29. I Love You

278 18 2
                                    

BRUAKKKKKKKKKK...


Pandangannya seketika kabur dan bayangan hitam seakan mengambil semua penglihatannya.

Dengan fikiran yang penuh akan emosi, pandangannya menjadi tak terfokus. Ia menumbuk sebuah pembatas jalan dengan sangat keras hingga tubuhnya terpental jauh dari sepeda motornya yang ia kendarai.

Sekarang, yang ia rasakan hanyalah lemas di sekujur tubuhnya. Kekuatan yang coba ia lakukan untuk mencoba berdiri seperti tertahan sebelum akhirnya pandangannya  mulai menghilang seiring dengan hilangnya kesadaran dirinya.

“ARKAAA!” Teriak seseorang secara bersamaan dari seberang jalan.

***

Ruangan berbalut nuansa warna putih tulang. Disanalah Arka terbaring lemah. Dengan selimut putih tebal yang menyelimuti tubuhnya dari dinginnya suhu yang diciptakan oleh pendingin ruangan .

Kriettt...

“Bagaimana keadaannya?” Diiringi dengan gelak tangis seseorang dibelakangnya.

Pria paruh baya dengan berpakaian jas putihnya berdiri terpaku.

“Apa anda keluarga korban?” Tanya Pria paruh baya itu sedikit halus dalam setiap perkataannya.

“Ee... Iy- iya, dia adikku!” Bohongnya.

“Baiklah, bisakah anda pergi ke ruangan saya sebentar. Ada hal serius yang ingin saya bicarakan.”

Em..

Pria paruh baya berjas putih itupun berjalan mendahuluinya.

“Tunggu disini sebentar!” Membelai pipi orang di depannya yang penuh akan air mata.

“Beritahu aku apa yang terjadi!” Yang hanya mendapat sebuah anggukan.

***

Bunyi detakan jarum jam berdetak memenuhi ruangan. Duduk berhadapan dengan saling tatap.

“Bagaimana keadaannya?”

“Begini..” Menghela nafas cukup panjang sebelum memulai pembicaraan.

“Operasi berjalan dengan lancar. Namun, ada sesuatu hal yang serius. Akibat kecelakaan, adik anda mengalami benturan yang sangat keras dikepalanya, dan itu mengakibatkan terjadinya kerusakan pada saraf mata adik anda. Dan kemungkinan besar, adik anda akan segera kehilangan penglihatannya.”

Tubuhnya melemas. Entah pendengarannya kali ini berfungsi dengan baik atau sedang mengalami gangguan.

Yang pasti ia dapat menangkap satu hal ‘Arka akan kehilangan penglihatannya?’

Ah, bagaimana caranya dia akan memberitahu orang yang sedang menangis di depan sana.

***

Langkah lebarnya berjalan ragu kembali ke tempat asalnya. Tangannya ia kepalkan dan sesekali mengusap pelipisnya bingung.

“Bagaimana keadaan, Arka?” Dira berlari ketika penglihatannya mendapati sosok Dokter Rafi yang tadi sempat pamit padanya untuk menemui seorang Dokter guna membicarakan sesuatu hal yang penting.

ALDIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang