Percaya

1.1K 118 25
                                    

🎵 Nuest W : Deja Vu

Hola halo yorobun
Pada nungguin Black Pearl apdet ya??? 😆😆😆😆
Maaf ya lama banget buat apdet cerita ini
Sebenernya author lagi krisis ide buat Black Pearl, makanya lama apdet 🙏🙏🙏

Gimana buat Not A Child ???
Lulus gak?

🙆‍♀️ iya thor

🙅‍♀️enggak thor

Author juga minta tanggapan kalian ya 🙏🙏🙏

Selamat menikmati ceritanya
Tapi jangan lupa vote sama komennya 👋👋👋👋👋
●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●

Suara langkah kaki menggema sepanjang koridor hotel. Lampu dengan sensor yang terpasang ikut menyala seraya ia berjalan. Hingga ia berhenti di salah satu pintu dengan nomor 2010. Kali ini ia mengetuk pintu itu beberapa kali. Ia menunggu dengan sesekali merapikan jas hitamnya. Matanya terus tertuju pada pintu bercat hitam itu.

Tidak sampai lima menit, pintu didepannya terbuka. Seorang wanita dengan tangan kanan yang menggenggam pisau dan nafasnya memburu menyambut kedatangnya. Ia melihat di sudut bibir wanita itu ada bercak darah dan luka memar. Dengan tenang seakan tidak terjadi apa apa, ia membungkukkan badannya. Menghapus bercak darah itu dan disambut ringisan.

"Kenapa Kau lambat sekali? Dia hampir saja menghabisi nyawaku" ia tidak menanggapi ucapan wanita itu.

"Sisanya biar Aku saja. Kau boleh istirahat sekarang"

"Oke"

"Terima Kasih sudah membantu" wanita itu hanya mengangguk dan pergi meninggalkan ia sendiri. Setelah memastikan wanita itu telah meninggalkan lantai tempat ia berdiri saat ini, ia akhirnya masuk ke dalam kamar hotel.

Seorang pria tambun dengan perkiraan umur kira kira enam puluh tahun sudah duduk dengan tangan serta kaki terikat di kursi dan mulut ditutup oleh lakban. Sekali gerakan tangan, ia berhasil menarik semua bagian lakban dari mulut pria tua itu. Ia menarik sisa kursi lainnya yang letaknya tidak jauh dari kursi si pria tua dan mulai mendaratkan bokongnya di atas kursi. Pria tua dihadapannya mulai gemetar, mulai merasakan ketakutan. Ia hanya duduk diam untuk beberapa saat. Ia mengambil mengambil batang rokok yang tersisa hari ini dan segera memantik api untuk menyalakannya.

Dengan tenang ia menghembuskan asap rokok tanpa peduli pria dihadapannya sudah terbatuk batuk karenanya.

"Katakan?" Satu pertanyaan lolos dari bibirnya yang masih aktif menghisap rokok.

"Aku sudah mengatakan semuanya. Apalagi yang ingin Kau dengar dariku? Sungguh, hanya itu yang Aku tahu" ia merogoh saku jasnya dan mengeluarkan beberapa lembar foto. Seketika mata pria itu terbelalak tidak percaya.

"Sungguh, maafkan Aku. Jangan beri tahu pada Keluarga Oh. Aku mohon. Aku janji tidak akan mengulanginya" air mata langsung meluncur bebas, sebagai tanda penyesalan.

"Kau tahu jika Tuan Oh paling tidak suka dengan pengkhianatan?" Pria itu langsung mengangguk.

"Iya Aku tahu. Tapi Aku mohon padamu maafkan Aku" pinta pria tua itu kembali.

"Kau tahu bukan hukuman bagi seorang pengkhianat?" Lagi lagi pria tua itu mengangguk.

"Aku mohon padamu. Aku meminta rasa belas kasih darimu" suara tangisan semakin kencang. Tapi ia tetap tenang dengan menghisap rokoknya.

"Apa yang akan Aku dapatkan jika Aku menyimpan rahasia ini?" Ia mengangkat sedikit alisnya ke atas.

"Aku berjanji akan membagi uangnya menjadi dua bagian. Satu bagian untukmu dan satu bagian untukku. Bagaimana?" Suara pria itu kembali bersemangat, seperti mendapatkan keajaiban.

Black PearlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang