Rumah sakit seberang jalan, 10.01
"Arka hampir gila karena terus mencarimu!" Seru Ibu Arka pada Dira yang tengah berbaring di atas ranjang rumah sakit.
"Apa yang kau lakukan? Bukankah sebaiknya kau melakukan kemoterapi?" Ucapnya lagi.
"Seperti yang kukatakan sebelumnya. Aku tidak ingin melakukan kemoterapi. Apapun yang aku lakukan.. penyakitku akan semakin bertambah parah." Dira beranjak dan menatap dalam mata wanita paruh baya itu, "Aku akan sering mengalami kejang, lalu tubuhku akan menjadi lumpuh. Jika kanker menyerang mataku, maka aku juga akan kehilangan penglihatanku."
"Dira.." Kata Ibu Arka iba atas penuturan perempuan di hadapannya.
"Jika kankernya semakin menyebar ke tubuhku, wajahku bisa menjadi rusak. Aku bahkan mungkin tidak akan bisa mengenali orang lain. Melihat seperti itu, bagaimana aku bisa memberitahu Arka..?"
Dira menggeleng "Aku tidak bisa melakukannya."
"Arka pernah berkata, jika seseorang yang sudah meninggal meninggalkan seseorang yang sangat dicintainya di dunia ini, maka orang itu akan masih dapat berbicara seolah-olah mereka masih bersama. Ketika aku mendengarnya, aku memikirkan hal ini. Aku akan menghilang dan berbicara dengannya seolah-olah kita masih bersama."
Ibu Arka menatap tak percaya. Ia menggelengkan kepalanya beberapa kali.
"Aku rasa, Arka akan terbiasa dengan hal ini. Dia akan bisa menerima bahwa aku sudah pergi dan mulai terbiasa. Setelah waktu berlalu." Lanjut Dira.
Ibu Arka menghela nafas panjang lalu "Dira, ada hal yang tidak kau ketahui."
Dira menyipitkan matanya. Dalam hati dan fikirannya ia bertanya-tanya, hal apa yang belum ia ketahui sampai sejauh ini.
"Arka.." Ibu Arka menitikkan air matanya. "Dia mengalami masalah pada penglihatannya. Semakin bertambahnya hari, penglihatannya semakin buruk. Dan itu sangat membuatku hancur."
Dira terdiam. Ia sudah mengetahuinya, bahkan sebelum orang lain mengatakan kepadanya. Dira bangkit dan mulai memeluk dengan hangat wanita paruh baya itu.
***
Seorang perempuan dengan baju seragam pasien rumah sakit berwarna putih-ungu, dan laki-laki berpakaian serba putih, berhadapan serius di depan meja berwarna cokelat di depan mereka. Suara gebrakan meja tiba-tiba terdengar menguar memenuhi seluruh ruangan.
"Apa yang kau bicarakan?!" Bentak Dokter Rafi pada Dira.
"Jika aku tidak melakukannya, kepergianku hanya akan sia-sia!"
"Aku akan berusaha menyembuhkanmu!" Jawabnya sedikit menaikkan nada suaranya.
Dira menghela nafas panjang. Ia memutarkan kedua bola matanya mengitari ruangan berbalut warna putih disana.
"Kita akan berangkat ke kota 3 hari ke depan dan segera melakukan operasi disana!" Ucap Dokter Rafi.
Dira membolakan matanya. Ia menarik nafas panjang-panjang agar dirinya dapat kembali tenang.
"Bisakah kau memberiku waktu 1 hari untukku bertemu dengan seseorang."
Dokter Rafi mengangguk menyetujui "Baiklah, hanya satu hari!, ganti pakaianmu dan pergilah!"
"Terimakasih." Akhir Dira sebelum langkahnya keluar dari dalam ruangan tersebut.
Belum saja seluruh langkahnya keluar dari ruangan itu, suara berat Dokter Raafi terdengar kembali pada pendengaran Dira.
"Ah ya, jaga kesehatanmu selama kau di luar! Jangan lakukan hal apapun yang membahayakan dirimu sendiri, dan jangan lakukan apapun yang sudah masuk ke dalam daftar larangan yang kubuat untukmu!" Jelasnya rinci.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDIRA
Teen FictionAku harap, kau dapat melihat bayangan diriku dalam penglihatanmu yang baru. Jangan khawatir padaku, karena keheningan disini membuatku nyaman untuk perlahan menutup mataku. Semoga cerita yang pernah kita tuliskan bersama, diakhiri dengan kata bahagi...