Hari demi hari telah berlalu. Semenjak hari dimana Arka bermimpi aneh pada malam itu, ia sangat jarang berbicara dengan Dira. Hanya pada pagi hari disaat ia menjemput Dira ke sekolah mereka dapat bertegur sapa.
Entah kenapa, setiap melihat wajah Dira, ia selalu dapat mengingat kembali isi mimpi buruknya dahulu.
Dari perasaan yang mulanya baik-baik saja, akan berubah 180 derajat berbalik dengan awalnya. Namun ia tak bodoh, ia tak pernah menunjukkan wajah kusut maupun sedihnya di hadapan Dira kekasihnya, pasalnya, ia tak mau Dira mencurigainya.
***
Suara ayam berkokok menandakan datangnya pagi akan segera tiba. Matahari kembali mulai menyapa setiap dedauan dan semua orang yang akan segera memulai aktifitas padat mereka hari ini.
Sebuah scooter berwarna pink kembali melaju menyapa setiap inchi jalanan bersapal tebal dan berhenti tepat di depan seorang wanita berambut pirang yang tengah berdiri dengan senyuman yang mengambang apik di wajahnya.
"Selamat pagi!" Sapa Dira membuka pembicaraan.
"Em iya, ayo berangkat!" Jawabnya tanpa menoleh.
Dira membawa langkah kakinya untuk segera menaiki scooter tersebut dan duduk tepat di belakang Arka. Ia membawa rambut pirangnya ke depan agar tak tersapu angin pagi yang cukup kencang.
Skip di Sekolah.
"Sarapan?" Tawar Dira lembut.
"Em, aku udah sarapan di rumah." Jawabnya.
"Oh yaudah."
"Em, aku ke kelas dulu." Kata Arka sembari berjalan pelan ke depan.
Ada apa dengannya? Mengapa ia seperti menjauh dariku? Apa dia mulai bosan denganku? Atau ia sudah mengetahui segalanya tentang hidupku yang aku sembunyikan dengan rapi selama ini? - Gerutu Dira dalam hati.
Ssrrttttt..
Dira menarik pergelangan tangan kanan Arka keras, membuat sang pemiliknya refleks membalikkan badan hingga terhuyung ke depan. Mata mereka saling bertemu dengan jarak yang tak bisa dibilang jauh.
"Ada apa? Kau marah denganku, Arka? Apa aku sekarang menyulitkanmu? Apa aku sekarang menjadi beban buatmu? Apa kau sudah bosan denganku? Mengapa kau seperti menjauh dariku?" Ucap Dira tanpa jeda.
"Tidak, mengapa kau bicara seperti itu?" Tanyanya.
"Mengapa kau seperti menghindar dariku? Bahkan hanya sarapan bersamapun sudah jarang kita lakukan, ada apa? Bicaralah!" Berbalik bertanya tanpa menjawab.
"Aku minta maaf."
"Ah sudahlah!" Pergi meninggalkan Arka yang masih terdiam di tempat menuju kelasnya.
Dira terus berjalan lurus tanpa memperhatikan siswa siswa lain yang memperhatikannya dengan sorot mata tajam.
Di dalam hatinya, rasanya ingin sekali ia menangis. Mengapa Arka menjadi dingin terhadapnya? Apa mungkin ia sudah mengetahui tentang penyakit yang ia alami selama ini? Apa karena itu?
Dira semakin mempercepat langkahnya dalam berjalan menuju kelasnya menyusuri setiap koridor yangdi penuhi dengan tatapan-tatapan sinis dari orang-orang di sekitarnya.
Cklekkk....
"DIRAAA!!!" Teriak Dita dan Rita bersamaan hingga menggema di ruang kelas tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDIRA
Teen FictionAku harap, kau dapat melihat bayangan diriku dalam penglihatanmu yang baru. Jangan khawatir padaku, karena keheningan disini membuatku nyaman untuk perlahan menutup mataku. Semoga cerita yang pernah kita tuliskan bersama, diakhiri dengan kata bahagi...