4. Different

777 168 122
                                    

Ruang kelas yang dipenuhi dengan beberapa siswa yang sedang keribetan menyalin pekerjaan rumah temannya.

Lari kesana-kemari mencari contekan. Suara gaduh yang ditimbulkan sampai terdengar hingga keluar kelas.

"Akh, kalo tahu tugasnya bakal sebanyak ini, lebih baik hari ini gue gak masuk sekolah!" Geram siswa laki-laki yang tengah fokus menyalin pekerjaan rumah temannya.

Cklekkk..

Pintu terbuka dan menampakkan seorang Dira dari balik pintu. Pandangan semua orang terarah pada pintu yang perlahan terbuka melebar.

Mendadak suasana kelas menjadi hening. Siwa-siswi lain menyalin pekerjaannya dengan diam tapi dalam hati mereka ingin berteriak.

Dita sudah menyelesaikan pekerjaannya tadi malam. Maklum dia anak yang paling pintar dan paling rajin di kelas mereka. Dita beranjak dari tempat duduknya dan mulai mendekati Dira.

"Dir.." Dita membuka suara.

"Hm." Dira tak menoleh.

"Lo gapapa kan kemaren?" Tanya Dita penasaran.

"Hm." Tetap tak menoleh.

Dita hanya menghela nafas dan mencoba untuk bersabar. Mungkin ini hanya cobaan untuk dirinya.

"Dir, gue mau ngomong serius sama lo." Memandang tajam wajah datar Dira.

Dira mengangguk tanpa menoleh.

"Gue itu sebenernya kasihan sama lo, di kelas ini, lo gak punya orang yang bisa lo ajak bicara atau bahkan gak ada yang sama sekali bisa mahami lo." Ucap Dita.

Dira tak bergeming.

"Tapi, jika lo bisa ubah sikap lo yang pendiem itu, gue yakin! Mereka pasti senang deh berteman sama lo." Jelas Dita.

"Hm." Mencoba untuk tidak peduli.

"Gue serius Dir."

"Gue juga!!" Ucap Dira meninggikan nada suaranya.

"Nah gitu, bicara sedikit juga gapapa, gini aja gue udah seneng, Dir." Menunjukkan wajah melasnya.

"Tapi, gue gak butuh dikasihanin." Balas menatap Dita.

"Gue cuma pengen ada orang yang bisa ngertiin sifat lo yang kek gini, apa perlu gue ajarin caranya bicara?"  Dita menopang kepalanya menggunakan tangan kanannya.

Tak..

Menjitak kepala Dita.

"Gue gak pengen orang lain masuk ke dalam hidup gue!" Singkat Dira.


***

Kelas Arka nampak sepi tanpa seorangpun di dalamnya. Hal itu dikarenakan murid-murid di kelas tersebut sedang ada pelajaran Olahraga, yang sedang berlangsung di lapangan basket.

"KA!" Teriak Aldo sambil melayangkan bola besar berwarna orange ke arah Arka.

"Ap- aw." Arka memegangi kepalanya yang terasa sakit.

Aldo dan teman-teman lainnya yang tengah bermain basket otomatis menghentikan semua aktifitas mereka dan mendekat ke arah Arka.

"Lo gapapa kan, Ka?" Peduli Aldo.

"Gapapa emak lo, liat ini jidat gue, untung gak pingsan tadi." Mengusap jidatnya yang habis tersenter bola basket.

"Yaelah biasa aja kali! Lebay banget kek anak perempuan. Lo juga gak fokus main tadi." Menekan jidat Arka cukup kuat.

ALDIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang