6. Cafe

698 153 103
                                    

Tak jauh dari tempat Dira duduk, terpasang beberapa jendela kaca yang menampakkan beberapa orang yang sedang berlalu lalang bergegeas pulang ke rumah dengan sangat cepat.

Dengan aroma bau coffe yang mengambang bebas di udara, Dira memandangi langit yang sebentar lagi akan nampak gelap.

"Ini pesanannya, satu caramel frappuccino."

"Terimakasih." Jawab Dira dengan senyuman lebarnya.

Dira menyeruput caramel frappuccino yang baru saja ia pesan sambil memandangi orang-orang yang berada di sekitarnya. Mengamati bagaimana hari mulai gelap.

Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja. Pandangannya kini beredar menjelajahi pemandangan luar cafe dari balik jendela kaca. Ia melihat sosok manusia yang baru saja ia kenal akhir-akhir ini.

Dira memandangi orang tersebut dengan teliti. Tiba-tiba pandangan mereka bertemu. Dira yang gugup segera memalingkan wajahnya.

"Ar- arka?!" Dira hanya menyebut dalam hati dan segera memalingkan wajah.

Arka yang menyadari adanya Dira di dalam cafe tersebut, mencoba menghampirinya. Sesampainya di dalam cafe, Arka mencari dimana tempat Dira duduk.

"H- hai." Sapa Arka.

"Ngapain kesini?" Tanya Dira.

"Em.. gak, tadi cuma mau jalan-jalan, eh liat lo. Yaudah kesini aja biar ada temannya, hehe."

"Sendirian aja?" Sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

"Enggak." Jawab Dira dengan wajah datarnya.

"Lah, sama siapa kalo gak sendirian? Temen? Oh pacar ya?" Melihat sekeliling.

"Sama elo." Mata Dira semacam menunjuk Arka.

Uhuk uhukk...

Arka terbatuk palsu, padahal dia tidak sedang sakit batuk atau apapun sejenisnya. Menatap Dira tak percaya.

"Kenapa lo? Sakit?" Tanya Dira serius.

"Enggak." Arka menggelengkan kepalanya berulang kali.

"Oh."

"Eh btw, gue boleh nanya gak?" Yang hanya dibalas dengan anggukan kepala Dira.

"Gue kan kakak kelas lo ya kan?" Menopang dagunya dengan kedua tangannya.

"Terus?" Menatap Arka serius untuk kedua kalinya.

"Ada baiknya jika lo manggil gue itu jangan la- lo- la- lo gitu, gak sopan! Gak enak didenger tetangga. Harusnya lo manggil gue itu kak, atau apa gitu lah."

"Tetangga kita beda, lol. Terserah gue mau manggil lo apaan, kalo lo gak mau gue panggil gitu.. ya gak usah manggil-manggil gue lagi, kan jadinya gue gak usah manggil lo kayak gitu, ya kan?" Menatap Arka semakin dekat sambil menunjukkan senyum smirknya.

"Jangan gitu lah. Oke deh serah hati lo, penting lo bahagia." Senyum Arka.

Brakkkkk..

Arka dan Dira terkejut bersamaan, sebab dengan tiba-tiba ada yang menggebrak mejanya. Mereka berdua serempak menoleh ke arah orang yang baru saja dan dengan sengaja menggebrak mejanya.

"Ngapain lo disini?" Tanya Arka Pada orang tersebut.

Sedangkan Dira hanya menatap mereka malas karena dia tidak mengenal mereka. Dira meletakkan kepalanya di atas meja sambil mengetuk-ngetuk meja dengan jari-jari tangannya.

"Seharusnya gue yang tanya lo kamvret! Gue sama Dion nyariin lo kemana-mana, gaada! Gue cari di rumah lo gaada! Katanya mau jalan-jalan bareng!"

"Lah betul, dicariin orang malah disini ketawa ketiwi sama cewek." Sela Dion.

ALDIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang