Matahari bersinar sangat terik siang ini. Dira melajukan scooternya meninggalkan area sekolah menuju rumah kecilnya di ujung jalan.
Di sepanjang jalan menuju rumah, pandangannya selalu terfokus ke arah jalanan. Tak sekalipun pandangannya beralih ke kanan maupun ke kiri.
Mengabaikan kerumunan orang-orang di sekitarnya yang tengah berjalan kaki, bercanda gurau, ataupun yang hanya memandangi pejalan kaki lainnya.
Scooter Dira berhenti persis di depan pagar rumah yang ia tempati saat ini. Kakinya mulai menapaki tanah yang berada di bawah kaki panjangnya dan berjalan menuju pintu lalu membukanya.
Akan tetapi, tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara perempuan yang meneriakkan namanya dari jarak yang bisa dikatakan terlalu jauh.
Keningnya mengeryit.
Dira merasa sangat familiar dengan suara tersebut. Ditolehnya ke arah sumber suara, dan benar, itu adalah Dita. Teman sekelasnya.
"DIRAAA!." Melambaikan tangannya dengan harapan Dira melihatnya.
Sesampainya Dita di depan pagar rumah Dira. Dita tampak begitu kelelahan, itu ditunjukkan dengan nafasnya yang memburu dan wajahnya yang memerah.
"Gu- gue boleh masuk gak?" Tanya Dita dengan nafasnya yang masih tidak beraturan.
"Hm, masuk!" Ajak Dira dan masuk ke dalam rumah terlebih dahulu meninggalkan Dita yang masih mengatur nafas di depan.
"Oke, makasih." Berjalan masuk ke dalam.
Sesampainya di dalam rumah Dira, Dita sangat terkejut. Rumah Dira begitu bersih. Barang-barang tertata rapi. Tidak ada satupun barang ataupun sampah yang berserakan di lantai. Padahal Dira tinggal seorang diri dirumah tersebut. Namun, ini sangat.. awesome.
"Mau minum apa?" Tanya Dira membuyarkan lamunan Dita.
"Em.. Ga- gak usah repot-repot, gue cuma sebentar doang kok."
"Ngapain kesini?" Tanya Dira yang sedari tadi masih tidak percaya dengan kedatangan Dita ke rumahnya. Baru kali ini Dita berkunjung ke rumahnya.
"Em.. Gini, sekolah kita bakal ngadain acara peringatan ulang tahun sekolah yang ke 18thn, nah setiap kelas wajib nampilin sesuatu di acara tersebut."
"Terus? Ngapain ngomongnya sama gue?!" Mengabaikan pandangan Dita dan mengambil minum.
"Lo mau kan, ikut serta dalam acara itu?" Tanya Dita sambil berharap Dira mau berpartisipasi.
"Enggak, terlalu ribet."
"Sekali aja Dir, demi kelas kita, ya?" Mohon Dita sekali lagi.
Dira berfikir sejenak, matanya menatap atap-atap rumah yang nampak kosong. Ia bingung, jika ia ikut berpartisipasi akan dipastikan itu akan membuatnya terlalu lelah dan meribetkannya.
Ia sebelumnya juga tidak pernah diikutsertakan dalam acara apapun selama ia bersekolah disana. Tapi kali ini mengapa lain?
"Akan gue fikir, sebaiknya lo pulang dulu sana!" Usir Dira.
"Hm.. gue harap lo mau ya!" Beranjak dari duduknya dan berjalanan keluar.
Setelah beberapa saat Dita pulang. Dira mulai berfikir akankah ia akan menerima ajakan Dita atau menolaknya?.
"Ah- itu terlalu ribet, buat orang pusing aja"
"Mengapa tiba-tiba dia butuh gue? Selama ini jug-"
"Gausah ikut aja, daripada harus ribet ini itu" Yakin Dira dalam hati kecilnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDIRA
Teen FictionAku harap, kau dapat melihat bayangan diriku dalam penglihatanmu yang baru. Jangan khawatir padaku, karena keheningan disini membuatku nyaman untuk perlahan menutup mataku. Semoga cerita yang pernah kita tuliskan bersama, diakhiri dengan kata bahagi...