Gadis itu kini berada di studio kecil miliknya. Menatap kosong dinding yang berwarna abu abu itu. Masih tidak menyangka apa yang terjadi barusan. Dia menepuk pipinya berkali kali. Berharap itu adalah mimpi. Tetepi sepertinya salah.
Gadis itu tidak menangis seperti kalian yang diputusin oleh pasangannya. Dia hanya tidak menyangka. Ternyata dugaannya tentang Taehyung itu playboy dan Jennie menjadi korbannya itu benar. Gadis itu hanya tidak menyangka dia menjadi korban playboy. Dia takut. Dia takut kalau nanti melihat Taehyung bersama perempuan lain-- ah, mungkin kalian mengerti.
Gadis itu membaringkan dirinya disofs kerajaannya itu. Menatap langit langit kamarnya yang... tidak ada apa apa. Polos, hampa. Persis seperti dirinya saat ini. "Ya Tuhan, gue jadi korban playboy?"
Dan parahnya, hanya dengan playboy satu ini membuat Jennie jatuh cinta pada pria itu. Ya, bukan suka lagi. Tetapi jatuh cinta. Yang tadinya bangun cinta jadi jatuh cinta. Gadis itu mengusap wajahnya kasar. Ya sudahlah, dia tidak tahu harus apa sekarang. Mungkin itu tidak masalah.
Dan sepertinya opini gadis itu salah.
[♧]
"Jen! Bukain pintunya dong! Gue lagi nyuci piring bentar!"
Gadis yang mendengar ocehan itu menghela nafas kasar. Dia sedang nikmat nikmatnya makan malah disuruh membuka pintu. Memang, pemilik rumah tidak ada akhlak.
Cklek
"Pagi, berangkat bareng, yuk?"
Jennie terkejut melihat orang didepannya sekarang. Sudah lama sekali pria itu tidak kerumahnya. Baiklah, tidak perlu nostalgia.
"Ngapain?" Tanya Jennie dingin
"Mau ngajak lo berangkat bareng. Lo mau naik bus atau motor? Kalau mau naik bus, gue titip motor gue disini," ucap Namjoon sambil tersenyum menunjukkan dimplenya.
"Pilihan ketiga. Gue ga mau berangkat sama lo."
"Sayangnya pilihan ketiga itu naik punggung gue," kekeh Namjoon. Dan lagi lagi dia tersenyum sambil menunjukkan dimplenya itu.
"Siapa, Jen? Suruh masuk dong," sahut Jina dari dalam sana.
"Diajak masuk sama Kak Jina, gue masuk, ya?" Ujar Kim Namjoon sambil memasuki rumah kediaman keluarga Kim itu. Jennie hanya memutar bola matanya lalu mengikuti Namjoon dibelakangnya. Tamu tidak punya etika. Pria itu menuju ke meja makan dan duduk dikursi itu.
"Eh? Namjoon? Astaga, udah lama banget," sahut Kak Jina dengan sumrigah
"Pagi, kak."
Namjoon dan Jina berbincang hal dari yang penting hingga tidak penting. Melihal hal itu Jennie hanya pasrah dan duduk disebelah Kim Jina. Dia melanjutkan lagi makannya. Dan sialnya, selera makannya hilang begitu saja. Mungkin dia harus berangkat sekolah sekarang.
"Gue berangkat ya, kak," ucap gadis itu sambil menggendong tas yang berwarna navy dipunggungnya.
"Eh, bareng Jen!" Ujar Namjoon sambil bangkit dari duduknya. "Aku berangkat dulu ya, kak."
Jennie berjalan lebih dulu keluar rumah diikuti Namjoon yang belum memakai sepatu sepenuhnya. "Jennie-ya!"
Jennie tidak menghiraukan panggilan itu. Dia memasukkan tangannya ke saku almameter sekolahnya. Udaranya dingin sekali. Kapan salju akan turun?
KAMU SEDANG MEMBACA
With You ✔
Fanfiction"Dia hebat, ya. Bisa membuat hidupku kelabu, namun juga bisa membuat hidupku berwarna" ©innerale August 2018 May 2020 [Revisi]