*Author's POV*
"Kau tidak perlu menjadi Callie untuk membuatku tersenyum, seorang Debby Ryan sudah cukup menarik kok, tapi terima kasih sudah mau menemani hari-hari kelamku."
'cup' sebuah kecupan hangat mendarat di pipi Debby, wajah gadis manis itu langsung bersemu, Zayn terkekeh pelan
"Aww lihatlah gadis kecil ini tersipu, manis sekali."
Zayn mengacak pelan rambut Debby membuat gadis itu makin dalam tersipu
"Sudahlah Zayn jangan menggodaku terus, oh ya aku punya hadiah untukmu."
Debby menyerahkan bungkusan hadiah yang di balut kertas kado warna putih itu dengan segurat senyum di wajahnyah, Zayn menerima kado manis berbalut pita itu dan mulai merobek kertas pembungkusnya
"Wah terima kasih."
Zayn memandang hadiahnya lalu berpaling tersenyum pada Debby
"Well sama-sama Zayn, apa yang akan kau lakukan dengan itu? menggambar danau?"
"Emm tidak."
"Lalu?"
"Kurasa aku mau mengambarmu, tersenyumlah yang cantik"
Zayn menyelipkan bunga di telinga gadis itu yang sukses membuat pipi Debby merah tak karuan.
-
Langit sudah berganti kelabu dengan bintang yang bertabur menjadi penghias kelamnya, Zayn dan Debby masih asyik mengobrol saling melempar candaan masing-masing seolah mengabaikan waktu yang berotasi di sekitar mereka, namun akhirnya si gadis tersadar bahwa ia sudah terlambat pulang untuk ukuran gadis sma sepertinya,
"Zayn kurasa aku harus pulang."
Debby bergegas membereskan tasnya dan bersiap berdiri namun tangan Zayn menahannya
"Biar ku antar aku bawa mobil."
"Tidak Zayn, aku tak mau merepotkanmu."
kilah Debby, sebenarnya alasan gadis itu menolak ajakan pulang Zayn tak lain agar tak ada yang tahu ia seharian pergi bersama Zayn, apalagi ponselnya sedari tadi ia matikan, tak seorang pun dapat menghubunginya terutama Justin
"Lalu kau mau pulang dengan apa hmm?"
Zayn menaikan satu alisnya menatap Debby bingung
"Kurasa aku akan pulang dengan taksi."
"Baiklah aku akan menemanimu mencari taksi."
Zayn tersenyum dan mulai menuntun Debby mencari mobil berwarna kuning yang akan menjadi sarana pulangnya itu.
-
Taksi kuning itu menepi tepat di depan rumah Debby yang nampak sepi, Debby mengernyit heran dan untungnya ia membawa kunci duplikat pintu rumahnya, Debby melangkah menuju ruang keluarga yang benar-benar sepi itu, dipikirnya kemana mom dan Austin? Dan pertanyaannya terjawab saat menemukan selembar memo di dekat TV yang bertuliskan
To: Debby
Mom pergi kerumah auntie jollie siang ini bersama Austin
Mom akan pulang pagi-pagi sekali, kau tak apa kan dirumah sendiri malam ini? Ada banyak bahan makanan di kulkas dan sudah mom tinggalkan uang di lacimu, jangan lupa kunci pintu dan jendela, jaga dirimu
Love Mom
Debby langsung merengut kesal melihat pesan momnya, kenapa ia ditinggal sendiri? Seorang Debby Ryan ditinggal sendiri di rumah? Mana berani, lagipula kenapa Austin harus ikut? Bukannya tinggal dirumah menunggunya pulang, ratap Debby pilu, Debby menyambar sekaleng soda dan membawanya naik ke kamarnya, sebelumnya sudah dikuncinya semua pintu dan jendela, Debby hanya ingin cepat tidur dan bangun pagi-pagi dengan momnya yang sudah kembali, 'ckrek' diputarnya knop pintu kamarnya, Debby sendiri sedikit heran kenapa kamarnya terang? Biasanya kalau tidak ada Debby di dalamnya, momnya akan selalu mematikan lampu, berhemat listrik katanya
Debby mulai memasuki kamarnya dan nyaris terkena serangan jantung melihat sosok yag duduk di depan meja belajarnya, mata hazel itu memancar keheranan bercampur marah membuat Debby bergidig juga,
"Justin?"
Debby terkejut bukan main saat sosok Justinlah yang ada di hadapannya, ekspresi wajah Justin tak tertebak kala itu namun Debby tahu ini bukan pertanda baik baginya
"Darimana kau?"
tanya Justin lirih tanpa emosi terkesan datar malahan, Debby menelan ludah gugup
"Emm aku... aku."
Debby tak pandai berbohong, tapi jika kali ini ia tak bisa mencari alasan bagus matilah dia, perlahan Debby mencoba mengusai dirinya dan menarik nafas panjang
"Aku tadi bersama Devi kau tahu kan? teman JHSku dulu, kami seharian pergi bersama."
fiuh.. Debby menarik nafas lega berhasil juga mencari alasan bagus, Justin tak terlalu mengenal Devi jadi ia tak akan banyak bertanya,
"Lalu kenapa ponselmu mati?"
tatapan Justin menajam, Debby mengejang ditempat
"Emm itu... itu oh ya tadi aku lupa mencharge batrai, ponselku lowbat."
Debby tersenyum kikuk, Justin menatapnya tajam masih curiga namun perlahan ia menganguk
"Baiklah, aku pulang dulu."
Justin berbalik menuju balkon kamar Debby seperti biasa akan merambati batan marple namun tiba-tiba kilat menyambar disertai hujan turun semakin deras, Justin berbalik menatap Debby, benar saja wajah gadisnya itu pucat, Justin tahu benar sejak kecil Debby takut dengan petir apalagi rumahnya sedang sepi begini,
"Debby..."
"Justin aku takut.."
Debby meremas tangan Justin dan memeluk pria itu seolah tak mau melepasnya, Justin hanya diam membiarkan Debby berlindung di lengannya, Justin terus memeluk Debby sambil tiduran di ranjang empuknya, malam kian melarut hujan tak kunjung reda, petir makin menyambar bahkan bertambah menggelegar
"Justin jangan pergi, temani aku...."
Debby membenamkan wajahnya di dada Justin seolah tak membiarkannya pergi, Justin hanya menghela nafas panjang sambil menepuk pelan punggung gadisnya, sepertinya Justin akan menginap malam ini
"Aku akan disini, sampai mommu pulang nanti dan sekarang kau harus tidur."
"Nyanyikan aku sebuah lagu.."
pinta Debby begitu memelas membuat Justin tak tega juga, perlahan Justin menarik nafas dalam dan mulai bernyanyi
If I could just die in your arms
I wouldn't mind
Cause everytime you touch me
I just die in your armsOooh, it feels so right
So baby baby please don't stop girlJustin meregangkan pelukannya dan menatap wajah polos Debby yang tertidur pulas, dikecupnya kening Debby lembut dan bergumam
"Selamat tidur Debby..."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arrogant Boyfriend
Teen Fictioncinta itu tidak memandang seberapa buruk pasangan kita, bukankah kekurangan dan kelebihan akan menjadi sempurna? WARNING!! THIS STORY IS BY NINDYA KARTIKA NOT BY ME