20:00
Siang sudah berganti malam. Angin berhembus menerbangkan dedaunan yang jatuh bertebangan di atas tanah. Udara dingin menyeruak ke dalam kulit, membuat setiap orang yang merasakannya bergidik kedinginan.
Di tepi danau yang tampak gelap, tanpa setitik cahapun. Terlihat punggung seorang perempuan dengan rambut yang dibiarkan terurai bebas tengah duduk di tepi danau sendiri.
Dira yang sedang duduk di atas kerasnya tanah dan dinginnya angin malam. Ia memandangi air danau dengan begitu tenang. Tak sekalipun terbesit olehnya untuk sekedar mengganggu ketenangan yang dirasakan air ataupun udara di sekitarnya.
Ia mengingat kejadian-kejadian lucu yang sering ia dan ayahnya lakukan di tempat itu.
Pikirannya menerawang memikirkan kejadian di masa lalu. Sesekali senyuman terlukis lebar di wajahnya. Tetapi tak butuh waktu lama untuk senyuman lebar itu ikut pudar diterpa dinginnya angin malam.
Dira ingat, saat ayahnya menggendong tubuh kecilnya dulu, dibawanya diatas pundak ayahnya, dan berlari bolak-bolik hingga dirinya tertawa terbahak-bahak, meskipun, hanya dengan kegiatan sesederhana itu.
Namun, kenangan itu justru begitu sangat menyakitkan untuknya.
Disaat orang lain berusaha agar dapat mengingat dengan jelas masa lalu mereka, tidak untuk Dira. Ia begitu menginginkan kenangan masa lalu bersama orang-orang tersayangnya hilang dari dalam fikirannya.
Mengacak-ngacak rambutnya frustasi, ia tak tahan jika harus hidup seperti ini terus-menerus. Ia terus dapat mengingat kejadian-kejadian di masa lalu yang tak bisa ia lupakan sampai saat ini.
Dan beban yang dirasakannya tidak cukup hanya itu, ia juga sedang menderita kanker yang menyerang otaknya.
Dira berfikir, jika hidupnya seperti ini, lebih baik lenyap dari dunia ini dibandingkan jika harus menanggung beban hidup yang ia alami sekarang. Ia juga beranggapan jika tuhan selama ini tidak adil dengan hidupnya.
"Tuhan, ambillah nyawaku jika kau menginginkanku meninggal, aku tidak keberatan jika harus meninggalkan dunia ini sekarang,"
Menghela nafas panjang.
"Aku sudah lelah dengan hidupku saat ini." Lanjutnya diiringi air mata yang mengalir dari kedua pelupuk matanya.
"Kau bahkan tidak memberiku kehidupan seperti kehidupan orang lain, mereka mempunyai orang tua, keluarga bahkan sahabat yang selalu ada di samping mereka."
Tangannya yang mulai gemetar mencengkeram batu-batu kecil yang berada di samping kiri dan kanannya. Membuangnya ke dalam air danau yang begitu tenang menjadi agak rusuh.
Air mata begitu saja mengalir dari matanya dan membasahi wajahnya.
"Nona, permisi?" Ucap seseorang mengejutkan Dira.
Dira menoleh dan melihat ke arah sumber suara. Wajahnya samar-samar tidak terlihat jelas, karena disana tidak ada penerangan.
"Ini sudah malam, apa tidak sebaiknya anda pulang?" Ucap seseorang itu lagi.
"Iya, terimakasih sudah mengingatkan." Balas Dira.
"Sama-sama Dir.." Menjitak kepalanya dan berlari meninggalkan area danau.
"Lo- lo tau nam- ?" Kaget Dira karena orang itu langsung berlari dari hadapannya.
Dira tidak berniat mengejar. Karena itu semua pastinya akan sangat ribet dan tentunya melelahkan. Dira tidak terlalu memikirkannya, karena itu pasti membuatnya bertambah pusing.
"Tapi betul juga ucapan orang tadi, ini sudah malam sebaiknya gue pulang." Melirik sebuah jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
Dira mengambil tasnya dan melajukan scooternya dengan kecepatan minimal. Melirik kanan dan kiri, memperhatikan setiap orang yang sedang berjalan sambil bercanda gurau dengan pasangannya.
Dira hanya menghela nafas dan kembali fokus berkendara.
***
Sesampainya dirumah, Dira menghabiskan waktu 10 menit di kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Menata tempat tidur lalu memposisikan dirinya untuk segera terlelap.
Saat hendak memejamkan matanya, ia kembali terbangun karena seketika ia mengingat perkataan orang di danau beberapa waktu yang lalu.
"Siapa orang tadi? Bagaimana dia bisa tahu nama gue?" Heran Dira sambil memegangi dagu kecilnya.
"Ah, ini sudah larut." Mencoba menutup mata dan terlelap.
Tbc,
Siapakah orang yang mengingatkan Dira untuk segera pulang?
Jangan lupa vote dengan klik bintang dibawah🌟
Terimakasih❤
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDIRA
Teen FictionAku harap, kau dapat melihat bayangan diriku dalam penglihatanmu yang baru. Jangan khawatir padaku, karena keheningan disini membuatku nyaman untuk perlahan menutup mataku. Semoga cerita yang pernah kita tuliskan bersama, diakhiri dengan kata bahagi...