluit dari wasit.

Namun tak kutemukan Engga disana. Sebelumnya aku sempat melihat di papan pengumuman jika Engga akan tanding hari ini dengan kelas 12 Mipa 4 namun tidak tertera jelas jamnya.

Suara teriakan para suporter sangat keras. Membuatku kurang nyaman berada disitu. Aku hanya duduk memikirkan kapan Engga akan tanding.

"Lo kok diem aja Ta katanya mau nonton Futsal?" tanya Yuli yang juga sama bosannya sepertiku.

"Sebenenya aku mau nonton Engga tanding bukan mau nonton futsal!" cetusku dengan sedikit teriak karena suasana sangan ramai.

"Gak kaget. Gue udah ngira sebelumnya! Lo kan sama sekali gak suka futsal. Tapi tiba tiba gak ada angin gak ada ujan lo ngajakin nonton futsal!" kata Yuli dengan santai.

Aku yang mendengar perkataan Yuli hanya bisa tertunduk kecewa dengan muka sedikit bete karena sudah hampir jam pulang sekolah namun belum ku temui Engga ada di lapangan.

"Udah yuk pulang!" ajak Lily saat suara peluit wasit berbunyi. Bel pulang sekolah pun juga sudah berbunyi.

"Tapi...

"Udahlah Ta dia gak bakalan tanding hari ini!" ujar Yuli jelas memotong omonganku. Akhirnya aku pulang bersama mereka dengan penuh kekecewaan.

***

"Hari ini aku gak bisa nepatin janji sama diriku sendiri!" kataku sedikit kecewa.

Drett...

"Hallo"

"Ta lo harus tau. Tadi Engga tanding"

"Pas banget setelah lo pulang"

Memang tadi seusai dari lapangan Yuli tidak langsung pulang. Ia masih menunggu temannya yang mau nebeng pulang dengannya.

"Kenapa sih mau nonton Engga ada aja halangannya"

"Sabar ya Ta... Lo juga harus tau Ta"

"Ada apa Yul?"

"Tadi waktu gue mau ke parkiran, gue lihat Engga kakinya cidera Ta. Ketendang musuhnya"

Deg..

Tanpa sadar ponselku jatuh dari genggamanku

"Engga.. Sekarang kamu gimana?" tanyaku cemas. Rasanya aku ingin sekali kembali ke sekolah sekedar melihat keadaan Engga. Tetapi hujan menyuruhku untuk tetap berada di dalam rumah.

"Entah kenapa aku merasa ada aja hal yang buat aku gak bisa nonton kamu. Mungkin Tuhan gak ridho aku lihat kamu. Mungkin Tuhan tau Ngga kalo aku bakal nangis dibalik tembok lapangan kalo aku lihat kamu terluka kaya gini!" kataku yang tanpa aku sadari ada air yang mengalir di pipi.

Tentang Dia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang