14. Happy

577 73 44
                                    

Udara sejuk berhembus menerbangkan dedaunan yang berjatuhan di atas tanah yang nampak keras. Kabut putih yang tak terlalu tebal sebagai penambah kesan menarik. Suasana yang begitu tenang dengan tanpa banyak orang yang berlalu lalang di jalanan.

Seorang laki-laki berwajah datar namun memiliki paras yang begitu manis, tengah mengendarai sebuah scooter berwarna pink dengan begitu santai.

Menikmati setiap hembusan angin yang asik menyapu wajahnya. Pakaian putih abu-abu yang selalu melekat di tubuhnya kurang lebih sudah 2 tahun belakangan.

Tin.. tin..

Suara klakson dari scooter itu nampak nyaring menggema di sekitar rumah Dira. Arka yang belum berkutik sedikitpun dari atas scooter, mencoba menunggu seseorang datang dari balik pintu rumah tersebut.

Cklekkk..

Pintu rumah terbuka dan menampakkan Dira lengkap dengan seragam putih abu-abunya. Berjalan perlahan menghampiri Arka yang masih terduduk di atas scooter pink miliknya.

"Selamat pagi kekasih Adibrata Arka Bagaskara." Sapa Arka membuka pembicaraan.

"Selamat pagi." Jawab Dira dengan senyuman lebarnya.

"Ayo berangkat!" Ajak Arka sambil menarik tangan kiri Dira.

"Hm."

Di tengah perjalanan menuju sekolah, Dira dan Arka hanya saling diam tak berbicara. Hingga tak lama kemudian Dira kembali merasakan sakit tapi tak seperti biasa. Hanya sedikit sakit di bagian kepalanya.

Tak kuat menahannya, Dira membenturkan kepalanya ke punggung Arka cukup kuat hingga tubuh seorang Arka yang katanya kuat karena dia adalah kapten basket di sekolah agak terdorong ke depan.

"Kenapa Dir?"

"Gapapa, masih ngantuk!" Tanpa melepas kepalanya dari punggung orang di depannya.

"Oht, pegangan nanti jatoh!" Perintah Arka.

"Iya." Melilitkan tangannya ke perut Arka.

Sesampainya di tempat parkir yang belum terlalu ramai, Arka segera memakirkan scooternya dan menghampiri Dira yang menunggu di bawah pohon tak jauh dari sana.

"Ayo!" Menggenggam tangan halus Dira erat.

"Ka, ke kantin sarapan dulu!" Ajak Dira.

"Aku juga belum sarapan, hehe." Menarik tangan Dira menuju salah satu kantin di sana.

Di kantin yang masih sepi hanya ada beberapa anak disana. Ada yang hanya sekedar numpang duduk, mencari tempat untuk pacaran, dan ada yang beneran sedang mengisi perut kosong mereka. Karena ketahuilah, itu masih pagi.

Mereka berdua berjalan ke arah bangku kosong di pojok agak belakang. Seperti biasa, tatapan mata yang saat ini menatap mereka berdua, menjadi sangat tajam dari orang-orang sekitar yang menjadi pengiring perjalanan mereka. Tentu saja alasannya sangat simpel, Arka menggandeng tangan Dira.

"Nasi goreng sama air putih."

Belum sempat Arka bertanya, Dira sudah mengucapkannya terlebih dahulu.

"Aishh, kan akunya belum nanya Dira.." Memperlihatkan gigi putihnya.

"Ohh harus tanya dulu ya? Oke kita ralat." Sembari duduk di bangku tersebut.

"Buruan nanya!" Perintah Dira.

"Telat!, aku pesen dulu!" Berjalan sambil menghentak-hentakkan kakinya seperti anak Paud yang tak di belikan permen ibunya.

ALDIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang