*Author's POV*
Debby melangkah gontai dengan air mata yang bercucuran di pipinya, semua telah berakhir... ya semua sudah berakhir, enam bulan yang dilaluinya bersama Justin sudah berakhir, Debby sedikit menyesal kenapa harus berakhir begini. Separuh hati Debby merasa inilah yang terbaik separuh hati lagi merasa tak rela, kini senyum Justin bukan lagi miliknya kini genggaman Justin tak akan lagi ia rasa, semua berubah walau tak akan ada yang tahu, bukankah dimata orang-orang Debby dan Justin hanyalah sepasang teman dekat yang bertetangga baik?
Tak ada dari mereka yang akan bertanya-tanya ketika Justin dan Debby tak lagi dekat, Debby menangis meratapi kisah cintanya, kenapa Justin membuatnya jatuh cinta jika akhirnya hanya menuai luka? Bukankah cinta tak menyakiti? Bukankah cinta akan selalu memberi maaf? Tapi Justin tidak..... buktinya Justin menyakitinya, buktinya Justin tak memaafkannya dan akhirnya Debby sadar enam bulan mereka dilalui tanpa cinta yang nyata, mungkin Justin hanya ingin sekedar bermain-main dengan Debby atau mungkin rasa Justin padanya hanya sebatas suka lalu saat Justin menemui gadis yang lebih sempurna dari Debby rasa suka Justin berpaling,
Debby tahu ia tidak sempurna, wajahnya standar, ia tak pintar berdandan seperti Selena ia tak sejenius Jasmine dalam menghadapi soal-soal sekolah, dance skillnya tak ada apa-apanya juga dibanding Selena yang captain cheers, Debby sadar mungkin semua kekurangannya membuat Justin lelah, Lagipula benar kan kata-katanya dulu? Debby dan Justin hanyalah bak pungguk merindukan bulan yang sampai kapanpun Debby sendiri tak akan dapat meraih sang bulan, Justin..
"Hey kau kenapa?"
Zayn menatap Debby yang menunduk dengan helain rambut menutupi wajahnya, Zayn menarik dagu Debby perlahan namun gadis itu keukeh menunduk, menyembunyikan isaknya
"Debby, kau bertengkar dengan Justin?"
tanya Zayn lembut yang masih tak direspon oleh Debby, gadis itu masih terisak pelan, Zayn menatapnya sendu, disingkapnya rambut Debby hingga Zayn dapat melihat wajah Debby yang sembab memerah
"Kau bisa menangis di bahuku."
Zayn meletakan kepala Debby dipundaknya dan saat itu juga tangis Debby pecah,
"Aku dan Justin berakhir..."
lirih Debby disela isaknya, Zayn hanya diam mendengarkan setiap keluh kesah Debby sambil memandang senja yang tergurat dihadapan mereka
-
Justin menendang pintu lokernya kuat-kuat, hatinya hancur... sakit sekali, tak pernah ia menyangka akan begini jadinya,
"Sial!"
'bugh' kali ini Justin meninju lokernya hingga tangannya tergores terkena pintu loker yang terbuat dari besi keras, tapi sakit di tangannya tak sebanding dengan hatinya yang hancur berkeping-keping, semuanya berakhir..... tidak akan lagi ada Debby yang setiap pagi menunggunya di halte, tak ada Debby Ryan yang merengek minta dipeluk, tak ada lagi Debby yang tertawa riang ketika diberi hadiah, semuanya pergi, kenangan-kenangan indah yang mereka rajut telah rusak sudah dan Justinlah yang menghancurkannya,
Justin sadar ia memang egois, arrogant, kaku, tak sebanding sekali dengan Debby yang ceria dan hangat, hati Debby begitu lembut tapi sekarang telah tergores oleh sikapnya, Justin tak tahu... apakah semua ini dapat kembali seindah dulu, rasanya ia tak sanggup terus begini
"Justin..."
Justin menoleh dan menatap sosok pria 'biang keladi' dari semua masalahnya, Yair danor
"Apa yang kau..."
'bugh' ucapan Yair terpotong saat sebuah pukulan mendarat di pipinya
"Hey apa maksud..."
'bugh' sekali lagi Justin memukulnya hingga Yair tersungkur

KAMU SEDANG MEMBACA
My Arrogant Boyfriend
Teen Fictioncinta itu tidak memandang seberapa buruk pasangan kita, bukankah kekurangan dan kelebihan akan menjadi sempurna? WARNING!! THIS STORY IS BY NINDYA KARTIKA NOT BY ME