21. Flashback

439 36 18
                                    

1 bulan kemudian

Arka POV.

22.00

Hanya karena sebuah alasan, aku melangkahkan kakiku keluar dari tempat yang sudah seperti kungkungan selama satu bulan ini.

Ketenangan. Ya! Aku sangat menginginkan ketenangan. Satu-satunya orang yang dapat membuatku merasa tenang, sudah satu bulan aku tak melihatnya. Mungkin ia pergi? Mungkin ia berlibur? Entah apa lagi yang selama satu bulan ini aku fikirkan tentang Dira.

Atau mungkin ia marah karena waktu itu aku bicara keras padanya.

Tapi apa karena itu? Lalu jika karena hal itu, kenapa ia tak mencoba berbicara denganku?. Wajah yang begitu datar terus saja terpasang di wajahku. Tak pernah ada tawa bahkan senyuman kecil yang biasanya menghiasi wajahku, kini itu semua seperti melebur seiring berjalannnya waktu.

Langkah demi langkah ku ambil melewati jalanan kecil di depan toko-toko yang berjejer, berhiaskan lampu-lampu kecil yang menerangi jalanan di sekitarnya. Bayangan seorang perempuan berambut pirang terus saja melintas di depanku.

Sekali lagi pada salah satu kaca jendela di sebuah kedai makan kecil, mataku nampak melihat bayangan namun kali ini nampak nyata di depanku. Bayangan Dira? Aku melihatnya!

Ini adalah penyiksaan! Penyiksaan dengan wajah Dira! Batinku.

Wajahnya begitu kusut tanpa senyum di wajahnya, matanya nampak berkunang-kunang. Terduduk dengan pandangan yang jatuh di wajahku. Sedangkan mulutku? Jangan tanyakan lagi! Mulutku sudah menganga lebar.

Itu adalah nyata! Itu Dira! Seseorang yang selama ini sangat aku rindukan, dan sekarang sedang terduduk disana sendiri, menatapku?

Dengan langkah tak percaya aku coba menghampirinya dan ikut terduduk di depannya.

“Ku dengar kau pergi liburan di luar kota?” Tanyaku lembut.

“Siapa yang memberitahumu? Itu bohong! Aku hanya tidak ingin pergi ke sekolah.” Jawab Dira.

“Kenapa kau selalu berbohong.. Hal-hal sulit terjadi padaku beberapa hari ini, hingga aku mendapat perasaan ane” Jelasku tanpa melihat Dira.

“Perasaan seperti apa?.. Bukankah aku tidak akan tahu, jika kau tidak memberitahuku?” Kata Dira.

“Aku tidak tahu bagaimana caranya memberitahumu.” Lanjut Arka.

“Hubungi aku saat kau siap untuk memberitahuku.” Kata Dira seraya beranjak dari duduknya hendak pergi dari tempat tersebut.

“AKU BERHARAP KAU TIDAK AKAN MELAKUKANNYA!”

Arka POV End.

Suara keras Arka sudah seperti tembakan keras bagi Dira. Buktinya, sekarang tubuhnya sudah berdiri kaku di tempat tak mengerti maksud ucapan Arka yang kini sudah menatapnya lekat.

“Aku berharap kau tidak akan melakukan pekerjaan seperti itu lagi!”

“Aku belum mengenalmu dengan baik, mungkin aku mengatakan ini, karena aku tidak mengetahui tentang dunia ini,”

“Tapi, ketika kau melakukan sesuatu untukku dengan uang yang diperoleh dari pekerjaan seperti itu.. Aku sama sekali tidak senang.”

“Itu membuatku membayangkan hal yang aneh-aneh.”

“Kau bertemu pria yang tidak kukenal.”

“JANGAN LAKUKAN PEKERJAAN ITU!” Jelas Arka tanpa jeda.

Ucapan Arka seakan membuat Dira terpaku hinga tak menyahut perkataannya sepatah katapun.

Dirinya begitu malu jika berbicara tentang pekerjaan itu! Mengapa juga waktu itu Arka harus melihatnya?!

ALDIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang