30. Last Meet

294 25 2
                                    

Matahari bersinar terlalu terik untuk pagi yang sudah lewat dari jam 08.30 waktu setempat.


Dira menyisiri rambutnya dengan rapi. Tak membiarkan satu helai rambutpun yang nampak berantakan di matanya. Memoleskan sedikit bedak dengan tipis di wajahnya. Namun, penampilannya bukannya berlebihan namun malah terlihat lebih alami.

Berdiri di depan cermin, melihat dirinya yang apik menggunakan sweter putih dan rambut yang ia kuncir kuda di belakang.

Ia melangkahkan kakinya keluar. Menapaki jalan setapak. Melihat setiap orang yang juga sedang berjalan dari tepi jalan yaang berbeda dengaannya.

5 menit ia berjalan dan akhirnya sampailah ia di tempat yang ia tuju.                        

Akh, kau sudah sampai. Lama sekali. Lihat! Aku sampai berlumut menunggumu.” Menghampiri Dira yang baru sampai.

Dira memilih duduk di tepi danau yang kemudian disusul oleh Arka.

Perfect!” Arka mengacungkan kedua jempolnya kagum.

“Hm?”

“Kau terlihat sangat cantik. Bukankah itu baju pemberianku waktu itu?” Dira hanya mengangguk.

Dira tersenyum menatap air danau. Arka mendekat berusaha menghapus jarak diantara mereka. Tubuh mereka sangatlah dekat dan itu memebuat Dira merasa agak tak nyaman. Aneh.

Dira membawa tubuhnya sedikit menjauh dari Arka. “Sudahlah, aku tidak akan bisa bernafas.” Kata Dira yang membuat Arka mengerucu.

Hawa dingin yang berhembus menerbangkan beberapa daun kering disana. Keduanya larut dalam pemikiran sediri-sendiri.

“Dira..” Ucap Arka dengan membalikkan badannya menghadap kekasihnya.

Dira tak bergeming dari posisinya.  “Tatap aku, huh.” Ucap Arka sekali lagi.

“Arka.” Dira menoleh. Menatap kedua manik mata Arka dengan saksama.

“Hm?” Jawabnya.

“Bukankah ibumu seorang perawat di rumah sakit di seberang sana?” Arka mengangguk menyetujui ucapan Dira.

“Apa kau pernah membantu meringankan sedikit bebannya selama ini?” Arka mengerutkan dahinya tak cukup mengerti dengan ucapan Dira.

“Ibumu memukulmu pagi ini. Tapi kau sangat bahagia?” Ucap Dira seperti seorang peramal yang mengetahui semua hal yang terjadi.

Arka mendekat. Sedikit mengguncang tubuh Dira “Bagaimana kau tahu? Akh,  lupakan, tapi dengan cara itulah ibuku mengekspresikan cintanya. Pukulan dibelakang!” Arka tertawa sambil membayangkan pukulan ibunya tadi pagi.

Haish, sikapmu buruk, bahkan sangat buruk!”

“Kenapa kau bersikap seperti ini dipagi yang indah ini?” Arka berbalik badan sebal.

“Apa menurutmu dengan perilakumu seperti itu, akan membantu keluargamu? Aku sudah memikirkan sejak aku selalu berkunjung kerumahmu. Kau mungkin baik... tidak kau bahkan tidak baik. Kau mempunyai banyak masalah. Tapi, masalah terbesarmu dalah kau tidak tahu apa masalahmu. Dan ka- “ Dira menghentikan ucapannya.

Entah ia tidak tahu. Kepalanya tiba-tiba berdenyut keras. Memalingkan wajahnya meenghadap arah lain. Mencoba untuk tidak memperlihatkan rasa sakit yang ia rasakan pada Arka.

Ia menggigit bibir bawahnya, berusaha menghilangkan rasa sakit yang ia rasakan. Meremas dengan sangat kuat ujung baju yang ia kenakan. Mencoba mengumpulkan kekuatan untuk kembali dapat melanjutkan kata-katanya yang sempat terpotong.

ALDIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang