34. Last 3

179 7 0
                                    

Happy reading:)

***

Semburat sinar mentari perlahan naik ke atas memancarkan kehangatan bagi setiap makhluk di bumi. Kenangan baru akan segera terlukis di awal hari pada musim panas kali ini.

“Ibu, aku dan Dira akan pergi keluar!” Teriak Arka dari lantai dasar. Tangan kanannya menggenggam setiap jemari tangan kiri Dira.

Berlari berurutan dengan Arka yang berada di depan dan Dira yang membuntutinya di belakang. Senyuman lembut terpampang indah di wajah Dira. Memandang jemarinya yang digenggam kuat oleh orang yang sangat ia cintai.

Arka dengan tiba-tiba menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap perempuan bersurai hitam tersebut.

“Mau kemana kita?” Tanya Arka.                                 

Dira menaikkan bahunya ke atas, “Kurasa saat kau mengajakku keluar, kau sudah tau tujuan kita?”

Arka memanyunkan bibirnya ke depan. Dan sedikit menggaruk-garuk kecil dagunya.

“Lapar?” Tanya Arka.

Dira menggeleng, “Jalan-jalan,” jawabnya.

“Baiklah.”

Langkah demi langkah mereka lalui. Udara sejuk yang saling beriringan menerpa helai demi helai rambut panjang Dira. Di sepanjang jalan yang tak terlalu banyak dilalui oleh kendaraan, tak jarang Arka menaikkan satu sudut bibirnya ke atas, dikala pandangannya menangkap kirlapan mata Dira.

Beberapa banyak pasang mata yang memerhatikan mereka berdua. Senyuman setiap orang adalah hadiah untuk Arka dan Dira pagi ini. Mungkin jika sekarang ada alat pendeteksi fikiran orang, alat itu akan berkata,”Manis sekali”.

Genggaman erat dari Arka serta tangkupan hangat dari Dira, membawa mereka berdua semakin menjauh dari pusat keramaian.

***

Woah, sudah lama sekali..” Dira berlari kecil meregangkan kedua tangannya ke atas.

Diam-diam Arka memerhatikan tingkah Dira yang seperti tak merasa ada seseorang di sekitarnya. Dalam hati Arka berkata,

Apakah benar anak seceria dia menjadi sependiam Aldira Chalysta?

Apakah benar anak sebahagia ini menjadi Aldira Chalysta yang tak banyak bicara?

Dan apakah benar, dia adalah anak yang mempunyai penyakit yang begitu menyakitkan?

Pintar

Sangat pintar..

Sangat pintar dalam menyembunyikan masalah..

Arka mendekat, menghampiri Dira yang tengah menikmati semilir angin di pinggir danau. Memandangi wajah cantik itu yang tengah menutup matanya rapat-rapat.

Depp..                                   

Dira tanpa aba-aba menepuk paha Arka. Arka menoleh, mendapat tatapan kosong dari Dira.

“Aku akan pergi menemui ibuku”

Perkataan Dira sungguh membuatnya terpaku. Apakah ini mimpi? Apakah Arka sedang bermimpi. Setelah sekian lama ia berusaha melupakan sosok ibu dihidupnya, tapi dia malah ingin menemuinya.

“Aku akan menemui ibuku besok. Aku akan pergi ke kota untuk beberapa waktu. Aku mengajakmu kesini untuk membicarakan hal tersebut”

“Tapi bukankah kau membencinya?”                                           

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALDIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang