32. Last 1

322 17 26
                                    

Happy reading:)

Please hargai penulis, dengan vote dan coment cerita ini😢


__*ALDIRA 31*__


Bulan dengan perlahan mulai meyumbulkan bentuknya dari persembunyian panjang di siang hari. Udara dingin yang menyeruak masuk menembus pori-pori melalui setiap celah pembatas antara sebuah dinding ruangan dengan lingkungan luar.

"Dingin anjing! Akh, frustasi kan gue Bambank!" Kata-kata itulah yang selalu terucap dari bibir tipis Arka sekarang.

Posisi Arka sekarang adalah duduk tegap di atas ranjang dengan kaki yang ia silangkan ke depan, kepala yang ia ikat dengan selembar kain kecil yang bertuliskan 'Aku ingin Dira kembali!'.

"Semuanya ayo makan! Makanan sudah jadi!" Seru Ibu Arka dari lantai bawah. Suaranya menguar hingga menggema ke seluruh sudut rumah.

Tak beberapa lama kemudian, seorang pria paruh baya turun dari lantai atas dan bergegas menuju ruang makan.

"Arka dimana? Tumben sekali anak itu telat datang?" Tutur Ayah Arka.

"Tunggu sebentar, aku akan menemuinya!" Jawab Ibu Arka, berlalu meninggalkan ruang makan menuju lantai atas.

Hal pertama yang wanita paruh baya itu rasakan hanyalah hening. Namun, tak lama kemudian ia mendengar sebuah teriakan. Dengan sedikit berlari ia membuka pintu kamar anaknya.

Cklek..

"APA?!" Suara keras Arka menyambut langkah kedatangan ibunya.

Ibu Arka membolakan matanya kaget. Ia refleks mengelus dadanya sambil menetralkan kembali detak jantungnya yang berdetak tak karuan cepatnya.

"Aish, ayo makan!" Perintah sang ibu. Selain kaget karena suara Arka, ia juga dibuat kaget dengan ikat kepala dan tindakan yang dilakukan anaknya.

Arka tak bergeming, kepalanya tak kunjung menoleh pada ibunya yang tengah berdiri di samping pintu. Jangankan melihat, mendengar saja mungkin tidak.

"JANGAN MENYURUHKU MAKAN! JANGAN MENYURUHKU TIDUR! JANGAN MENYURUHKU PERGI SEKOLAH!" Seru Arka dengan tangan yang bersemangat.

"Aku tidak akan makan, tidur maupun pergi ke sekolah sampai aku menemukan Dira kembali!" Teriaknya kembali.

Ibu Arka mengeryitkan dahinya. Ia membatin, mengapa dulunya ia bisa melahirkan anak seperti itu.

Menyesal? Tidak! Namun lebih baiknya jika dulu ia mendapatkan yang lebih baik dari yang sekarang. Menghela nafas panjang.

"Baiklah. Sebaiknya kau tidak makan! Tidak tidur! Tidak sekolah! Aku akan memasang CCTV dan mengawasimu! Ibu akan turun! Dan kau?! Terserah mau makan atau tidak!" Akhir Ibu Arka lalu beranjak keluar.

Arka menoleh sebentar sebelum ibunya benar-benar melangkah keluar dan menutup pintu kamarnya dengan sangat keras.

***

Suara derapan kaki sudah tidak ada. Arka yakin jika ibunya sudah tidak ada di lantai atas. Ia melenguh lega sambil melepas ikat kepalanya yang sudah seperti menekan pemikirannya sedari tadi.

Krukk.. krukk..

Perutnya berbunyi. Demi apapun! Ia kelaparan, mulai dari siang hari ia tak melahap satu bijipun makanan ke dalam perutnya.

"Woah, apa ini? Sup udang tomat. Ini makanan favorit Arka!" Seru seseorang dari lantai dasar.

Arka tertegun. Mulutnya berkecap membayangkan sup udang yang yang dibicarakan ayahnya. Woah, bayangkan saja air kuah yang panas dengan beberapa udang besar di dalamnya. Huh, Arka lapar.

ALDIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang