*Author's POV*
Debby masih terisak mendapati kakinya masih berdenyut nyeri walau Mrs.Diana sudah mencoba mengobati pergelangan kaki kirinya yang sukes membengkak, Justin sendiri masih setia duduk di pingiran ranjang menatap jengah Debby yang memekik keras saat Mrs.Diana mengompres kakinya.
"Awww...."
"Sudah selesai."
Mrs.Diana membereskan alat-alat medisnya dan meninggalkan sepasang kekasih itu berduaan di ruangannya
"Sudahlah kakimu tidak patah kok masih ada dua, jangan menangis seperti anak bayi kehilangan dot."
Justin mulai jengah melihat gadisnya masih saja merengek
"Ini sakit tahu."
kilah Debby menyeka buliran air bening di pelupuk mata coklatnya, Justin memutar dua bola matanya malas berdebat, gadis cerewet macam Debby tak akan ada habisnya jika di beri tahu
"Pukul satu, kita pulang."
Justin berbalik bersiap memutar knop pintu ruang kesehatan saat Debby merengek memanggilnya
"Justin...."
"Apa?"
Debby sedikit terkesiap saat ketusan yang keluar dari mulut pacarnya itu, Debby menunduk menengelamkan wajahnya dalam-dalam
"Kau galak sekali, huwaaa..."
"Eh jangan menangis aduh."
Justin mulai kelebakan saat isakan Debby kembali mengeras
"Ayo kita pulang, sudahlah jangan menangis kau mau aku tinggal disini?"
"Huwaa Justin kejam huwaaa."
Tangis Debby kian kencang, Justin memutar matanya kesal dan kemudian berlutut membelakangi Debby
"Apa?"
"Naiklah."
"Apaaaa?"
"Kau mau naik atau kutinggal?"
Debby tak berfikir dua kali dan mulai bergelayut di punggung Justin, Debby tersenyum penuh dan menghirup dalam-dalam aroma tubuh Justin yang ia suka, ahh andai waktu bisa di freeze
-
Justin terus menggendong Debby, bahkan saat turun dari bus dan mulai menapaki jalanan komplek yang lenggang Debby masih saja bergelayut di punggung pria bermata hazel itu dan Debby sangat menikmati perlakuan Justin yang satu ini.
"Ya Ampun Debby kau kenapa?"
pekikan Mrs.Ryan tadi sudah mampu membuat Austin menutup rapat-rapat telinganya
"Santai mom aku tidak apa-apa, mom berlebihan."
kata Debby geli,
"Memang sendirinya tidak berlebihan, siapa yang menangis satu setengah jam penuh tadi?"
guman Justin sarkatis yang mendapat pukulan di punggung dari Debby
"Hey aku dengar itu!"
protes Debby yang tak di hiraukan oleh Justin, Selanjutnya Austin membantu Debby turun dan sambil ceramah panjang lebar mengantar Debby ke kamarnya
"Baiklah aku ke bawah dulu."
Austin menyeringai penuh arti dan meninggalkan Justin dan Debby
"Terima kasih sudah menggendongku tadi."
Debby tersenyum dari balik selimut hello kittynya pada Justin yang duduk di sisi kiri ranjangnya
"Kamarmu jelek, childish sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arrogant Boyfriend
Novela Juvenilcinta itu tidak memandang seberapa buruk pasangan kita, bukankah kekurangan dan kelebihan akan menjadi sempurna? WARNING!! THIS STORY IS BY NINDYA KARTIKA NOT BY ME