19. Happy Birthday 1

495 40 57
                                    

Suara dentingan sendok dan garpu beradu di atas sebuah piring di hadapan kami.

Sesekali Dira melirik ke arah Davin dan begitu sebaliknya.

Setelah sekiranya semua makanan habis dilahap oleh keduanya, Dira segera beranjak dari kursi yang ia duduki dan berniat untuk segera pergi dari sana.

"Aku akan pulang!" Serunya kepada Davin.

"Kenapa?"

"'Kenapa?' aku ingin pulang!" Sambung Dira.

"Ah baiklah, apa perlu aku mengantarmu?" Jawabnya.

"Tak perlu, dan terimakasih atas makan siangnya."

"Baiklah, sampai jumpa besok!" Tersenyum lebar seraya mengulurkan tangan putihnya dihadapan Dira.

"Selamat siang." Membungkukkan sedikit badannya kepada orang di depannya sambil tersenyum manis.

"Ah iya." Ucapnya dengan menarik kembali tangan kanannya dan membawanya untuk mengusap dagu agar tak terlihat seperti canggung karena tak mendapat respon baik dari Dira.

Langkah demi langkah diambil Dira untuk segera keluar dari tempat itu. Tempat dimana ia akan membagi waktu luangnya, selain di rumah dan di sekolah mulai esok hari.

Tempat ia akan menggali sedikit demi sedikit uang upahnya dari hasil bekerja paruh waktu nantinya.

Memecah kerumunan orang di ruangan tersebut, yang di penuhi dengan alunan musik yang begitu menenangkan, ditambah dengan suara tawa yang melengkapi suasana disana.

Detik demi detik berlalu, langkah Dira semakin menjauhi tempat dimana ia dan orang yang baru saja menjabat sebagai bos barunya, mengadakan makan siang dan duduk berbincang bersama. Tangannya mulai meraih ganggang pintu berbentuk bulat dan mencoba menariknya secara perlahan.

Baru saja kaki kirinya akan melangkah keluar, sebuah suara yang berasal dari seseorang yang mungkin baru saja beberapa jam lalu ia kenal, seperti asik memanggil namanya dari kejauhan. Dengan refleks dan wajah yang masih terlihat sangat terkejut ia membalikkan tubuhnya.

"DIRA!" Pekik Davin dari kejauhan.

"YA!?" Jawab Dira dengan nada agak terkejut.

"HATI-HATI!" Sambungnya tak mendekat.

Aksi Davin menuai banyak perhatian semua orang yang berada disana, tak terkecuali Dira sendiri yang sukses membelalakkan kedua mata sipitnya. Beberapa pelayan juga nampak memberhentikan aktfitasnya dan beralih menatap atasannya yang seumur-umur baru sekali ini mereka mendengar hal tersebut keluar dari mulut atasannya itu.

"Hei, yak! Apa yang kalian lihat! Lanjutkan pekerjaan kalian!" Pekik Davin pada beberapa karyawannya.

"Baiklah." Ucap Dira dengan mengatupkan ibu jari dan jari telunjuknya bersamaan lalu menunjukkan ke arah Davin.

Apa yang dia lakukan? Apa tak malu dilihat sebanyak orang seperti itu? Apa ia tak punya rasa malu? - Batin Dira sebelum kembali berjalan meninggalkan restaurant tersebut.

Berjalan memecah kerumunan orang yang tengah berjalan di tepi jalan yang tak terlalu ramai oleh pengendara, baik mobil maupun sepeda motor.

***

Matahari bersinar sangat terik hingga menjatuhkan setitik demi setitik keringat yang membasahi pelipis Dira.

Sekitar 20 menit ia habiskan untuk berjalan dengan kaki yang terus memijak tanah di bawahnya menuju sebuah rumah kecil di ujung gang. Namun, fikirannya tiba-tiba teringat akan suatu tempat yang sudah beberapa hari ini tak ia kunjungi. Mungkin ia sudah merindukan tempat yang penuh akan kenangan di masa lalunya dulu.

ALDIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang