*Justin's POV*
Aku melirik kamar Debby lewat balkon kamarku yang bersebrangan dengan balkonnya, kamarnya gelap, sepertinya ia belum pulang, tadi aku melihatnya pergi, ku lirik jam dinding di kamarku pukul 10.10 PM sudah larut, tapi kenapa gadis ceroboh itu belum pulang?
Kalau ada apa-apa bagaimana? Sudah berjalan sendiri, bodoh pula, entahlah bagaimana nasibnya kini, argh aku sungguh tidak bisa tenang gara-gara gadis childish itu, dan pada akhirnya aku harus mencarinya berjalan kaki di tengah malam dingin begini, menyusahkan!
Aku masih berjalan menyusuri jalanan komplek yang sepi dan hanya di terangi temaram lampu jalanan yang nyalanya mulai redup dan tiba-tiba saja tubuhku terpelanting jatuh saat sesuatu dengan ganasnya menubrukku
"Justin?"
Aku mengadah dan menemukan sesuatu yang bertubrukan denganku tadi adalah Debby, wajahnya pucat dan peluh membasahi wajahnya, aku hanya mengerutkan kening bingung memandang kacaunya penampilan gadis itu
"Waaa Justin? Kau Justin kan? Bukan alien yang menyamar? Justiinnnn...."
Debby dengan brutalnya mencubit pipiku dan sedetik kemudian sudah menangis keras sambil memelukku, aduh gadis ini
-
*Debby POV*
Ternyata orang yang ku tabrak adalah Justin! Langsung saja kupeluk dia dan menangis sepuasnya disana
"Huaaa Justin... hiks... hiks aku takut tadi tadi ada berandal mengejarku mukanya seram huwaaa mommy!!!!"
"Hey jangan menangis kencang begitu, kau ingin orang sekomplek bangun dan melempari kita dengan alat-alat dapur?"
"Huaaa mommyy..... aku mau mommy!"
"Hei kenapa makin kencang menangisnya? sudah ayo pulang!"
Justin menarik tanganku agar berdiri, aku menyeka air mataku dan menatapnya sedih
"Aku mau gendong!"
"Apa?"
Justin berbalik menatapku tajam, menyeramkan sekali
"Huaaa Justin jahat! Hua... mommy."
"Ish gadis childish, sudah sini ku gendong, tapi jangan menangis lagi, sini kugendong."
Justin membungkuk membelakangiku, aku tersenyum senang dan sedetik kemudian sudah bergelayut di punggungnya, aku membenamkan wajahku di pungungnya menikmati setiap jengkal aroma tubuhnya yang ku suka
"Makanya jika sudah tahu dirinya penakut, cengeng, tidak usah sok berani keluar malam-malam sendiri, kau kan bisa minta di antar Dadmu."
"Tapi Daddy sedang dinas ke luar kota."
"Ya kau bisa minta antarkan Austin kan, untuk apa punya adik laki-laki?"
"Tapi dia menyebalkan!"
rutukku kesal
"Kalau aku minta di antar olehmu bagimana?"
tanyaku dengan nada menggoda, Justin terdengar mendesah panjang lebar
"Tentu saja aku malas, aku masih punya jutaan urusan penting ketimbang mengantar gadis sepertimu keluyuran!"
"Apa kau bilang? Pacar macam apa dirimu!"
Karena kesal aku pukul saja pungungnya hingga ia sedikit merintih
"Sakit tau!"
omelnya sedikit menoleh, aku mengkerucutkan bibir kesal
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arrogant Boyfriend
Teen Fictioncinta itu tidak memandang seberapa buruk pasangan kita, bukankah kekurangan dan kelebihan akan menjadi sempurna? WARNING!! THIS STORY IS BY NINDYA KARTIKA NOT BY ME