Sejujurnya, aku tahu.. apa yang aku inginkan untuk hadiah ulang tahunku dari Dira – Batin Arka seraya menutup kedua matanya sambil tersenyum lebar.
Sebuah kecupan. Ya! Mungkin sebuah kecupan singkat akan menjadi hadiah ulang tahunku dari Dira! Akhhh kenapa aku sepintar ini?! – Batinnya sekali lagi.
***
Bel tanda pelajaran telah usai berbunyi dan menggema hingga ke seluruh penjuru dan sudut-sudut ruangan di sekolah tersebut.
Lorong-lorong di depan kelas mulai dipadati oleh para siswa yang berhamburan keluar dari ambang pintu kelas yang pastinya mereka anggap sebagai penjara yang sangat amat menyeramkan.
“See you next time!” Ucap seorang guru bermata pelajaran fisika dari dalam kelas Dita.
“See you.” Jawab para siswa dengan tatapan lemah.
Suara desakan sampai suara keluhan para siswa tak terkecuali dengan Dita memenuhi sebuah ruangan kelas yang saat ini hanya menyisakan beberapa siswa dan siswi disana.
Sebuah papan tulis yang awalnya berwarna putih berhasil disulap menjadi sebuah pemandangan horor di hadapan Dita dan kawan-kawan. Semuanya nampak dipenuhi dengan coretan-coretan warna hitam yang tak mereka ketahui maksud dan tujuannya.
Terkadang siswa di kelas tersebut selalu dan bahkan setiap harinya dibuat bingung oleh para guru di sekolahnya itu. Untuk apa mencoret-coret rangkaian kata bahkan angka yang sedemikian rumit dan banyaknya di papan tulis jika akhirnya akan dihapus? Bukankah tidak berfaedah? Membuang-buang keringat dan tenaga saja!.
“Fiuh.. AKHIRNYA AKU TERBEBAS DARI PENJARA INI, TUHAN!” Teriak Rita dari belakang dengan nada tak santai.
“Ayo pulang!” Ajak Dita pada Rita.
“Eh Dir, lo gak pulang?” Tanya Rita yang tempat duduknya tak jauh dari Dira.
“Em... nanti.” Jawabnya.
“Yaudah, gue sama Dita pulang dulu!”
“Hm.”
Setelah sekiranya kedua temannya berlalu dari kelas tersebut, ia segera memposisikan kepalanya di atas dekapan kedua tangannya di meja. Suasana nampak begitu sepi, hanya ada suara getaran kipas angin yang menggema di dalam ruangan tersebut.
Hanya Dira satu-satunya manusia yang ada disana. Menunggu seseorang menjemputnya dan mengajaknya untuk kembali pulang ke rumah dengan selamat.
“Eh kak, sendirian aja! Nanti kalau diculik orang gimana?” Ucap Arka dengan nafas yang nampak tak teratur yang sukses membuat Dira terkejut hingga terbangun dari posisinya barusan.
“Aishhh.” Gumam Diraa sembari berjalan menghampiri Arka yang ssudah berdiri di ambang pintu kelasnya.
“Pulang?” Tawar Arka sambil mengulurkan tangan kanannya.
“Gak! Nginep!” Kata Dira sembari berlalu meninggalkan Arka.
Dengan langkah cepatnya, Arka berjalan menyusul langkah panjang Dira yang berlalu begitu saja meninggalkannya.
“Aishhh, kenapa kau meninggalkanku, hah?” Tanya Arka.
Seketika langkah Dira menjadi terhenti tepat saat Arka sudah berada di samping kirinya. Menoleh keras ke arah Arka dengan tatapan yang berubah menjadi tatapan sayu.
“Kenapa?” Tanya Arka peduli.
“Lapar-” Rengek Dira sambil mengelus perut ratanya.
“Haishhh, baiklah.”
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDIRA
Teen FictionAku harap, kau dapat melihat bayangan diriku dalam penglihatanmu yang baru. Jangan khawatir padaku, karena keheningan disini membuatku nyaman untuk perlahan menutup mataku. Semoga cerita yang pernah kita tuliskan bersama, diakhiri dengan kata bahagi...