"DIRAA!!!" Teriak Arka sambil berlari menuju Dita dan Dira yang sudah tak sadarkan diri. Ia tak lagi memikirkan dua botol air minum yang digenggamannya sekarang sudah terbuang entah kemana.
***
Arka membopong tubuh lemas Dira menuju UKS sekolah, yang diikuti dengan Dita. Ini adalah ketiga kalinya bagi Arka untuk melihat seseorang yang benar-benar ia cintai pingsan di depan matanya sendiri.
Menidurkan perlahan tubuh Dira ke atas ranjang kecil disana dengan penuh hati-hati.
Memandang sekilas wajah Dira, sebelum pandangannya jatuh pada satu-satunya orang di belakangnya.
"Kembalilah!" Suruh Arka.
"Tapi Di- "
"Aku akan menjaganya sendiri." Lanjutnya.
"Baiklah." Melangkah keluar sebelum menoleh melihat Dira yang terbaring lemah disana.
Sebenarnya ia tak ingin pergi secepat ini, dan masih ingin menemani Dira disana sampai perempuan itu tersadar. Dan juga berbagai pertanyaan yang masih mengambang di fikirannya yang ingin segera ia lontarkan pada Dira segera.
Ada apa dengan Dira sebenarnya? Mengapa tadi ia memekik kesakitan hingga tersungkur ke lantai seperti itu? Mengapa juga ia harus kejang-kejang mengerikan seperti tadi sampai akhirnya ia pingsan di pangkuannya.
"Mengapa aku harus terus melihatmu seperti ini? Apa yang sebenarnya kau sembunyikan dariku, Dira? Apa sakit perutmu waktu itu kumat lagi? Tapi dulu kau berkata bahwa kau lapar? Apa tadi kau kelaparan? Jika kau berkata bahwa kau lapar, aku mungkin akan membawakan makanan sebanyak yang kau minta! Janganlah seperti ini." Gumam Arka dalam hati.
Memandangi tangan halus milik Dira yang ia elus lembut. Hingga ia tak menyadari bahwa Dira sudah tersadar dari pingsannya.
Dira menoleh dan mendapati Arka yang sepertinya sudah lama di sampingnya.
"Arka?"
"Akh, kau sudah bangun?" Tanya Arka mendongakkan kepalanya.
"Hm." Jawab Dira singkat dengan senyuman lebar sesaat.
"Dir.."
"Hm?"
"Sebenarnya apa yang kau sembunyikan dariku?" Tanyanya dengan air mata yang sudah lolos dari pelupuk matanya.
Di dalam hati, Dira sudah mengutuk dirinya sendiri. Membiarkan cairan bening berlalu begitu saja membasahi pipi Arka. Bahkan ini bukan untuk pertama kalinya ia melihat cairan bening itu mengalir bebas di wajah laki-laki itu.
Mengapa ia selalu membuat Arka khawatir tentang keadaannya? Tak bisakah ia membuatnya bahagia sehari saja?
"Ti- tidak, tidak ada yang kusembunyikan darimu."
"Benarkah?"
"Apa kau tak mempercayaiku?" Berusaha menyakinkan.
"Baiklah." Akhirnya. Lagi-lagi ia dapat percaya dengan penuturan Dira.
Arka mengusap pucuk kepala Dira dengan sangat lembut. Ruangan yang hanya dipenuhi oleh ia dan Dira yang saling menukar pandang.
"Ka." Panggil Dira membuyarkan lamunan keduanya.
"Hm?"
"Sepulang sekolah nanti, antarkan scooterku kembali ke rumahku. Aku ada urusan sebentar!"
"Baiklah." Akhir Arka.
Malam Hari.
Dira POV.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDIRA
Teen FictionAku harap, kau dapat melihat bayangan diriku dalam penglihatanmu yang baru. Jangan khawatir padaku, karena keheningan disini membuatku nyaman untuk perlahan menutup mataku. Semoga cerita yang pernah kita tuliskan bersama, diakhiri dengan kata bahagi...